Dumbo, si Gajah Kecil yang Bisa Terbang

Sabtu, 06 April 2019 – 03:01 WIB
Dumbo. Foto: Youtube

jpnn.com - Dumbo merupakan film remake live-action terbaru Disney. Pendapatannya memang tak secemerlang live-action Disney lainnya. Tapi, imajinasi dan pesannya berhasil menyentuh hati.

Secara garis besar, kisah dalam Dumbo sama dengan versi film orisinalnya yang dirilis pada 1941. Tentang seekor anak gajah bertelinga superbesar. Namun, film Dumbo masa kini berimprovisasi dengan beberapa elemen yang mem­buatnya lebih nyata. Salah satunya memperbanyak karakter manusia.

BACA JUGA: Film Mantan Manten Hadirkan Kegalauan Level Kombo

Setelah dilahirkan oleh seekor gajah Asia bernama Jumbo, Dumbo dirawat seorang mantan pemain sirkus bernama Holt Farrier (Colin Farrell). Dumbo terpisah dengan ibunya karena suatu alasan. Kedua anak Holt (Nico Parker dan Finley Hobbins) pun menyayangi bayi gajah itu. Meski di sisi lain, pemilik sirkus bernama Max Medici (Danny DeVito) memaksa Holt menghasilkan uang melalui Dumbo dengan mendandaninya seperti badut.

Hingga akhirnya, kedua anak Holt menemukan fakta bahwa ternyata Dumbo bisa terbang dengan dua telinga yang besar itu. Kabar tentang keajaiban tersebut terdengar hingga ke telinga Vandevere (Michael Keaton), pengusaha sirkus. Bersama pemain akrobat tali andalannya, Colette Marchant (Eva Green), Vandevere ingin menjadikan Dumbo bintang besar.

BACA JUGA: Kondisi Ayah Semakin Membaik, Dewi Perssik: Siapa Bilang Sakit Keras?

Mungkin semua penonton setuju bahwa Dumbo ditampilkan dengan sangat imut dalam film itu. Telinga lebarnya, sorot matanya, dan wajah polosnya sungguh menggemaskan. ''Apa yang telah dibuat oleh desainer karakter Michael Kutsche dalam gerakan mata dan ekspresi wajah (Dumbo) telah menetapkan standar baru," komentar Peter Travers, kolumnis Rolling Stone.

Satu hal yang disayangkan dari film itu adalah tidak rapinya penulisan skenario oleh Ehren Kruger. Dumbo menjadi kehilangan efek dreamy dan magical seperti yang ada dalam versi film animasinya. Misalnya, ketika akhirnya mereka mengung­kap bahwa Dumbo bisa terbang. Dalam film animasinya, kemampuan itu baru terungkap pada enam menit terakhir. Dalam live-action, pengungkapan tersebut terlalu cepat dan sederhana. ''Tidak ada perjalanan menuju klimaks atau kejutan,'' kata David Rooney, kolumnis Hollywood Reporter.

BACA JUGA: Putus dari Anggia Chan, Vicky Prasetyo: Itu Rencana Tuhan

Tidak mudah memang mengubah film animasi musikal tanpa dialog menjadi sebuah film live-action agar tetap nyambung dengan kehidupan nyata. Itulah tantangan terbesarnya. Cara sutradara Tim Burton mengakalinya adalah dengan menambah banyak karakter manusia. Karakter dibangun, tapi tidak terekspos dengan baik karena tidak terlalu kuat.

Dumbo yang seharusnya menjadi aktor utama justru seperti bukan tokoh sentral. Apalagi ia tidak memiliki dialog seperti pada karakter manusia. ''Gajah itu seperti pemain pendukung dalam alur cerita yang saling berhubungan tentang seorang ayah (Colin Farrell) yang mengecewakan anak-anaknya (Nico Parker dan Finley Hobbins),'' tulis Angie Han, kolumnis Mashable.

Untuk mengantisipasi hal itu, Burton seharusnya lebih banyak mengekspos momen ketika Dumbo berpisah dengan ibunya. ''Faktor penting ini hampir dilupakan karena visual (karya) Burton yang eksotis,'' kata Peter Bradshaw, kolumnis The Guardian.

Visual Dumbo memang memanjakan. Mengambil setting akhir Perang Dunia I, Burton berhasil menghadirkan nuansa di era itu dengan sangat apik.

Mempertahankan ciri khas-nya yang dark, namun tetap terlihat manis dan menyenangkan. Terlepas dari kekurangan yang ada pada film tersebut, seperti biasa, film-film Disney selalu bisa menyampaikan pesan hangat. Begitu pula Dumbo. (adn/c6/jan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Raditya Dika Anggap Single Bukan Jadi Beban


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler