Duta Besar AS Tewas Dirudal

Kamis, 13 September 2012 – 07:24 WIB
BENGHAZI - Eskalasi kekerasan di Libya terus memakan korban. Bukan hanya penduduk lokal, tetapi juga warga asing. Kemarin Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat (AS) Christopher Stevens beserta tiga staf kedutaan tewas setelah mobil yang mereka tumpangi menjadi sasaran rudal di Benghazi, kota di Libya bagian timur.

Konfirmasi tewasnya Stevens kali pertama dilansir Reuters yang mendapatkan informasi dari sumber resmi di pemerintahan Libya. "Dubes AS di Libya bersama tiga staf tewas setelah sekelompok orang bersenjata melepaskan rudal ke arah mereka". Demikian pernyataan resmi dari pemerintah Libya.

Insiden itu berawal dari aksi massa di Konsulat AS di Benghazi. Mereka memprotes pemutaran film Innocence of Muslims yang menyudutkan Nabi Muhammad SAW. Film tersebut adalah karya Sam Bacile, sutradara Israel, yang tinggal di California, AS. Cuplikan film itu di-dubbing dalam bahasa Arab dan diunggah ke situs YouTube. Nah, itulah yang memantik kemarahan kelompok Islam garis keras di Libya dan sejumlah negara lain.

Massa menyerang Konsulat AS di Benghazi dengan kemarahan membara. Beberapa di antara mereka menenteng senjata otomatis. Beberapa yang lain membawa granat. Ada juga yang melengkapi diri dengan alat peluncur rudal.

Mereka dengan beringas merangsek ke dalam gedung konsulat. Lalu, melepaskan tembakan dan menyerang staf kantor diplomatik tersebut. Massa juga membakar dan merusak isi gedung. Seorang pekerja AS tewas di tempat setelah menjadi sasaran tembak massa. Sementara itu, seorang lainnya terluka.

Ketika situasi semakin tidak terkendali, Dubes Stevens dilarikan keluar konsulat. Dia dikawal tiga staf kedutaan dengan mengendarai mobil. Nahas, saat belum jauh meninggalkan konsulat, mobil tersebut menjadi sasaran rudal yang dilepaskan demonstran. Blaaar.

Kepada CNN, seorang pekerja kontraktor yang tidak disebutkan namanya mengaku melihat empat mayat bergelimpangan di jalan sesaat setelah mobil dihajar rudal. Mayat-mayat itu kemudian dievakuasi ke Rumah Sakit Pusat Benghazi. Kedutaan AS telah mengirim pesawat militer untuk membawa empat mayat itu ke Tripoli dan lantas menerbangkannya ke AS.

Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Hillary Rodham Clinton telah mengonfirmasi berita tewasnya Stevens. Dia mengutuk keras kejadian tersebut. Hillary juga meminta Presiden Libya Mohammed El Megarif untuk mengoordinasi dukungan tambahan guna melindungi warga AS di negeri tersebut.

Melihat perkembangan yang ada, Hillary menyatakan bahwa kondisi itu sangat mungkin berkembang ke negara-negara lain. "Kami bekerja sama dengan negara-negara partner di seluruh dunia untuk melindungi personel, misi, dan warga AS di mana pun berada," katanya.

Hillary juga merespons munculnya film Innocence of Muslims yang memicu kontroversi. Istri mantan Presiden Bill Clinton itu menegaskan bahwa AS memiliki komitmen tinggi untuk memelihara semangat toleransi beragama. Meski begitu, tetap saja tidak bisa dibiarkan bila ada kelompok yang berbuat anarkistis.

"Komitmen kami kepada toleransi beragama sudah ada sejak berdirinya negara ini. Tapi, semuanya juga harus jelas bahwa tidak pernah ada pembenaran untuk tindakan kekerasan seperti ini," kata Hillary.

Di sisi lain, Wakil Perdana Menteri Libya Mustafa Abushagur mengutuk keras peristiwa yang menewaskan Stevens. Dia menyebut Stevens sebagai seorang teman dan mengaku sangat terkejut dengan serangan yang terjadi di Konsulat AS di Benghazi itu.

"Saya mengutuk tindakan barbar ini. Ini adalah serangan kepada Amerika, Libya, dan orang-orang bebas di mana pun berada," tulis Mustafa di Twitter seperti dilansir CNN.

Stevens, 52, adalah salah seorang utusan AS untuk kelompok pemberontak di Libya yang sukses menggulingkan Moammar Khadafi tahun lalu. Nah, Benghazi dikenal sebagai pusat perlawanan pemberontak kepada Khadafi. Stevens yang piawai bahasa Arab dan Prancis adalah salah seorang di antara para diplomat AS pertama yang dikirim ke Libya pada 2007. Dia resmi menjadi Dubes di Libya Mei lalu.    

Kali terakhir diplomat AS tewas oleh kelompok bersenjata terjadi pada 1979. Insiden itu menimpa Adolph Dubs, perwakilan AS di Afghanistan. Dia menjadi korban penculikan dan akhirnya tewas dalam upaya pembebasan. (c9/c10/ca)



BACA ARTIKEL LAINNYA... Pabrik Terbakar, 125 Pekerja Terpanggang

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler