Ikon baru itu, lanjut Eep pula, sangat diperlukan Golkar untuk membedakan partai ini dari partai-partai lain
BACA JUGA: Jero Wacik Masih Bingung
Kekalahan dalam Pemilu Legislatif dan Pilpres 2009, menurutnya merupakan sebuah tragedi paling krusial dalam sejarah GolkarMenurut Eep lagi, Golkar harus membangun posisi tawar baru, yang tidak semata persoalan apakah akan menjadi oposisi atau bukan, tetapi lebih kepada cara Golkar memandang kekuasaan
BACA JUGA: AM Fatwa Minta Dukungan Ginandjar
Golkar harus menjadi tempat rakyat mengaduSelain membangun cara baru dalam memandang kekuasaan, Golkar juga disarankan menjadi partai yang tak memiliki beban balas budi, baik secara internal maupun eksternal
BACA JUGA: Yuddy Akui Lemah, Tapi Tak Gentar
Pasalnya, beban budi internal menyebabkan Golkar akan mengutamakan orang-orang tua dan dijauhi orang mudaSementara, beban budi eksternal, termasuk kepada kekuasaan, menurut Eep menyebabkan Golkar disandera untuk selalu mengikuti kehendak penguasa yang tak selamanya sejalan dengan kehendak rakyat."Bila Golkar gagal melakukan repositioning, diferensiasi dan branding di masa mendatang, tamatlah riwayat partai ini," kata Eep, sembari menambahkan bahwa kekalahan Golkar yang menyakitkan dalam pileg dan pilpres lalu adalah karena Golkar 'terkena getah dari orang yang makan nangka'(fas/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPUD Terbelit Utang ke Lawyer
Redaktur : Tim Redaksi