Efek Sekolah Lapang, Panen Petani NTT Melonjak Drastis

Jumat, 05 November 2021 – 13:52 WIB
Efek sekolah lapang panen petani NTT melonjak drastis. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, MANGGARAI TIMUR - Dalam satu dekade terakhir pertanian di Nusa Tenggara Timur (NTT) berkembang pesat.

Tingkat produktivitas dan sumber daya manusia petani terdongkrak dengan didukung program-program pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pertanian.

BACA JUGA: Yang Ditunggu-tunggu Ribuan Guru Akhirnya Cair, Cek Rekening

Salah satu yang tengah yang tengah diintensifkan adalah Integrated Participatory Development and Management Irrigation Program (IPDMIP) melalui Sekolah Lapangan (SL). Hal tersebut sebagaimana terlihat di Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur.

Penyuluh Pertanian Kabupaten Manggarai Timur Dominggus Malung mengatakan pelaksanaan SL dilakukan melalui kegiatan Demfarm (Demonstrations Farm).

BACA JUGA: Perubahan Iklim Berdampak Pada Petani Muda Indonesia, Terutama Gagal Panen yang Besar

Demfarm merupakan upaya pemberdayaan petani melalui penerapan langsung di lapangan.

"Lokasinya ada dua. Di Desa Sita, Kecamatan Rana Mese dan Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba," ujar Dominggus melalui keterangan tertulisnya, Jumat (5/11).

Dominggus menjelaskan pelaksanaan demfarm sudah berjalan termasuk kegiatan penanamannya, yang diselenggarakan sejak beberapa pekan lalu.

Dia bersyukur bahwa para petani sangat antusias dan mampu menyerap materi secara optimal.

"Karena sebelumnya mereka sudah mendapat pemahaman melalui kegiatan lain. Khususnya terkait bagaimana peningkatan produksi dan produktivitas tanaman padi," lanjut Dominggus.

Saat ini, kata dia, tingkat produktivitas petani naik signifikan selepas program IPDMIP.

"Awal-awal hanya 3,8 ton per hektare sampai 4,5 ton per hektare, sekarang produktivitas padi sawah sudah mencapai 5,2 ton per hektare sampai 6,5 bahkan dapat mencapai delapan ton atau sembilan ton per hektarenya. Harapan masyarakat pelaksana Program IPDMIP ini tetap berlanjut pada tahun-tahun mendatang," ujar dia.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa IPDMIP harus berperan mendorong proses transformasi dari sistem pertanian tradisional menjadi modern. Untuk itu, SDM-nya harus digarap lebih dahulu.

"Mereka adalah petani, penyuluh, petani milenial melalui pelatihan,” kata Dedi.

Sistem pertanian tradisional, katanya, dicirikan oleh produktivitas yang rendah, penggunaan varietas lokal, dikerjakan secara manual atau dengan bantuan tenaga ternak.

Sistem pertanian ini belum memanfaatkan mekanisasi pertanian serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

“Pertanian modern dicirikan masifnya varietas berdaya hasil tinggi, menerapkan mekanisasi dan pemanfaatan teknologi era industri 4.0,” jelas Dedi. (rhs/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler