Speech composing sedang menjadi topik pembicaraan. Itu semua berkat ’’keisengan’’ Eka Gustiwana. Selain Arya, Eka mengunggah video lagu BBM Campuran dari aksi Jeremy Teti saat membawakan program berita Liputan 6 Malam. Eka pun menjadi perhatian.
’’Kaget ya pastinya. Saya ini musisi biasa yang berkarya. Tiba-tiba karyanya bisa diketahui orang se-Indonesia. Seneng juga. Jadi terpompa untuk makin kreatif,’’ ungkap Eka.
Dua official video itu hingga tadi malam telah disaksikan lebih dari 5 juta kali. Meski begitu, Eka tidak mau disebut bahwa speech composing jadi terkenal gara-gara dirinya. Di luar negeri, bikin lagu dari ucapan seseorang seperti itu ada sejak dulu. Di Indonesia pun, dia yakin, banyak orang yang bisa melakukan itu.
Kalau sekarang jadi booming, kata Eka, itu semua tidak lepas dari sosok yang ucapannya dia gunakan dalam lagu, yaitu Arya Wiguna dan Jeremy Teti. Dua orang tersebut, menurut Eka, memiliki faktor X yang bikin orang suka dan benci. ’’Di situlah keunikannya. Justru jadi atensi orang kan?’’ katanya ketika ditemui di FX Lifestyle X’nter Jakarta.
Sekarang ini efek video Arya Wiguna dan Jeremy Teti itu sangat besar. Eka jadi sering diundang dalam acara-acara talk show di televisi. Namun, dengan tegas dia mengatakan bahwa itu tidak akan menjadi fokusnya.
Saat ini mungkin masih banyak orang yang tertarik menikmati speech composing. Bagi dirinya, tidak masalah membuat beberapa karya lagi. Tapi, tentu tidak akan selamanya dia menekuni profesi speech composer.
’’Hati saya nggak ke sana sih. Saya memang suka berkreasi. Cuma, kalau belum bikin album, itu belum bisa jadi musisi. Sebagai musisi, saya harus bisa produksi. At least bikin single atau apa. Kalau speech composing menurut saya, asal punya software-nya, semua orang pasti bisa,’’ ucap sulung dua bersaudara tersebut merendah.
Perjalanan Eka menjadi musisi dimulai pada 2007. Lulus SMA Darma Satria Jakarta, dia memilih tidak melanjutkan kuliah dan mencari penghasilan dari musik. ’’Lulus SMA coba cari penghasilan dari musik, biar nggak minta orang tua lagi. Jadi, saya nggak kuliah,’’ ungkapnya lalu tersenyum.
Awalnya, orang tua kurang mendukung. Mereka berpikir, profesi musisi tidak bisa diandalkan. ’’Bayangan mereka, nggak ada masa depannya,’’ lanjutnya.
Namun, Eka bulat dengan pilihannya. Dia menunjukkan bisa hidup dari bermusik. ’’Saya kerja keras. Kerja pintar. Konsisten. Fokus. Ternyata bisa sampai sekarang,’’ tegasnya.
Eka main musik dari kafe ke kafe. Dia juga sempat mengajar di beberapa tempat. Apa pun yang bisa menghasilkan dia kerjakan. Dia juga kerap mengikuti lomba musik dan membuat jingle. ’’Pokoknya fight mati-matian deh,’’ sambungnya.
Hasilnya, dia sering menjuarai lomba-lomba itu. Pada 2010, Eka menjadi juara I bikin jingle Dufan. Setahun kemudian, dia kembali meraih juara I menciptakan mars kereta api yang diadakan PT KAI. Tahun lalu Eka menjadi juara II lomba cipta jingle Bank ICBC.
Sebagian penghasilan yang didapat dari bermain musik ditabung, lalu dibelikan perangkat komputer. Jika ada penghasilan lagi, dibelikan alat musik. ’’Sekarang saya sudah punya studio sendiri di rumah. Memang belum mampu beli ruko. Tapi, rumah sudah saya desain seperti studio. Layak pakai lah,’’ ucapnya.
Dari studio itulah karya-karya Eka diciptakan. Termasuk speech composing Arya Wiguna dan Jeremy Teti. ’’Itu kerjaan iseng-iseng saja yang ternyata banyak yang lihat,’’ ungkapnya.
Di luar itu, karya Eka sudah dibawakan penyanyi Nikita Willy dan Maudy Ayunda. Lagu Ku Tetap Menanti yang dinyanyikan Nikita Willy adalah karya Eka. Itulah kali pertama lagunya dinyanyikan artis. ’’Itu lagu pertama saya yang dinyanyikan artis. Kalau bikin lagu sih itu bukan yang pertama. Saya sejak dulu rutin bikin lagu buat band saya,’’ ujarnya.
Membuat lagu adalah hal yang mudah bagi Eka. Dia bercita-cita seperti David Foster atau Yovie Widianto yang menjadi hits maker. Mereka adalah idola Eka. ’’Berkiblat dari mereka, lagu-lagu saya punya nada-nada sweet pop dan catchy,’’ katanya. (jan/c5/ayi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sakit, Pipik Tak Boleh ke Rumah Sakit
Redaktur : Tim Redaksi