Ekonom Senior Asian Development Bank (ADB) Edimon Ginting mengatakan, April lalu, ADB memproyeksi perekonomian Asia bakal tumbuh 6,9 persen, namun kini dikoreksi menjadi 6,1 persen. "Hampir semua regional mengalami perlambatan ekonomi, hanya Asean (Asia Tenggara) yang stabil," ujarnya saat paparan Asian Development Outlook Update 2012 di Jakarta Rabu (3/10).
Data ADB menunjukkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi di mayoritas regional Asia pada 2012 memang mengalami koreksi ke bawah. Misalnya, regional Asia Tengah turun dari 6,1 persen menjadi 5,7 persen, Asia Timur turun dari 7,4 persen menjadi 6,5 persen, dan Asia Selatan turun dari 6,6 persen menjadi 5,5 persen. Adapun Asean stabil di angka 5,2 persen dan regional Pasifik stabil 6,0 persen.
"Tapi, size ekonomi Pasifik ini kecil. Jadi, Asean lah yang menjadi kawasan paling prospektif," katanya.
Sebagai gambaran, negara yang masuk regional Pasifik diantaranya adalah Fiji, Kiribati, Marshall Islands, Cook Islands, Micronesia, Nauru, Palau, Papua New Guinea, Timor Leste, Samoa, Solomon Islands, Tonga, Tuvalu, dan Vanuatu.
Kenapa ekonomi Asia melemah? Menurut Edimon, faktor utamanya adalah pelemahan yang terjadi di Tiongkok dan India, padahal dua negara itulah yang selama ini menjadi motor utama perekonomian Asia.
Tiongkok yang pada 2011 lalu ekonominya tumbuh fantastis hingga 9,3 persen, tahun ini diproyeksi hanya mampu tumbuh 7,7 persen, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 8,5 persen. "Ini karena investasi dan ekspor yang menjadi mesin pertumbuhan utamanya kini melemah," ujarnya.
Sementara itu, India yang juga digadang-gadang sebagai calon raksasa ekonomi dunia, kini menghadapi masalah yang cukup pelik sehingga proyeksi pertumbuhan ekonominya dipangkas dari 7,0 persen menjadi 5,6 persen. "Permasalahan India ini cukup pelik karena juga disebabkan oleh factor domestic, yakni inflasi tinggi serta lambatnya reformasi struktural yang akhirnya berdampak pada melemahnya investasi," jelasnya.
Karena itu, lanjut dia, dari tiga negara yang tumbuh pesat di Asia, kini hanya Indonesia yang masih cemerlang. Edimon mengatakan, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini memang turun tipis dari 6,4 persen menjadi 6,3 persen, namun fundamentalnya sangat kuat. "Selain konsumsi yang tinggi, investasi di Indonesia juga terus tumbuh. Inilah yang membedakan Indonesia dengan China (Tiongkok, Red) dan India," katanya.
Ekonom ADB Priasto Aji menambahkan, meski secara fundamental kuat, Indonesia harus terus berbenah, terutama dalam hal pengembangan infrastruktur dan reformasi structural untuk meningkatkan daya saing dan produktifitas. "Reformasi ini bukan hanya ekonomi, tapi juga politik dan birokrasi," sebutnya. (owi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Toyota Kuasai Pasar Mobil AS
Redaktur : Tim Redaksi