jpnn.com, JAKARTA - Mantan kapten Timnas Indonesia, Agung Setyabudi, angkat bicara terkait banyaknya pemain naturalisasi yang memperkuat skuat Timnas saat ini.
Agung menjadi salah satu sosok yang paling khawatir dengan fenomena tersebut. Seperti diketahui, pelatih Timnas Indonesia, Simon McMenemy baru-baru ini menentukan skuat untuk menghadapi Kualifikasi Piala Dunia 2022.
BACA JUGA: Coret Rizky Pora, Simon McMenemy Masukkan Febri Hariyadi
BACA JUGA: Aiptu Agus Sumarsono Dapat Kenaikan Pangkat Luar Biasa
Sebanyak 24 pemain dipanggil untuk mengikuti pemusatan latihan yang akan digelar di Stadion Pakansari, Cibinong, mulai (21/8).
BACA JUGA: Janji Osas Saha Untuk Indonesia
Enam pemain di antaranya berstatus naturalisasi, yakni Otavio Dutra Persebaya Surabaya, Victor Igbonefo (PTT Rayong), Stefano Lilipaly (Bali United), Greg Nwokolo (Madura United), Beto Goncalves (Madura United), hingga terbaru Osas Saha (Tira Persikabo).
Agung beranggapan, pelatih memang memiliki kewenangan untuk menentukan komposisi dalam skuatnya. Akan tetapi, dia cukup kecewa jika harus ada pemain naturalisasi, apalagi dengan jumlah tidak sedikit.
BACA JUGA: Segrup dengan UEA, Ini Jadwal Pertandingan Indonesia di Pra-Piala Dunia 2022
“Sangat disayangkan banyak pemain naturalisasi di Timnas Indonesia. Lebih baik memanfaatkan pemain yang lahir dan besar di negara ini. Mereka sebenarnya tidak kalah kualitasnya,” terang Agung seperti dilansir posmetropadang.co.id hari ini.
Pria yang mengawali karier di Timnas Indonesia pada Piala Asia 1996 ini menilai PSSI sudah saatnya mengkaji ulang kebijakan soal pemain naturalisasi. Hal yang disampaikan Agung Setyobudi cukup beralasan.
Pada era 1990-an, tidak ada pemain naturalisasi. Timnas Indonesia mampu menjadi satu di antara kekuatan sepak bola di Asia. Terbukti dengan meraih medali emas SEA Games Manila 1991, hingga menjadi kuda hitam di Piala Asia.
Timnas Indonesia memasuki era penerapan pemain naturalisasi yang diawali pada Piala AFF 2010. Cristian Gonzales menghiasi daftar pertama hasil dari perpindahan kewarganegaraan, yang kemudian nama-nama lain menyusul sampai sekarang.
BACA JUGA: Pegawai Hotel Tewas Kesetrum Listrik, Duh, Tangannya Sampai Terbakar
Akan tetapi, prestasi timnas senior justru kalah dibandingkan timnas kelompok usia U-16, U-19 atau U-23. Agung pun menyindir PSSI agar sebaiknya seluruh skuat naturalisasi dibentuk sejak dari usia dini, sehingga tidak perlu memakai pemain naturalisasi.
“Buat apa ada pembinaan timnas kelompok umur U-16, U-18, U-19, sampai U-23. Namun ketika masuk senior, dengan mudah memanggil pemain naturalisasi,” kata Agung.
“Saya menilai PSSI sekarang mungkin hanya mengejar sesuatu di luar prestasi anak bangsa. Begitu mudahnya pemain asing bisa menjalani naturalisasi kemudian masuk ke timnas. Kasihan putra-putra bangsa yang sudah menunggu dari level junior,” tegas Agung Setyobudi. (*/heu)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Selain Thailand, Ini Lawan Terberat Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2022
Redaktur & Reporter : Budi