Eks Napiter Dukung Upaya BNPT Lindungi Perempuan

Kamis, 21 Maret 2024 – 19:55 WIB
Kepala BNPT Komjen Rycko Amelza soal perubahan pola pergerakan teroris. Dok Humas BNPT.

jpnn.com, JAKARTA - Mantan narapidana kasus terorisme, Listiyowati, mendukung upaya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk fokus melindungi para perempuan dari paparan ideologi radikal.

"Saya setuju sekali dengan langkah perlindungan perempuan tersebut," kata dia, saat dihubungi, Kamis (21/4) .

BACA JUGA: BNPT Bangun Museum Penanggulangan Terorisme Pertama di Indonesia

Menurut Listiyowati, upaya perlindungan itu penting dilakukan lantaran perempuan sangat rentan menjadi sasaran radikalisasi.

Perempuan, kata Listiyowati, bisa dengan mudah terpengaruh propaganda kelompok radikal terorisme, kemudian mendukung dan bergabung dengan kelompok-kelompok tersebut.

BACA JUGA: Gelar Forsitas di Makassar, BNPT: Negara Beri Perhatian kepada Penyintas Terorisme

"Perempuan kan seringnya pakai perasaan, ya. Kalau sudah suka atau kasihan, cepet banget terpengaruh. Kalau sudah begitu, diajak 'hijrah' juga gampang banget," ujar perempuan 34 tahun ini.

Listiyowati merupakan mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Hong Kong yang teradikalisasi via media sosial.

BACA JUGA: Tingkatkan Resiliensi PMI Hong Kong, BNPT RI Ajak Perkuat Nilai Kebangsaan dan Persatuan 

Lewat media sosial, perempuan asal Kendal, Jawa Tengah, ini kerap berkomunikasi dengan seseorang yang mengajaknya ikut menyelamatkan anak-anak korban konflik agar nantinya bisa masuk surga.

Dari situ, ia malah ikut terlibat dalam pendanaan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Indonesia.

JAD adalah kelompok teroris di Indonesia yang berafiliasi dengan kelompok teroris global Negara Islam Irak-Suriah (ISIS).

Pada 2020, Listiyowati ditangkap dan dihukum 3 tahun penjara.

Pada Juni 2023, ia bebas dari Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Semarang.

Selama berada di dalam tahanan, Listiyowati mengaku mendapat perlindungan dari BNPT agar tak kembali meyakini paham radikal.

Petugas-petugas BNPT, kata dia, aktif memberikan pendampingan setiap kali mengunjungi narapidana terorisme perempuan di dalam lapas.

"Kami mengobrol, berdiskusi, atau dibuatkan kegiatan tertentu. Ini sangat baik karena salah satu dampaknya bisa menghilangkan pandangan radikal kami," ucap Listiyowati.

Sebelumnya, Kepala BNPT Mohammed Rycko Amelza Dahniel mengatakan perempuan, anak-anak, dan remaja merupakan kelompok yang rentan menjadi sasaran radikalisasi.

Karena itu, perlindungan terhadap tiga kelompok itu akan jadi salah satu prioritas BNPT.

"Ketiga kelompok rentan tersebut adalah generasi penerus bangsa sehingga penting untuk dilindungi dari proses radikalisasi demi mencapai tujuan Indonesia Emas 2045," kata Rycko.

Menurut Rycko, perempuan berperan penting dalam pembinaan keluarga, sementara anak dan remaja merupakan generasi penerus penggerak pembangunan bangsa dan negara, termasuk pembangunan ekonomi.

Karenanya, tidak dapat dibayangkan jika ketiga kelompok rentan tersebut dalam jumlah besar terpapar paham radikal terorisme bahkan sampai melakukan tindakan pidana terorisme. (dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler