BIREUEN- Saat tiba di IGD RSU dr Fauziah Bireuen, sekitar pukul 00.30 wib, Cut Yeti dan Sukri diketahui sudah meregang nyawa. Ditubuh mereka terdapat beberapa butir peluru.
Mereka tewas akibat diterjang lima dari 10 butir peluru AK yang menjebol mobil. Eksekutor diduga menggunakan senjata api sisa konflik Aceh, terbukti dengan tujuh selongsong amunisi yang berhasil dikumpulkan oleh petugas.
Pria berjuluk Pang Kuk itu ditembusi tiga timah panas, yakni dua di dada kanan dan satu di bawah ketiak kiri. Sedangkan Cut Yeti diterjang peluru di bagian dada atas kiri tembus ke punggung dan siku kanan hingga lengan. Bahkan, kedua korban ini juga menderita luka lecet akibat benturan dalam mobil saat kehilangan kendali.
Kapolres Bireuen, AKBP Yuri Karsono Sik yang ditemui Metro Aceh beberapa saat usai kejadian sadis itu bersama Dandim 0111/Bireuen, Letkol Inf Muhammad Arfah mengatakan, menurut keterangan warga kedua kendaraan ini sedang melaju dari arah barat (Bireuen) dari arah barat (Bireuen). Saat tiba di kawasan sepi dan gelap berjarak satu kilometer dari pusat kota kecamatan itu, tiba-tiba terjadi aksi kejar-kejaran dan terdengar letusan senjata api.
“Berdasarkan keterangan saksi mata, penembakan terjadi setelah dua unit mobil saling mengejar, lalu disusul suara rentetan senjata yang kami duga jenis AK. Petugas menemukan tujuh butir selongsong peluru,” ujarnya.
Letkol Inf M Arfah kepada koran ini meminta masyarakat tidak terpancing atas kejadian tersebut, dia meminta pelaku teror di Aceh jangan lagi beraksi karena rakyat sudah muak dengan perbuatan biadab itu. Menurutnya, melihat selongsong peluru yang diamankan petugas yakni jenis AK. Maka patut diduga senjata pelaku merupakan sisa peninggalan konflik Aceh beberapa tahun silam.
“Senjata api pelaku ini bukan standar yang digunakan TNI/Polri, saya harap kepada pihak-pihak yang masih menyimpan dan memiliki senjata illegal. Serahkan saja pada pihak berwajib,” ujarnya.(rah)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Komodo Resmi Jadi Keajaiban Dunia
Redaktur : Tim Redaksi