Ekspedisi Perubahan Diskusikan Masalah Pendidikan hingga Komunitas Kreatif di Jatim

Minggu, 28 Januari 2024 – 16:21 WIB
Ubah Bareng kembali mengadakan Ekspedisi Perubahan dengan mengunjungi sejumlah daerah di Jawa Timur. Beberapa di antaranya ialah Ponorogo pada Selasa (23/1), kemudian dilanjutkan Tulungagung dan Blitar keesokan harinya, Rabu (24/1). Foto: dok Timnas AMIN

jpnn.com, PONOROGO - Ubah Bareng kembali mengadakan Ekspedisi Perubahan dengan mengunjungi sejumlah daerah di Jawa Timur. Beberapa di antaranya ialah Ponorogo pada Selasa (23/1), kemudian dilanjutkan Tulungagung dan Blitar keesokan harinya, Rabu (24/1).

Selain ketiga daerah tersebut, Ekspedisi Perubahan juga bersafari ke Malang, Surabaya, dan Madura. Seperti biasanya, kegiatan ini mengajak warga setempat untuk berdiskusi mengenai masalah yang sering mereka hadapi di daerahnya masing-masing.

BACA JUGA: Anies Baswedan Merasakan Perubahan Makin Kuat di Dumai

Di Ponorogo, misalnya, warga masih merasakan adanya ketimpangan di sektor pendidikan. Hal ini sebagaimana disampaikan seorang peserta Ekspedisi Perubahan, Emil, yang mengatakan bahwa terjadi kurangnya pemerataan antara sekolah negeri dan swasta.

“Untuk permasalahan yang ada di Ponorogo, yang juga saya rasakan sendiri, yaitu dalam sektor pendidikan masih kurangnya pemerataan. Karena yang sekolah negeri dan swasta ini masing nggonjeng,” ujarnya.

BACA JUGA: Singgung Pilpres 2019, Anies Sebut Masyarakat Aceh Konsisten di Barisan Perubahan

Tidak hanya itu, Ekspedisi Perubahan menemukan masalah lain saat berdiskusi dengan warga di Tulungagung dan Blitar. Dalam diskusi itu, terungkap bahwa komunitas kreatif untuk anak muda berkumpul dan bertukar pikiran masih sangat minim.

Salah seorang peserta Ekspedisi Perubahan, Yurista Hardika Dinata, mengatakan kawula muda di Tulungagung dan Blitar setidaknya mesti diberikan wadah agar mereka bisa berkembang, yang lantas juga akan berimbas pada memajukan daerahnya.

BACA JUGA: Anies Baswedan Sebut Aceh Tempat Lahirnya Pejuang Perubahan

“Wadah-wadah baru, komunitas-komunitas kreatif itu perlu diakomodir, diwadahi minimal satu. Kemudian itu bisa dikolaborasikan dan memberikan trigger, sehingga di kemudian hari daerah ini dan anak mudanya dapat berkembang,” kata Yurista.

Emirio Syarfuan selaku Koordinator Ekspedisi Perubahan pun sepakat dengan masukan itu. Menurutnya, wadah untuk anak muda serta pemerataan pendidikan dapat menjadi salah satu cara untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.

“Jangan sampai anak muda di daerah, pada waktu Indonesia Emas, hanya menerima warisan masalah yang kita tidak tahu dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu, kita juga berhak untuk kemudian mencicil perubahan itu mulai dari saat ini,” katanya.

Terkait perubahan itu sendiri, Rahma Arifa Muhaimin selaku peserta Ekspedisi Perubahan, kian optimis bahwasanya memang banyak anak muda yang menginginkan Indonesia menjadi lebih baik. Ini tercermin dari jumlah peserta diskusi yang melebih target.

“Kami terharu melihat semakin banyak anak muda yang menginginkan perubahan. Peserta Ekspedisi Perubahan yang hadir melebihi target yang awalnya 500, ini total bisa sampai 800 mendekati 1000. Masalah-masalah, juga masukan dari mereka tentunya akan kami sampaikan kepada para pemangku kepentingan agar, bisa menjadi pertimbangan dalam membuat kebijakan untuk Indonesia yang lebih adil, makmur, dan setara,” tutupnya. (jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : JPNN.com

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler