Ekspor Tiongkok Masih Anjlok, Apa Dampaknya Bagi Perundingan Dagang dengan AS?

Kamis, 09 Mei 2019 – 12:41 WIB
Negosiasi dagang antara AS dan Tiongkok terus berjalan. Foto: Reuters

jpnn.com, BEIJING - Tiongkok butuh senjata untuk melalui perundingan dagang kesebelas dengan Amerika Serikat (AS) di Washington hari ini (9/5). Tapi, yang mereka temukan justru beban. Kemarin, Rabu (8/5) mereka merilis laporan ekspor-impor yang buruk.

Data ekspor-impor pada April 2019 benar-benar mengkhianati harapan pelaku ekonomi dunia. Mereka mencatat total ekspor USD 193,4 miliar (Rp 2.766 triliun) atau turun 2,7 persen jika dibanding dengan nilai ekspor pada April tahun lalu.

BACA JUGA: Kejutan Bukan

Padahal, banyak pakar ekonomi yang bertaruh terhadap kebangkitan Negeri Tirai Bambu. Sebagian besar pakar ekonomi yang mengisi polling Bloomberg memperkirakan kenaikan 3 persen di bidang ekspor. Selanjutnya, impor Tiongkok diperkirakan turun 2,1 persen.

Tapi, yang terjadi justru sebaliknya. Impor bulan keempat Tiongkok justru naik 4 persen menjadi USD 179,6 miliar. ''Data itu menunjukkan bahwa risiko ekonomi anjlok setelah kenaikan sementara masih ada,'' ujar Lu Ting, pakar ekonomi bank Nomura, kepada Agence France-Presse.

BACA JUGA: Trump Tebar Ancaman Jelang Negosiasi Dagang dengan Tiongkok

Di tengah semua keraguan, banyak pengamat yang menaruh harapan terhadap perkembangan Tiongkok. Pasalnya, ekspor Tiongkok pada Maret melonjak sampai 14,2 persen. Tentu saja, ada faktor liburan Imlek yang selalu mendongkrak konsumsi warga Tiongkok dan sekitarnya. Namun, banyak juga yang merasa tren tersebut bakal berlanjut karena insentif besar-besaran dari pemerintah Tiongkok.

''Sepertinya, kebijakan Beijing untuk mempermudah bisnis akan ditingkatkan lagi dalam waktu dekat,'' imbuh Ting.

BACA JUGA: AS Optimistis, Tiongkok Masih Skeptis

Kabinet Xi Jinping pusing tujuh keliling. Sebab, data itu juga tak diiringi daya tawar dengan AS. Mau mengatakan bahwa mereka sudah menyeimbangkan perdagangan dengan AS? Tidak bisa. Menurut South China Morning Post, surplus dagang Tiongkok atas AS justru tumbuh dari Maret menjadi USD 21 miliar (Rp 300 triliun).

Memang, celah terbaru tak selebar selisih dagang April 2018, yakni USD 222 miliar (Rp 3.174 triliun). Tapi, Presiden AS Donald Trump jelas tak akan puas dengan angka tersebut. Kalau dia tak senang, bea impor untuk kelompok barang senilai USD 200 miliar (Rp 2.858 triliun) bakal naik menjadi 25 persen.

''Kalau ancaman Trump jadi kenyataan, arus ekonomi dunia bakal berubah drastis,'' Steve Cochrane, kepala ahli ekonomi Asia Pacific di Moody's Analytics.

Pemerintah Tiongkok tentu berusaha bersikap tenang. Mereka menyatakan tidak ada yang berubah dari visi ekonomi mereka. Sejak awal, mereka sudah menyiapkan berbagai solusi untuk bermacam skenario. Termasuk jika Trump menggila dalam perundingan kesepakatan dagang.

''Pemerintah pasti akan mempertahankan kepentingan nasional. Tak akan ada kompromi terhadap prinsip dasar kami. Yang ada hanya kompromi yang bisa menenangkan semua pihak,'' begitu pernyataan pemerintah dalam artikel yang dimuat Xinhua. (bil/c22/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Siapa Bisa Tahan Tiongkok dan Jepang di Piala Sudirman 2019?


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler