Emas Bodoh

Dahlan Iskan

Minggu, 21 April 2024 – 08:15 WIB
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - PERAMPOKAN besar ini bisa dirahasiakan selama setahun penuh. Aneh. Tidak bocor ke media.

Pun di Kanada, media bisa kecolongan peristiwa besar selama setahun.

BACA JUGA: Nilai Wong

Yang dirampok: emas murni. Satu truk. Berbentuk batangan. Sebanyak 6.600 batang.

Peristiwa ini kelihatannya sengaja dirahasiakan: melibatkan rahasia bank. Bahkan rahasia yang lain lagi.

BACA JUGA: Nilai 95

Maka informasi seputar perampokan ini sangat minim. Padahal, di samping emas juga jutaan uang dolar Kanada.

Saya sudah membaca sembilan media Amerika dan Kanada: sama. Tidak ada yang menulis peristiwa ini dengan detail-deskriptif.

BACA JUGA: Nilai 70

Peristiwanya sendiri terjadi tepat setahun lalu: April 2023. Hari itu pesawat cargo Air Canada mendarat di bandara Toronto. Dari Swiss. Barang yang dibawa adalah emas dan uang kontan.

Kedua barang itu ditaruh dalam satu kontainer khusus.

Sesuai dengan prosedur cargo, barang tersebut diturunkan, dimasukkan lebih dulu ke gudang cargo milik Air Canada.

Emas dan uang itu akan dikirim ke alamat tujuan: sebuah bank yang berpusat di Toronto.

Sorenya, sebuah truk datang ke gudang: mengambil kiriman dari Swiss itu.

Petugas gudang memeriksa dokumen pengambilan barang: lengkap. Emas dan uang kontan pun diangkut keluar gudang.

Lenyap.

Hebatnya: tidak ada media yang memberitakan peristiwa tersebut. Polisi yang menerima laporan juga merahasiakannya dari media.

Setahun pun berlalu.

Polisi Kanada tidak berhasil menemukan perampoknya.

Kamis kemarin terjadi pelanggaran lalu-lintas di Amerika Serikat. Tepatnya di kota Philadelphia –sekitar 900 km dari Toronto.

Ketahuan: truk yang melanggar itu mengangkut senjata sebanyak 65 pucuk –dua di antaranya senjata otomatis.

Dari pemeriksaan diketahui senjata itu akan dimasukkan ke Kanada. Secara gelap.

Dari kontak polisi di dua negara ditemukan kenyataan lain: itulah truk yang dipakai mengangkut emas dan uang dolar setahun sebelumnya.

Dari sini barulah terbongkar peristiwa perampokan emas di Bandara Toronto.

Ini perampokan emas terbesar keenam dalam sejarah dunia.

@Jokolodang pasti setuju: inilah perampok emas terbodoh.

Bagaimana bisa: sudah tahu dia sedang membawa senjata selundupan. Mengapa melanggar lalu-lintas. Mengapa tidak hati-hati. Kebodohan yang lain: kenapa truk itu tidak dilenyapkan. Eman-eman?

Memang, truk itu truk sewaan. Justru itu: banyak cara untuk melenyapkannya.

Akan tetapi ada yang mencurigakan dalam peristiwa ini. ''Merampok emas untuk membeli senjata''. Pantas peristiwa ini tidak terlalu dibuka.

Bahkan, The New York Times tidak menuliskan nama-nama mereka yang ditangkap. Termasuk nama Durante King-Mclean, si sopir truk berusia 25 tahun.

Mungkinkah perampokan ini bukan perilaku keserakahan ekonomi? Mungkinkah terkait gerakan perjuangan di satu kawasan?

Artikel-artikel di media utama di sana tidak ada yang mengindikasikan itu. Tetapi komentar para "perusuh" media itu ada yang menduga terkait gerakan anti-Hindu dan anti-pemerintah India.

Salah satu dari sembilan yang ditangkap adalah Ali Raza, 37 tahun, pemilik toko perhiasan di Toronto. Ada juga Ammad Chaudhary dari Ontario.

Nama-nama lainnya juga berbau nama India: Amit Jalota dan Prasath Paramalingam. Satu lagi yang juga ditangkap adalah ordal Air Canada: Parmpal Sidhu, 54 tahun.

Tentu tidak boleh ada praduga apa pun sampai ada penjelasan resmi yang akurat.

Keanehan yang lain: mengapa kiriman begitu berharga diperlakukan seperti kirim ikan salmon. Sampai-sampai petugas gudang begitu cerobohnya dalam memeriksa dokumen. Padahal, ternyata, dokumen yang dipakai mengambil emas tersebut duplikat.

Bahkan, menurut semua media di sana, hanya dokumen duplikat pengambilan barang berupa seafood sehari sebelumnya.

Dari emas dan uang sebanyak itu –total sekitar Rp 250 miliar– tinggal tersisa 6 buah gelang. Rupanya semua emas batangan tadi sudah dilebur. Dijadikan gelang dan perhiasan. Agar nomor serinya hilang.

Sisanya: habis untuk membeli senjata.(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Nilai Nol


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler