Enam Bulan Petugas Berteman Nyamuk Malaria

Jumat, 05 September 2014 – 05:22 WIB
JAGA KEDAULATAN: Pos penjagaan di Pulau Fani. Suryo Eko Prasetyo/Jawa Pos/JPNN.com

jpnn.com - BERADA di Kepulauan Raja Ampat kurang lengkap jika tidak mampir ke pulau terluar di Papua Barat. Di utara wilayah pemerintahan kabupaten itu terbentang gugusan kepulauan kecil di bibir Samudra Pasifik yang berbatasan langsung dengan Republik Palau dan sebagian Filipina. Berdasar peta Dinas Hidro Oseanografi Mabes TNI-AL, sedikitnya ada tiga pulau terluar di Raja Ampat yang bisa menjadi pintu masuk ke Indonesia di timur laut.

Tiga pulau itu adalah Fani, Fanildo, dan Bras. Meski kecil dan terpencil, tiga pulau tersebut berpenghuni dan wilayahnya dibagi dalam distrik-distrik (kecamatan). Di antaranya, Distrik Kepulauan Ayau, Waigeo Barat, dan Waigeo Utara.

BACA JUGA: Lepas Jilbab, Berdandan Klimis, Ngaku Punya Teman Dekat

Selain berada di perbatasan, wilayah tersebut punya arti penting bagi NKRI. Potensi perikanan maupun hasil lautnya dapat menarik minat asing masuk wilayah tersebut tanpa prosedur resmi. Karena itu, pemerintah perlu melakukan penjagaan khusus demi keamanan dan kedaulatan bangsa.

’’Kami selalu mendukung TNI-AL dalam melakukan pengamanan di pulau terluar seperti di Papua Barat ini,’’ ujar Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro kepada Jawa Pos saat melakukan patroli udara dengan menggunakan pesawat udara Cassa U-615 di bawah kendali jajaran Pusat Penerbangan TNI-AL Jumat (22/8).

BACA JUGA: Sudah Koleksi 200 Bilah, Bercita-cita Dirikan Museum

Pesawat transportasi taktis itu bertolak dari Bandara Domine Eduard Osok, Sorong, pukul 07.30 WIT. Turut dalam patroli itu Kepala Staf TNI-AL Laksamana TNI Marsetio, Asisten Operasi KSAL Laksda TNI Arief Rudianto, Kepala Biro TU Setjen Kemenhan Brigjen TNI Ida Bagus Purwalaksana, danPerwira Pembantu Dukungan Operasi Staf Operasi AL Kolonel Marinir Ketut Suarya.

Pengamanan TNI-AL di pulau terluar itu berupa penempatan satuan tugas pulau terluar dari prajurit Korps Marinir. Di setiap pulau ditempatkan satu tim prajurit baret ungu berjumlah 15 personel. ”Setiap enam bulan sekali dilakukan pergeseran satgas,” sambung Marsetio.

BACA JUGA: Ini Dia Kembar Cantik yang Selalu Bersaing

Menurut Perwira Staf Operasi Puspenerbal Kolonel Laut (P) Edwin, kepulauan terluar umumnya menjadi habitat ikan yang banyak diburu kapal-kapal pencari ikan dari dalam negeri dan asing.

”Di sini banyak ikan napoleon yang harganya sangat mahal,” terang Edwin.

Karena itu, melalui patroli maritim secara berkala, jajarannya berkoordinasi dengan satgas Marinir setempat maupun unsur pangkalan TNI-AL terdekat untuk melakukan penindakan.

”Kami akan kontak ke pangkalan terdekat bila ada aktivitas yang mencurigakan berdasar pengamatan dari udara,” lanjut mantan komandan Pangkalan AL Tanjung Balai Karimun itu.

Berdasar laporan dan data titik koordinat pihak yang dicurigai itu, pangkalan terdekat akan mengerahkan armada kapal cepat untuk melakukan penindakan. Dengan cara demikian, kerugian negara dari aksi pencurian ikan maupun pencurian kandungan mineral bumi dapat diantisipasi.

Bukan rahasia lagi, selain mempunyai pemandangan yang indah, Raja Ampat menyimpan potensi tambang. Di antaranya, nikel di Waigeo, batu bara dan minyak-gas di Pulau Salawati, serta emas dan bahan baku semen di Pulau Batanta serta Misool. Jarak antarpulau yang berjauhan membuat aparat harus ekstrakeras dalam melakukan pengawasan. Misalnya, jarak Pulau Fani dengan Bandara Marinda di Waisai, ibu kota Raja Ampat, yang mencapai 120 mil atau sekitar 193 kilometer (1 mil setara 1.609 meter).

Penempatan anggota Marinir di pulau terluar merupakan upaya negara kita untuk menjaga kedaulatan NKRI di titik nol. Menurut Kolonel Marinir Ketut Suarya, prajurit Marinir yang ditempatkan di perbatasan Papua Barat akan diberangkatkan dari Pos AL Waisai. Meski menggunakan kapal patroli canggih, perjalanan menuju pulau terluar sungguh sangat berat. Pasalnya, laut yang diseberangi merupakan titik pertemuan arus antara Samudra Pasifik dan Laut China Selatan.

Kapal patroli tidak bisa merapat begitu sampai di Pulau Fani karena terdapat karang di bibir pantai. Persis di selatan pulau itu terdapat Pulai Igi dan Pulau Miarin. Untuk mengakses antarpulau tersebut, prajurit mesti membuat jembatan darurat dari rangkaian kayu. Ketika pesawat TNI-AL yang Jawa Pos tumpangi melintas di atas pulau itu, terlihat kondisi laut di sekitar pulau tersebut sedang surut. Perahu yang hendak berlabuh terpaksa melego jangkarnya agak jauh dari pantai.

’’Kalau dipaksakan ke pinggir, kapal bisa kandas terkena karang,’’ terang Ketut Suarya yang juga alumnus terbaik Sesko TNI itu.

Dari udara pula rombongan Menhan bisa melihat kapal-kapal nelayan berjajar di permukiman tidak tetap. Meski dimensi panjang Pulau Fani dan dua pulau di sebelahnya tidak lebih dari 1 kilometer, di bagian tengahnya tumbuh belantara hijau. Hutan tersebut terasa kurang familier bagi yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebab, penyakit malaria yang ditularkan nyamuk Anopheles akan mengancam.

Saat kegiatan operasi Surya Bhaskara Jaya (SBJ) berlangsung di Papua Barat, seorang anggota Marinir harus menjalani perawatan di KRI dr Soeharso karena didiagnosis terserang malaria. Kapal rumah sakit apung yang bermarkas di Armatim Surabaya itu juga sempat membedah pasien saat sandar di Pulau Mutus, kawasan terluar di Waigeo Barat.

Letak geografis pulau terluar yang berbatasan dengan negara tetangga itu mendorong Pemkab Raja Ampat mendesak pemerintah pusat agar mempercepat pembangunan wilayah perbatasan. Selama ini pemberdayaan ekonomi maupun infrastruktur di kawasan terluar untuk memperkukuh nilai tawar di mata negara tetangga belum optimal.

Begitu pula di bidang pendidikan. Sejumlah institusi menerjunkan relawan guru maupun sarjana untuk mendidik di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal. Dorongan agar pulau-pulau tersebut menjadi daerah otonom belum terealisasi. Sebagaimana disampaikan Staf Ahli Pemkab Raja Ampat I Nyoman Jaya, pemekaran pulau terluar menjadi Kabupaten Raja Ampat Utara sudah diusulkan pada 2011.

Pemkab di bawah kepemimpinan Bupati Marcus Wanma menyiapkan tahapan untuk persyaratan pemekaran. Salah satunya berupa pelepasan tanah adat seluas 1.000 hektare di Waigeo Utara hingga melengkapi data-data maupun persyaratan lain.

”Masyarakat turut menyambut rencana baik pemekaran ini,” tuturnya.

Nyoman berharap pemekaran pulau terluar yang berbatasan dengan negara lain dapat memperpendek rentang permasalahan di lapangan. Pria keturunan Bali itu mengibaratkan pemekaran pulau tersebut seperti membangun serambi negara. ”Kejahatan di laut maupun kerugian negara yang ditimbulkan bisa diminimalkan,” tandas Nyoman. (*/c10/ari)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Awalnya Jadi Korban, Kini Ungkap Ribuan Situs Penipuan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler