Enam Tewas Misterius, Warga Mengungsi

Senin, 13 Februari 2012 – 11:12 WIB
NGABANG - Warga Dusun Sebadok, Desa Temahar, Kecamatan Jelimpo, Kabupaten Landak, sejak Sabtu (11/2) malam atau Minggu (12/2) dini hari dihebohkan dengan tewasnya enam warga secara mendadak. Warga juga memilih untuk mengungsi ke tempat lain karena ketakutan menyebarnya isu virus mematikan.
 
Minggu (12/2) dini hari sekitar pukul 00.00 WIB berhembus kabar adanya peristiwa yang dirasakan ganjil menimpa enam orang warga di Dusun Sebadok.  Keenam orang warga tersebut sesuai keterangan Mansur yang juga warga Dusun Sebadok, saat ditemui di rumah Ketua I Dewan Adat Dayak (DAD) Landak, Syaidina, mengungkapkan, enam orang tersebut tewas secara misterius. Kematiannya hanya berselang beberapa saat setiap korbannya.

Menurut Mansur, kejadian beruntun ini diawali kematian Ego (3) pada Sabtu (11/2) sekitar pukul 14.00 WIB dengan mulut mengeluarkan busa dan badan membiru. Awalnya diduga karena dipatuk seekor ular. Selang beberapa jam kemudian Ibu Ego, Marina (23) juga tewas dengan sebab yang belum bisa dipastikan.

Lebih lanjut, Mansur menjelaskan , kematian misterius yang sama juga dialami empat warga Dusun Sebatok lainnya. "Ibu Ego ini meninggal sekitar pukul 18.00 WIB disusul Etis (32), Davit Budai (63), Ebok (20) dan Doman (35),” ujarnya. Kematian empat orang ini bergiliran dan hanya berselang satu jam dari kematian Marina. Ini yang membuat hampir seluruh warga Sebadok mulai dihantui oleh rasa kecemasan. Karena beredar isu penyebab kematian ini dapat menular. “Makanya kami sekeluarga malam ini juga mengungsi ke Kota Ngabang," paparnya. Ngabang adalah Ibukota Kabupaten Landak.

Masih menurut Mansur, bukan hanya ia dan keluarganya saja yang mengungsi. Warga lainnya juga langsung mengungsi pada malam hingga dini hari. Akibatnya dusun menjadi sepi dan hampir kosong. "Semua mengungsi. Bahkan ada yang rela berjalan kaki ke Desa Temahar yang berjarak 14 kilometer dari Dusun Sebadok. Di Temahar warga ditampung di sebuah gereja. Namun bagi yang memiliki kendaraan bermotor ada juga yang langsung mengungsi jauh ke rumah keluarganya," tambahnya.

Ketua I DAD Landak, Syaidina mengatakan dirinya beserta warga telah melaporkan hal tersebut ke Polres Landak dan pemerintah setempat.

"Hal semacam ini harus segera ditanggani oleh Polres dan Pemkab Landak dengan segera, dengan terjun langsung ke tempat kejadian. Namun yang paling penting yaitu untuk menenangkan warga yang saat ini dalam kecemasan akibat peristiwa ini,"  ujarnya.

Polres Turunkan Tim
Tim gabungan yang terdiri atas anggota Polres Landak yang dipimpin Kapolres AKBP Hotma Victor Sihombing, SIK dan tenaga medis yag terdiri dari empat orang dokter yang dipimpin Kepala Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Landak, Krisman mendatangi tempat terjadinya perkara (TKP) pada Minggu (12/2) sekitar pukul 09.00 WIB.

Dengan mengunakan lima mobil, tim bergerak dari Mapolres Landak dan sampai ditempat tujuan sekitar pukul 13.30 WIB. Tim gabungan tiba dilokasi tujuan yang harus ditempuh melalui jalan perkebunan kelapa sawit milik salah satu perusahan yang licin dan terjal.
 
Pantauan Pontianak Post setiba di Dusun Sebatok, kondisi dusun sedang sepi karena sebagian besar warganya telah mengungsi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Hanya segelintir warga yang masih bertahan menjaga keenam jenasah.
 
Rombongan yang mendatangi Dusun Sebatok langsung menuju ke rumah jenasah Ego (anak) dan Marina (ibunya). Oleh tim dokter, korban Ego yang telah dimasukkan ke dalam peti mati, kepada keluarga yang masih tinggal untuk menjaga kedua ibu dan anak ini, tim meminta izin untuk membongkar kembali peti mati milik Ego. Setelah mendapat izin dari pihak keluarga dan peti dapat dibongkar, tim dokter langsung mengambil sempel air liur yang masih keluar dari mulut jenazah Ego, untuk diperiksa dan dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
 
Kapolres Landak AKBP Hotma Viktor Sihombing bersama tim dokter juga meminta persetujuan pihak keluarga untuk membawa salah satu jenazah untuk diotopsi. Setelah melakukan negosiasi akhirnya jenasah Atis (39) diijinkan dibawa untuk diotopsi.

Salah satu warga, Ase (39) saat ditemui Pontianak Post menuturkan, Ego korban pertama saat sebelum meninggal sempat buang air besar ke sungai yang tidak jauh dari rumahnya. Setelah buah air, Ego langsung beranjak naik ke rumah. Namun belum sampai di rumah Ego mengalami kejang-kejang. Dari mulutnya mengeluarkan busa serta kondisi tubuhnya membiru.
 
Dijelaskan Ase, Ego buang airnya di tepi sungai di bawah pohon jambu. Memang ada warga yang melihat seekor ular sebesar pergelangan orang dewasa di lokasi Ego saat buang air besar. Ini pun tidak dapat dipastikan. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya Ego yang masih berada di halaman rumah sempat muntah. Muntahannya tersebut dimakan anjing. Mulai dari sini keanehan itu terjadi. Anjing yang memakan muntahan Ego juga mati. Setelah anjing ini mati kemudian dikubur. Keanehan terus terjadi setelah Ego tewas, ibunda Ego, Marina juga tewas yang disusul oleh Atis. Sebelum Marina dan Atis tewas (setelah Ego tewas), Marina kondisinya juga hampir sama dengan Ego. Oleh keluarga dan warga setempat diobati oleh pengobat tradisional dengan memasak anjing dan ayam.
 
Keanehan terus terjadi setelah Marina meninggal. Mereka yang datang saat pengobatan Marina seperti Atis, Ebok, Doman dan Budai juga meninggal secara mendadak. Hal inilah yang membuat warga lainya mulai merasa cemas dan ketakutan hingga harus mengungsi," paparnya.

Pihak RSUD Landak, melalui dr. Piyus menjelaskan setelah melakukan pemeriksaan terhadap beberapa jenazah ternyata apa yang ditakutkan warga tidak terbukti. "Ya kita masih terus melakukan pemeriksaan dengan mengambil sempel air liur Ego. Pihak kepolisian juga akan melakukan otopsi terhadap jenazah Atis,” jelasnya.
 
Selain itu pihaknya juga akan melakukan pemeriksaan makanan yang telah dikonsumsi korban saat dihidangkan saat acara adat. “Kita ambil sayurnya dan daging anjing dan kita bawa untuk uji laboratorium. Walaupun hasilnya masih kita tunggu namun warga jangan kawatir ini tidak dapat menjangkit seperti apa yang diperkirakan dan dikawatirkan dan dugaan sementara mereka terkena racun dari makanan. Namun ini juga perlu dipastikan melalui uji laboratorium," ujarnya.

Sampai di Ngabang, jenazah Atis langsung menuju RSUD Landak. Di sini telah menanti tim Dokter Kepolisian dan Forensik Polda Kalbar di ruang jenazah. Tampak juga hadir Bupati Landak, Adrianus Asia Sidot. Bupati Landak juga ikut langsung melihat kondisi jenazah sebelum dilakukan otopsi.

Adrianus mengatakan isu ada virus mematikan tidak benar. Untuk itu kepada warga diharapkan jangan panik karena setelah melihat kondisi jenazah walaupun ini masih dalam penyelidikan, penyebab kematian ini kemungkinan besar hanya keracunan makanan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.(sgg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bendahara Partai Sekarat Diseruduk Kambing

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler