jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengapresiasi terobosan Menteri BUMN Erick Thohir untuk berkomitmen mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia.
Langkah tersebut dinilai dapat memberikan dampak yang positif bagi Indonesia ke depan terutama menyangkut penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan.
BACA JUGA: Sugeng Suparwoto DPR: Peralihan ke Energi Baru Terbarukan Jangan Ditunda Lagi!
“Pastinya akan lebih ramah lingkungan dan akan lebih murah, karena memang akan mengurangi beban penggunaan listrik," kata Mamit, Kamis (10/3/2022).
Mamit mengatakan upaya yang dilakukan Erick sejalan dengan upaya pemerintah yang menargetkan net zero emission pada tahun 2060.
BACA JUGA: Peduli Disabilitas, Erick Thohir Terbukti Terapkan Konsep Kepemimpinan Humanis
Oleh karena itu, menurut Mamit, harus mulai dijalankan pada saat ini dengan mendorong BUMN berkolaborasi agar penggunaan energi fosil beralih ke EBT.
“Komitmen untuk pengembangan EBT ini sudah sangat bagus. Dalam hal ini Erick Thohir mendorong sinergi BUMN dalam pengembangan EBT," ujar Mamit.
BACA JUGA: Energy Watch Nilai Harga Listrik Sampah Terlalu Mencekik PLN
Salah satu bukti Erick Thohir mewujudkan EBT yaitu mendorong perusahaan BUMN di antaranya PT Bukit Asam Tbk dan PT Jasa Marga melakukan terobosan dalam membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Tol Bali Mandara.
"Saya kira memang sangat diperlukan kerja sama antar-BUMN dalam rangka meningkatkan kapasitas EBT di Indonesia. Hal ini diperlukan dalam rangka mengejar target bauran energi yang ditetapkan," ulas Mamit.
Begitu juga dengan perusahaan BUMN lainnya seperti PT Pertamina (Persero) berkolaborasi dengan Gojek, Electrum, Gesit, Gogoro, dan Perusahaan Baterai Indonesia (IBC) untuk mempercepat ekosistem kendaraan listrik yang terintegrasi dan terlengkap di Indonesia.
Mamit meyakini pada sektor industri kendaraan listrik Indonesia bisa menjadi pemain utama, sebab melimpahnya nikel sebagai kandungan komponen utama beterai listrik yang terkandung dalam tanah air.
Namun, hal itu perlu juga mendapat dukungan secara global. Mamit menyebut Indonesia dapat memanfaatkan momentum forum Presidensi G-20, Indonesia menjadi tuan rumah yang bisa mengajak dunia internasional komitmen mempercepat transisi energi melalui kebijakan yang bersifat progresif.
“Selanjutnya pasti dukungan dari dunia internasional, karena mereka berkomitmen memberikan bantuan kepada Indonesia agar proses transisi ini bisa berjalan secepatnya. Karena kalau tanpa bantuan dari internasional saya kira kebobolan, nggak mungkin, nggak ada dananya,” bebernya.
Tidak hanya mendapatkan dukungan, Mamit juga mendorong Presidensi G-20 sebagai momentum untuk mendapatkan dukungan pendanaan demi memperlancar rencana pemanfaatan EBT.
“Selanjutnya, saya kira kenapa kita harus optimistis, karena memamg dengan kebijakan pemerintah terkait EBT Juga sangat masif, dengan kebijakan-kebijakan yang mengarah ke green energy saat ini. Begitu juga sedang digodok rancangan undang-undang EBT di mana ini pastinya akan memberikan kepastian hukum bagi investor untuk investasi EBT ke Indonesia,” ujar Mamit.
Selain itu, Mamit juga memuji langkah Erick Thohir yang menggandeng mahasiswa untuk mengembangkan industri EBT Indonesia.
Langkah itu menurutnya menambah semangat generasi muda untuk ikut terlibat dalam kemajuan negara dan bangsa melalui pengembangan industri EBT.
"Pelibatan mahasiswa ini merupakan langkah yang sangat strategis dengan mengajak mereka berinovasi dalam sektor EBT ini," tuturnya.
Sebelumnya, Erick Thohir menyambut positif seluruh potensi dan karya yang dihasilkan oleh generasi muda Indonesia, di antaranya adalah kendaraan listrik karya mahasiswa. Kendaraan listrik ini dikembangkan oleh mahasiswa dari perguruan tinggi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dan dari Universitas Lampung (Unila).
Begitu juga dengan langkah PT Pertamina (Persero) yang telah berkolaborasi dengan Gojek, Electrum, Gesit, Gogoro, dan Perusahaan Baterai Indonesia (IBC) untuk mempercepat ekosistem kendaraan listrik yang terintegrasi dan terlengkap di Indonesia.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich