Enrique Tertegun Saat Ditanya Tim Mana yang Lebih Baik dari Spanyol, Lalu Menjawab..

Selasa, 06 Juli 2021 – 19:37 WIB
Pelatih Spanyol Luis Enrique. Foto: Marca

jpnn.com, LONDON - Spanyol memang hebat karena sejauh ini menjadi tim yang mencetak gol paling banyak di Euro 2020.

La Roja juga sudah 13 kali berturut-turut tak terkalahkan.

BACA JUGA: Italia vs Spanyol: Main di Wembley, Tim Matador Punya Kenangan Buruk, Apakah Itu?

Mungkin itu yang membuat entrenador Luis Enrique tertegun saat ditanya adakah tim yang lebih dari pasukannya saat ini.

Enrique sampai beberapa detik terdiam kemudian menjawab singkat, 'tidak ada'.

BACA JUGA: Jose Mourinho Jagokan Italia Tekuk Spanyol di Semifinal Euro 2020

Namun, Italia yang menjadi lawannya dalam semifinal Euro 2020 di Stadion Wembley Rabu dini hari nanti lebih superior, karena sudah 32 kali tak terkalahkan sejak September 2018.

Italia juga lebih mengesankan dalam perjalanan mencapai semifinal. Memasukkan 11 gol dan kebobolan dua gol, Azzurri adalah satu-satunya dari empat semifinalis Euro 2020 yang selalu menang dalam lima pertandingan sebelumnya.

BACA JUGA: Swiss vs Spanyol: Luis Enrique Sebut Masalah Tim Matador Hanya Satu, Yaitu...

Spanyol memang tak terkalahkan dalam lima pertandingan sebelumnya, tetapi dua di antaranya berakhir seri, dan satu lainnya diakhiri adu penalti ketika mengalahkan Swiss pada perempat final.

Italia mungkin lebih teruji karena menaklukkan peringkat satu dunia Belgia yang masuk perempat final dan selalu menang dalam empat laga sebelumnya.

Spanyol malah susah payah menaklukkan Swiss dengan adu penalti.

Namun, itu tidak menurunkan kelas Spanyol terhadap Italia.

Kedua negara malah terlampau sering bertemu dalam pertandingan level atas.

Bahkan siklus dominasi Spanyol dalam sepak bola Eropa naik turun ketika menghadapi Italia yang juga berusaha menuntut balas atas apa yang dilakukan Spanyol pada turnamen-turnamen sebelumnya.

La Roja versus Azzurri memang selalu menjadi pertarungan berbalut sejarah, termasuk pengalaman pelatih Luis Enrique yang tulang hidungnya retak akibat ulah Mauro Tassotti ketika Spanyol kalah dalam perempa tfinal Piala Dunia 1994.

Tassotti bebas tanpa koreksi wasit dan ini membuat Spanyol diperlakukan tidak adil.

Namun, Spanyol juga memiliki kenangan indah saat perempat final Euro 2008 ketika menang adu penalti setelah 0-0 selama 120 menit melawan Italia. La Roja kemudian memenuhi penantian 44 tahun menjadi juara turnamen utama sepak bola internasional.

Keduanya kembali bertemu dalam final Euro 2012, di mana La Roja menang besar 4-0 yang saking besarnya membuat kapten Spanyol Iker Casillas memohon wasit segera meniup peluitnya agar penderitaan Italia berakhir.

Namun, empat tahun kemudian Italia membalas dalam 16 besar Euro 2016. Azzurri yang ditangani Antonio Conte menang 2-0 di Stade de France untuk mengakhiri periode panjang hegemoni Spanyol di Eropa.

Sayang, Italia tak bisa menuntaskan perjalanan ini dengan trofi Eropa karena Portugal yang menjadi juaranya, setelah menaklukkan tuan rumah Prancis.

Kemenangan itu juga tidak mendorong Italia bangkit. Dan Spanyol pula yang membuat Italia menderita ketika menyingkirkan mereka dari kualifikasi Piala Dunia 2018 dengan kemenangan 3-0.

Untuk pertama kali sejak 1958, Italia pun absen dalam putaran final Piala Dunia. Krisis identitas pun hebat menerjang timnas Italia, sampai kemudian mereka menunjuk Roberto Mancini.

Mancini berhasil membuat negaranya mencintai kembali timnasnya, dengan menciptakan sebuah tim yang begitu tinggi kebersamaannya dan memainkan sepak bola menyerang sekaligus solid sampai 32 kali tak terkalahkan hingga sekarang.

Ini membuat rakyat Italia merasa trofi Euro, dan mungkin Piala Dunia 2022, sudah dalam jangkauan mereka kembali.

Rasa kebersamaan Azzurri bisa dilihat di lapangan manakala mereka bertahan bagaikan para gladiator yang bertaruh nyawa saat menang 2-1 atas Belgia dalam perempat final.

Namun, aksi heroik mereka membuat salah satu andalan mereka, bek Leonardo Spinazzola, cedera otot achillesnya sehingga tak bisa menuntaskan turnamen ini.

Meski demikian, berbekal catatannya sendiri, Spanyol menolak silau kepada Italia. Seri melawan Swedia dan Polandia sebelum bersinar ketika menang 5-0 atas Slovakia dan 5-3 atas Kroasia, Spanyol dipaksa Swiss melalui adu penalti guna menentukan pemenang perempat final di antara mereka.

“Sejak hari pertama kami sudah yakin kami adalah tim yang solid dan bersatu, dan bahwa kami sudah cukup bagus, kami sudah membuktikan itu,” kata striker Spanyol Mikel Oyarzabal seperti dikutip Reuters.

“Italia adalah tim level atas yang diperkuat pemain-pemain yang terus tampil dalam level tertinggi bersama klub-klub mereka, tetapi kami kurang lebih sama dengan mereka,” ujar Oyarzabal. (reuters/antara/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler