jpnn.com, JAKARTA - Epidemiolog Universitas Andalas Defriman Djafri mengatakan pemerintah perlu kembali melakukan evaluasi efektivitas vaksin Covid-19 yang digunakan saat ini.
Pasalnya, saat ini muncul berbagai varian yang membuat banyak hal tak terduga.
BACA JUGA: 1,9 Juta AstraZeneca Merapat, Kemenkominfo Berbagi Kabar Baik soal Vaksin
"Jadi unpredictable variant apalagi yang akan muncul,” kata Defriman, Selasa (7/12).
Defriman menuturkan evaluasi diperlukan guna mengetahui apakah vaksin Covid-19 yang digunakan masih memiliki efektivitas yang sama seperti sebelumnya atau tidak.
BACA JUGA: Australia Nyatakan Vaksin COVID Ini Aman untuk Anak 5-11 Tahun
"Sekaligus mengetahui seberapa besar dapat membantu melindungi diri dari varian-varian baru yang nantinya akan muncul," ujar dia.
Selain itu, kata Defriman, evaluasi itu juga diperlukan untuk membuktikan apakah kasus Covid-19 yang saat ini landai dan terkendali memang disebabkan oleh tingginya cakupan vaksinasi.
Atau, lanjut dia, karena masyarakat Indonesia secara tak sadar sudah banyak yang terinfeksi dan secara tidak sadar dapat bertahan dan membentuk vaksin alami yang membuat sel memori mengingat jenis virus yang masuk ke dalam tubuh.
“Bisa saja orang terinfeksi secara alamiah, itu kan membentuk antibodi juga. Artinya, antibodi terbentuk bukan karena divaksin, tetapi karena dia sudah terinfeksi dan dia sudah mengenal virus itu ketika dia sembuh. Jadi itu juga tidak akan terinfeksi ke yang lain, itu menjadi pertanyaan besar,” kata dia.
Defriman menyarankan agar pemerintah mengembangkan survei yang terkait tidak hanya pada sudah atau belumnya Indonesia mencapai kekebalan kelompok saja.
Namun, terkait dengan berapa banyak orang yang sudah terinfeksi, orang yang memiliki kekebalan pada virus hingga apakah virulensi virus corona itu menurun.
Perlu juga melakukan survei yang dapat menjawab apakah kasus terkendali diakibatkan oleh protokol kesehatan yang dijalankan atau karena intervensi pembatasan yang diterapkan dan terbukti efektif menekan kasus.
Oleh sebab itu, dia meminta agar pemerintah segera mengevaluasi dan mengumumkan kepada masyarakat mengenai data-data tersebut.
“Harus terus dievaluasi dan diumumkan, contoh Sinovac itu efektivitas untuk Indonesia berapa, AstraZeneca berapa, Moderna berapa. Peneliti BPOM harus mengumumkan itu termasuk survei tadi. Jadi memang harus dipastikan,” tegas Defriman. (antara/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Elvi Robia