Erdogan, Mahdi dan Turki yang Makin Haus Perang

Kamis, 16 Januari 2020 – 05:05 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto: AFP

jpnn.com - Adnan Tanr?verdi Kepala Penasehat Keamanan Militer Presiden Recep Tayyip Erdo?an, dan pendiri perusahaan paramiliter yang disponsori pemerintah Turki SADAT, yang membuat heboh dunia Arab dan juga media akhirnya mengundurkan diri.

Ini karena pernyataan kontroversialnya pada pekan lalu bahwa pihaknya sedang mempersiapkan kedatangan seorang Mahdi, tokoh penyelamat dan pemimpin yang telah lama ditunggu-tunggu dan dikirim untuk memimpin dunia Islam.

BACA JUGA: Rezim Erdogan Tangkap 176 Tentara Pro-Ulama Gulen

Adnan menyatakan hal itu pada Kongres Uni Islam Internasional ASSAM ke-3 dan merujuk kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang tengah mempersiapkan operasi militer ke Libya.

Mengutip pemberitaan MBS dan Sputnik, Rabu (15/1), pernyataan sekutu Erdogan ini dinilai mengungkapkan adanya keyakinan yang menopang berbagai kebijakan luar negeri baru berbasis militer yang dilakukan Turki. Menurut wacana ini, Erdogan dipandang sebagai cerminan Mahdi, atau salah satu pengikutnya.

BACA JUGA: Erdogan Klaim Pengiriman Pasukan ke Libya demi Kemanusiaan

Ilmuwan dan kontributor Ahval, Gokhan Bac?k, mengatakan bahwa konsep Mahdi berdasar keyakinan yang menyatakan bahwa akan ada figur yang dikirimkan untuk menegakkan agama yang dikenal sebagai mujaddids pada setiap abad, dan yang terakhir dari mujaddids tersebut akan menjadi Mahdi. Ia diyakini akan muncul sebelum hari penghakiman dan membawa keadilan dan kesetaraan kepada dunia.

Pengikut Mahdi dinilai lebih unggul dari lainnya. Untuk memperoleh hak istimewa yang diberikan kepada Mahdi dan para pengikutnya, dan untuk membuktikan bahwa pemimpin mereka adalah Mahdi yang telah lama ditunggu, muncul sejumlah hadits yang kini dipermasalahkan kesahihannya.

BACA JUGA: Dapat Lampu Hijau, Erdogan Bersiap Luncurkan Operasi Militer di Libya

Ada yang mengatakan bahwa Mahdi akan muncul di ibukota Suriah Damaskus; yang lainnya berpendapat ia akan bangkit di Turki Istanbul atau Madinah di Arab Saudi.

Namun, wacana Mahdi tidak eksklusif hanya di kalangan para pendukung Erdogan di Turki. Anggota dari gerakan keagamaan Fethullah Gülen’s, yang disalahkan atas upaya kudeta yang gagal pada 2016, memandang dia juga sebagai Mahdi dan ada kepercayaan bahwa ulama yang kini bermukim di Amerika Serikat itu akan kembali ke Turki dari pengasingannya untuk memenuhi peran itu.

Sayangnya, pernyataan Tanr?verdi tersebut kemungkinan akan menimbulkan dampak berbahaya bagi Turki sendiri. Hal ini karena kebijakan luar negeri Turki telah menjadi tidak rasional dan hanya ditentukan menurut keyakinan agama dari sekelompok fanatik pendukung Erdogan.

Keyakinan akan Mahdi ini diduga yang menyeret Turki ke dalam aksi petualangan militer di Libya, dan bukan pada kepentingan nasionalnya. Transformasi seperti itu tampaknya luar biasa bagi negara yang bermimpi menjadi anggota Uni Eropa 10 tahun lalu.

Namun, ada bahaya besar yang mengancam Turki. Yaitu, jika perang di Libya berkepanjangan, tindakan politik oleh saingan-saingan Ankara di wilayah tersebut dapat menyebabkan Turki ditambahkan ke daftar negara-negara yang diakui sebagai pendukung terorisme, terutama jika proxy militernya dianggap bertanggung jawab atas serangan teroris di Barat.

Hal ini karena pasukan militer yang diterjunkan ke Libya merupakan tentara bayaran yang berasal dari Suriah, yang selama ini dituding Rusia merupakan bagian dari terorisme. (dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler