SURABAYA - Semua pria pasti ingin disebut jantan. Terlebih di atas ranjang. Karena itu, tak jarang, apa pun dilakukan agar bisa ""tahan lama"". Termasuk, mengonsumsi obat kuat secara berlebihan. Padahal, efeknya malah bisa merusak fungsi ereksi penis.
Itu terjadi jika setelah mengonsumsi obat tersebut timbul priapismus atau priapism. Yaitu, ereksi terus-menerus selama 4-6 jam tanpa adanya rangsangan seksual. ""Jika tidak ditangani dengan baik, risikonya tidak bisa ereksi lagi,"" ujar dr Peter Gunawan Tandean MKes SpAnd.
Androlog Rumah Sakit Husada Utama (RSHU) tersebut mengungkapkan, salah satu penyebab priapismus adalah injeksi obat untuk terapi ejakulasi dini. Beberapa obat untuk terapi ejakulasi dini memang memiliki efek ereksi berkepanjangan. Namun, biasanya hanya 1-2 jam. Meski begitu, pada beberapa pasien yang sensitif, efeknya bisa lebih lama.
Biasanya, sebelum proses injeksi, dokter memberitahukan faktor risiko tersebut. Dengan begitu, ketika terjadi ereksi lebih dari dua jam yang disertai rasa nyeri, pasien bisa langsung periksa ke dokter.
Penyebab kedua adalah penggunaan obat-obat perangsang yang melebihi dosis. Obat perangsang tersebut biasanya juga diberikan untuk terapi ejakulasi dini. Biasanya, karena ingin cepat sembuh, pasien mengonsumsi obat secara berlebihan, tidak sesuai dosis. ""Ada pula orang yang membeli bebas tanpa resep dokter,"" ujarnya.
Penyebab lainnya bisa penyakit kelainan darah serta trauma di perinium. Yaitu, batas antara lubang anus dan pangkal kemaluan. Sebab, di daerah perinium tersebut terdapat banyak saraf yang memengaruhi fungsi ereksi. Biasanya, trauma pada perinium itu terjadi ketika orang jatuh terduduk. Priapismus juga bisa jadi merupakan efek samping penggunaan morfin dan mariyuana.
Ketika terjadi priapismus, biasanya pasien panik dan bingung tidak tahu harus ke mana. Selain itu, ada rasa malu. Akibatnya, mereka menunda-nunda ke rumah sakit. Padahal, jika penis tak kunjung lemas, pembuluh darah kecil di penis akan rusak dan menjadi jaringan parut. Jika itu terjadi, pasien malah tidak akan bisa ereksi lagi. Biasanya, pembuluh darah kecil tersebut rusak jika penis ereksi lebih dari enam jam baru ditangani.
Sebagai pertolongan pertama, ketika orang mengalami ereksi lebih dari sejam dan disertai nyeri, sebaiknya langsung dikompres dengan air dingin, bukan air hangat. Sebab, jika menggunakan air hangat, penis malah akan bertambah tegang. Jika pengompresan itu tidak membantu, baru pasien dirujuk ke dokter. Biasanya, dokter akan memberikan injeksi obat agar pembuluh darah di daerah penis mengempis. (sha/c5/mik)
Itu terjadi jika setelah mengonsumsi obat tersebut timbul priapismus atau priapism. Yaitu, ereksi terus-menerus selama 4-6 jam tanpa adanya rangsangan seksual. ""Jika tidak ditangani dengan baik, risikonya tidak bisa ereksi lagi,"" ujar dr Peter Gunawan Tandean MKes SpAnd.
Androlog Rumah Sakit Husada Utama (RSHU) tersebut mengungkapkan, salah satu penyebab priapismus adalah injeksi obat untuk terapi ejakulasi dini. Beberapa obat untuk terapi ejakulasi dini memang memiliki efek ereksi berkepanjangan. Namun, biasanya hanya 1-2 jam. Meski begitu, pada beberapa pasien yang sensitif, efeknya bisa lebih lama.
Biasanya, sebelum proses injeksi, dokter memberitahukan faktor risiko tersebut. Dengan begitu, ketika terjadi ereksi lebih dari dua jam yang disertai rasa nyeri, pasien bisa langsung periksa ke dokter.
Penyebab kedua adalah penggunaan obat-obat perangsang yang melebihi dosis. Obat perangsang tersebut biasanya juga diberikan untuk terapi ejakulasi dini. Biasanya, karena ingin cepat sembuh, pasien mengonsumsi obat secara berlebihan, tidak sesuai dosis. ""Ada pula orang yang membeli bebas tanpa resep dokter,"" ujarnya.
Penyebab lainnya bisa penyakit kelainan darah serta trauma di perinium. Yaitu, batas antara lubang anus dan pangkal kemaluan. Sebab, di daerah perinium tersebut terdapat banyak saraf yang memengaruhi fungsi ereksi. Biasanya, trauma pada perinium itu terjadi ketika orang jatuh terduduk. Priapismus juga bisa jadi merupakan efek samping penggunaan morfin dan mariyuana.
Ketika terjadi priapismus, biasanya pasien panik dan bingung tidak tahu harus ke mana. Selain itu, ada rasa malu. Akibatnya, mereka menunda-nunda ke rumah sakit. Padahal, jika penis tak kunjung lemas, pembuluh darah kecil di penis akan rusak dan menjadi jaringan parut. Jika itu terjadi, pasien malah tidak akan bisa ereksi lagi. Biasanya, pembuluh darah kecil tersebut rusak jika penis ereksi lebih dari enam jam baru ditangani.
Sebagai pertolongan pertama, ketika orang mengalami ereksi lebih dari sejam dan disertai nyeri, sebaiknya langsung dikompres dengan air dingin, bukan air hangat. Sebab, jika menggunakan air hangat, penis malah akan bertambah tegang. Jika pengompresan itu tidak membantu, baru pasien dirujuk ke dokter. Biasanya, dokter akan memberikan injeksi obat agar pembuluh darah di daerah penis mengempis. (sha/c5/mik)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Air Mata Darah Belum Tentu Mistis
Redaktur : Tim Redaksi