Erick Dinilai Tak Mampu Implementasikan UU Cipta Kerja

Jumat, 18 Oktober 2024 – 13:44 WIB
Kritikus Media Sosial Agustinus Edy Kristianto menilai Menteri BUMN Erick Thohir tak mampu mengiplementasikan UU Cipta Kerja, terutama terkait tujuan pendirian BUMN. Foto:Sinergi Kawal BUMN.

jpnn.com - JAKARTA - Kritikus Media Sosial Agustinus Edy Kristianto menyoroti kinerja Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

Dia menilai Erick selama menjabat tidak mampu mengimplementasikan Undang-Undang BUMN yang telah diintegrasikan dengan Undang-Undang Cipta Kerja (Ciptaker).

BACA JUGA: Timnas Indonesia Merana di Kandang China, Erick Thohir Siapkan Langkah Penting

Menurutnya, pada Pasal 2 undang-undang dimaksud terdapat sekitar lima atau enam tujuan utama yang harus dipenuhi BUMN, di mana terkesan tak mampu diwujudkan.

Salah satu tujuan yang paling ditekankan Agustinus, BUMN seharusnya bertugas membantu masyarakat miskin dan koperasi yang berasal dari golongan ekonomi lemah.

BACA JUGA: Erick Thohir Pekerja Keras dan Loyal, Pantas Dipanggil Prabowo

"Dia (Menteri BUMN) membantu pengusaha yang tidak lemah dengan penghapusan utang," ujar Agustinus pada diskusi media yang mengangkat tema 'Evaluasi Kinerja Menteri BUMN Jokowi-Ma'ruf' yang diselenggarakan Sinergi Kawal BUMN di Jakarta, Kamis (17/10).

Agustinus lantas menyoroti beberapa investasi BUMN yang dinilainya sarat ketidakadilan. Dia mengatakan telah memberikan klarifikasi sebagai pembicara pada forum Panja Komisi VI DPR terkait adanya dugaan penyimpangan.

BACA JUGA: Dipanggil Prabowo, Erick Thohir Sebut Amanah Ini Akan Dijaga Baik-Baik

"Saya sudah bicara di panja komisi 6 DPR tentang dugaan adanya penyimpangan. Saya minta setelah rapat itu agar masing-masing argumen dibuka saja. Namun, saya merasa tidak etis untuk membahas hal yang tertutup," ucapnya.

Agustinus menilai Erick tidak hanya melanggar nilai-nilai moral, tetapi juga undang-undang yang mengatur maksud dan tujuan pendirian BUMN.

"Bisa saja berdebat tentang utang naik atau turun. Namun, kinerja Menteri BUMN seharusnya dilihat dari penerapan prinsip-prinsip dasar BUMN," katanya.

Dia menyebutkan fakta semua emiten BUMN yang terdaftar di bursa mengalami penurunan.

"Dari 27 emiten BUMN di bursa, semuanya turun. Ketika saya menyampaikan hal ini orang mungkin akan berargumen untuk tidak melihatnya dari sisi itu, tetapi data tersebut tidak bisa diabaikan," katanya.

Agustinus lebih lanjut mengatakan dirinya tidak peduli siapapun nantinya yang akan memimpin Kementerian BUMN.

"Namun, saya kira tetapi harus berpegang pada nilai dan aturan yang saya sebutkan tadi," katanya.

Pandangan senada dikemukakan pengamat ekonomi Yanuar Rizky. Dia mengingatkan pemerintah tidak terjebak dalam permainan kekuasaan, melainkan fokus pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Menurutnya, salah satu bukti Erick Thohir gagal mengelola BUMN yakni kondisi masyarakat yang makin tertekan secara ekonomi akibat meningkatnya utang melalui pinjaman online (pinjol).

Yanur menilai BUMN punya peran penting untuk bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat sehingga masyarakat tidak terjebak dalam pemasalahan ekonomi.

"Pinjol begitu naik. Coba teman-teman bayangkan, tahun lalu pinjol Rp 54 triliun, kemarin angka yang keluar dari OJK Rp 74 triliun. Gila enggak? enam bulan Rp 27 triliun sendiri. Orang bilang daya beli bagus, pendidikan naik, tetapi lihat pinjolnya berapa," kata mantan Komisaris PT Pupuk Indonesia ini.

Contoh lain, Yanuar menyebut Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga melaporkan penurunan nilai tabungan bagi nasabah yang memiliki simpanan di atas Rp 100 juta.

"Ini adalah fenomena yang bisa disebut 'makan tabungan,' yang menunjukkan betapa mendesaknya situasi keuangan masyarakat," kaatanya.

Yanuar menilai pemerintah penting memberi perhatian khusus terhadap kondisi yang ada agar kesejahteraan rakyat dapat terjaga.

"Anda boleh saja di atas sibuk dengan kekuasaan, tetapi lihatlah ke bawah. Kelas menengah mulai menggerogoti tabungan, kelas bawah bergantung pada pinjol, sementara bantuan sosial hanya menjadi solusi sementara," katanya.

Sementara itu Peneliti Sinergi Kawal BUMN Willy Kurniawan mencatat di era sebalum Erick Thohir banyak BUMN kecil masih mampu menggaji pegawainya.

"Namun, di era sekarang (Erick Thohir) mereka sudah enggak bisa gajian lagi, kemudian tiba-tiba muncul di pemberitaan ini sakit ya dan seterusnya. Eh, enggak lama suntik mati. Nah, ini nih yang bahaya menurut saya," ucap Yanuar. (gir/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 5 Berita Terpopuler: P1 Tak Diprioritaskan dalam Seleksi PPPK 2024, Dinilai Tak Layak? Ada yang Misterius


Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler