Eropa Bahas Spionase Amerika

Sabtu, 06 Juli 2013 – 10:47 WIB
BRUSSELS - Dugaan bahwa Amerika Serikat (AS) melakukan aksi spionase terhadap negara-negara sekutunya di Eropa, seperti diungkap Edrward Snowden, menjadi agenda utama pertemuan para duta besar negara Uni Eropa (UE) di Belgia Kamis waktu setempat (4/7). Sementara itu, parlemen Eropa menyepakati sebuah investigasi mendalam terkait dengan penyadapan di kantor perwakilan UE di Brussels dan Washington.

Pertemuan para duta besar tersebut digelar menjelang perundingan strategis antara UE dan AS soal perdagangan bebas yang bakal dimulai Senin (8/7). Juru Bicara UE Michael Mann mengatakan, dugaan spionase dan terungkapnya PRISM, sebuah program pengawasan besar-besaran oleh AS, akan menjadi pokok bahasan penting dalam pertemuan tersebut.

Isu mata-mata tersebut juga mendominasi pembicaraan antara Presiden Barack Obama dan Kanselir Jerman Angela Merkel pada Rabu (3/7). ""Presiden (Obama) meyakinkan kanselir bahwa AS menanggapi serius kekhawatiran (negara) sekutu dan partner kami di Eropa."" Demikian pernyataan resmi dari Gedung Putih melalui telepon.

Diskusi mengenai intelijen, perlindungan terhadap data serta informasi negara, dan kerahasiaan pribadi akan dilakukan antara AS dan UE mulai Senin (8/7).

Dugaan penyadapan terhadap sejumlah kantor perwakilan UE juga menjadi perhatian utama sidang parlemen Eropa Kamis kemarin (4/7). Parlemen negara blok Benua Biru tersebut sepakat melakukan penyelidikan mendalam terhadap program pengawasan AS, termasuk aksi penyadapan.

Keputusan tersebut disetujui melalui pemungutan suara. Sebanyak 483 suara setuju, 98 menolak, dan 65 lainnya abstain. Anggota parlemen Eropa menyatakan kekhawatirannya terhadap PRISM dan program pengawasan lainnya. Parlemen juga mengecam aksi penyadapan kantor perwakilan UE dan mendesak AS menyediakan informasi yang diperlukan mengenai dugaan tersebut segera.

Penyelidikan oleh Komite Kebebasan Sipil tersebut akan mengumpulkan bukti dari sumber AS dan UE dan akan melaporkan hasilnya pada akhir tahun. Parlemen juga meminta otoritas Eropa menunda sejumlah kesepakatan dengan AS, termasuk dibukanya data bank dan penumpang pesawat. Standar perlindungan data UE tidak boleh dirusak sebagai akibat dari kesepakatan perdagangan bebas dengan AS.

Parlemen juga menyatakan kekhawatirannya terkait dengan dugaan bahwa sejumlah negara Eropa seperti Inggris, Swedia, Belanda, Jerman, dan Polandia melakukan program pengawasan serupa dengan AS.

Juru Bicara Pemerintah Prancis Najat Vallaud-Belkacem bahkan memberikan pernyataan lebih keras. Menurut dia, akan lebih bijaksana jika perundingan tentang perdagangan bebas AS-UE ditunda dua minggu karena adanya dugaan spionase tersebut.

Dia mengulang pernyataan Presiden Prancis Francois Hollande pekan ini, setelah dugaan penyadapan tersebut kali pertama muncul di media Jerman dan Inggris. Namun, Komisi Eropa yang akan memimpin negosiasi dengan AS menegaskan, pertemuan akan tetap dilaksanakan sesuai dengan rencana meski dibayangi kekhawatiran penyadapan.

""Meski demikian, dimulainya negosiasi perdagangan bebas AS-UE tidak boleh terganggu. Pihak UE akan memastikan bahwa negosiasi tersebut sukses. Diperlukan kepercayaan diri, transparansi, dan kejelasan di antara pihak-pihak yang terlibat,"" jelasnya dalam sebuah pernyataan resmi. (CNN/cak/c10/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Uni Afrika Bekukan Keanggotaan Mesir

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler