Beberapa negara Eropa yang menunda rencana vaksinasi menggunakan AstraZeneca akan melanjutkan proses tersebut.
Badan regulator obat-obatan Eropa, atau EMA, mengumumkan pihaknya tidak menemukan adanya hubungan antara vaksin AstraZeneca dengan kemungkinan pembekuan darah.
BACA JUGA: Akhirnya Warga Palestina dapat Vaksin Covid-19
Munculnya kasus pembekuan darah pada beberapa orang yang sudah divaksinasi menggunakan AstraZeneca menyebabkan belasan negara Eropa menghentikan sementara vaksinasi pada pekan lalu.
Kepala EMA Emer Cooke mengatakan pihaknya "tidak bisa dengan pasti menyatakan adanya hubungan" antara kasus pembekuan darah dengan vaksin.
BACA JUGA: Seorang Warga Swedia Meninggal Usai Divaksin AstraZeneca
"Posisi ilmiah kami adalah vaksin ini aman dan merupakan pilihan efektik guna melindungi warga dari COVID-19," kata Emer.
"[Vaksin ini] memiliki tingkat kemanjuran paling sedikit 60 persen dalam uji klinis [dalam] mencegah terkena virus corona. Faktanya, bukti yang ada menunjukkan kemanjurannya bisa lebih tinggi."
BACA JUGA: Waduh, WHO Desak Negara Eropa Tetap Gunakan Vaksin AstraZeneca
"Vaksin ini aman dan efektif," ujar Cooke lagi. Tingkat vaksinasi COVID-19 di Inggris jauh lebih tinggi dari beberapa negara Uni Eropa.
Our World in Data
Selama beberapa hari terakhir, EMA berada di bawah tekanan untuk menjelaskan keamanan vaksin, setelah sejumlah laporan pembekuan darah, pendarahan, dan trombosit rendah pada orang yang telah divaksinasi.
Penggumpalan darah dilaporkan terjadi pada sedikitnya 37 orang, dengan empat kematian dari sekitar 45 juta orang telah menerima paling tidak satu dosis vaksin AstraZeneca di Wilayah Perekonomian Eropa (EEA).
Kajian yang dilakukan EMA melibatkan lima juta orang, termasuk di antaranya 30 kasus pembekuan darah tidak biasa di EEA, dari 30 negara Eropa.
Vaksinasi ini akan kembali dilangsungkan beberapa hari ke depan. Italia dan Perancis akan kembali melanjutkan vaksinasi
Hari Kamis lalu (18/03), Italia menjadi negara pertama yang mengumumkan akan melanjutkan vaksinasi AstraZeneca, disusul Perancis dan Jerman.
Dalam jumpa pers, Perdana Menteri Perancis Jean Castex mengatakan negara tersebut akan memulai inokulasi lagi setelah EMA mengatakan vaksin itu aman.
"Saya percaya bahwa tingkat kepercayaan publik akan vaksin akan kembali lagi," kata Jean, yang akan divaksinasi hari Jumat (19/03) ini. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan vaksin AstraZeneca yang digunakan di Inggris aman.
Reuters: Paul Ellis
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan juga akan divaksinasi di hari yang sama.
"Vaksin Oxford aman, dan suntikan Pfizer juga aman. Hal yang tidak aman adalah terkena COVID, itulah mengapa penting sekali kita semua mendapatkan vaksinasi segera ketika tiba giliran," kata Boris dalam jumpa pers di Downing Street.
"Dan kebetulan jadwal saya adalah besok, dan tempat di mana saya akan mendapatkan vaksin saat ini menggunakan vaksin Oxford/AstraZeneca ... dan vaksin itulah yang akan saya dapatkan."
Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn mengonfirmasi jika negerinya akan memulai kembali vaksinasi menggunakan AstraZeneca hari Jumat ini.
Tapi iiia mengatakan pemberhentian sementara vaksinasi sebelumya adalah keputusan yang tepat.
"Pengambilan keputusan berdasarkan informasi, vaksinasi berdasarkan data adalah hal penting untuk meningkatkan kepercayaan," kata Spahn.
Spanyol, Portugal dan Belanda juga mengatakan bahwa mereka akan melanjutkan kembali vaksinasi AstraZeneca minggu depan. Di Inggris sudah lebih dari 11 juta warga mendapatkan vaksin AstraZeneca paling tidak satu dosis.
Reuters: Henry Nicholls Badan regulator Inggris mendukung vaksin AstraZeneca
Jutaan warga di Inggris sudah mendapatkan paling tidak dosis pertama vaksin AstraZeneca.
Badan regulator kesehatan Inggris mengatakan sedang menyelidiki lima kasus Trombosis Sinus Vena Serebri (CVST) di antara penerimanya, namun meyakinkan keuntungannya lebih banyak dari risikonya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan ini juga menyatakan dukungannya pada vaksinasi dengan AstraZeneca.
Menurut pernyataan mereka kebanyakan Pemerintah menghentikan vaksinasi sementara sebagai tindakan berjaga-jaga.
Namun pakar kesehatan mengatakan campur tangan politik akan membuat kepercayaan publik terhadap vaksin menurun.
Tingkat vaksinasi di Eropa masih jauh tertinggal dibandingkan di Amerika Serikat dan di Inggris yang baru saja meninggalkan Uni Eropa.
Di Australia, Pemerintah Federal mengatakan vaksinasi dengan AstraZeneca akan terus dilanjutkan.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari artikel dalam bahasa Inggris di sini
Ikuti berita seputar pandemi Australia dan lainnya di ABC Indonesia
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bulan Puasa, MUI Minta Vaksin Diberikan untuk Umat Islam pada Malam Hari