Saat jatuh, pesawat ini sempat berputar-putar dan meledak tiga kali. Beruntung pilot pesawat ini, Letnan Dua (Letda) Reza sempat keluar dengan kursi pelontar sesaat sebelum pesawatnya jatuh.
Kondisi pesawat yang jatuh di salah satu pekarangan rumah warga dan tak jauh dari Sekolah Dasar Swasta 022 Yapsin ini cukup parah. Api tampak berkobar dibarengi dengan asap yang membumbung. Perlu tiga unit mobil pemadan untuk mematikan api yang berkobar ini.
Peristiwa ini sontak menjadi tontonan, apalagi, saat pesawat itu jatuh, anak-anak SD tersebut sedang menikmati waktu istirahat. Salah seorang siswa MTS YLBMI, Febri (14) yang melihat kejadian mengatakan, saat itu ia bersama teman-temannya yang lain melihat dua pesawat sedang bermanuver beriringan, hingga tiba-tiba pesawat yang berada dibelakang rusak dan berasap. "Pesawat yang dibelakang berasap lalu berputar-putar dan jatuh," jelasnya.
Saat akan jatuh itu, Kursi pelontar pilot pesawat ini sempat mengenai atap rumah warga, sementara pesawat meledak sekali di udara sebelum akhirnya meledak dua kali di darat. Api besar dan asap tampak membumbung setelah pesawat ini jatuh. Saat pesawat ini jatuh ringsek menyusur tanah, dua orang murid kelas 6 SDS 022 Yapsin YLBMI terkena serpihan tanah dan batu yang tempat pesawat jatuh. Dua murid SD ini adalah Jeki (12) dan Salman (12). Jeki menderita luka memar di bagian lengan kiri dan Salman di perut.
Dituturkan Jeki, saat ditemui Riau Pos di rumahnya, ketika peristiwa itu terjadi ia sedang berbelanja di kedai Upik, yang tak jauh dari lokasi. Tiba-tiba ia melihat pesawat jatuh dan mengeluarkan suara keras. "Saya kira saya akan mati," kata Jeki.
Jeki sendiri kemudian dijemput oleh kakeknya, Syamsul Bahri (62). Dikatakan Syamsul, ia menyesalkan sikap petugas TNI AU yang berada di sana. "Pas saya jemput, ada orang AU itu. Saya bilang, ini cucu saya sakit. Dia datang, habis tu bekas memar anak saya diperiksa dan ditepuk-tepuk. Dia bilang, tak apa ini. Bawa pulang saja," ungkapnya.
Sekitar 30 menit setelah kejadian, lokasi Jatuhnya pesawat ini kemudian dijaga oleh sekitar 50 personil dari Paskhas TNI AU dan PM Lanud. Proses pengamanan oleh anggota TNI yang datang ini terkesan berlebihan. Saat mereka akan mensterilkan areal yang mulai dipadati warga, beberapa wartawan dan warga sekitar yang mencoba mengabadikan gambar pesawat diusir secara paksa dan mengalami tindak kekerasan.
Empat orang wartawan yakni Didik Herwanto fotografer Riau Pos, Robi kameramen RTV, Ari, wartawan TV One, dan Rian, wartawan Antara mengalami penganiayaan dan pengeroyokan.
Didik yang saat mengambil gambar bangkai pesawat ketika lokasi itu belum dipasangi pembatas, dianiaya dan dicekik oleh Kadis Pers Lanud AU Pekanbaru, Letkol Robert Simanjuntak. Tanpa bisa melawan, ia yang sudah tersungkur ditanah, dicekik oleh perwira yang ukuran tubuhnya nyaris dua kali fotografer ini. Tangannya ditahan, dan dadanya dihantam menggunakan lutut kiri perwira ini dua kali. Bukan itu saja, dalam keadaan tak berdaya, Robert melayangkan satu pukulan ke arah telinga kiri Didik.
Bahkan, penganiayaan ini dilakukan dengan ditonton puluhan murid sekolah dasar yang memenuhi lapangan di depan SDS 022 Yapsin. "Tadi itu, banyak wartawan dan masyarakat yang mengambil foto, tiba-tiba salah satu wartawan dipukuli dan dikeroyok. Dia dilarang ambil foto. Jangan foto-foto, orang lagi musibah katanya. Kameranya juga diambil," ujar Febri.
Selain menganiaya wartawan, aksi kekerasan personil TNI AU ini juga dialami beberapa warga. Ponsel milik warga yang akan memfoto beberapa diantaranya dirampas. "Kalau mau ambil ke AURI," ujar petugas yang mengambil seperti yang ditirukan salah seorang warga.
Salah satu warga yang mengalami luka cukup parah adalah Mancon Fernando, mahasiswa semester V, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau. Saat itu ia yang mencoba mengabadikan moment pesawat itu terbakar tiba-tiba dipukuli dan dikeroyok oleh lima orang anggota TNI AU.
"Awalnya cuma mau mengabadikan foto, saya tak tahu kalau ngambil foto dilarang. Tiba-tiba saya dikeroyok oleh lima orang anggota AURI," kata Mencon. Ia melanjutkan, selain dipukuli, handphone BlackBerry miliknya juga dirampas. Akibat pengeroyokan ini, ia mengalami luka robek pada bibir bagian atas dan bawah.
Setelah puluhan personil yang melakukan pengamanan hadir, areal di sekeliling bangkai pesawat selanjutnya dipasangi garis pengaman sejauh sekitar 50 meter dari lokasi jatuhnya pesawat. Sekitar pukul 11.00 WIB, beberapa orang dari mereka juga tampak menutup bangkai pesawat dengan terpal berwarna hijau tua.
Saat waktu beranjak siang, masyarakat yang penasaran ingin melihat bagaimana bentuk pesawat yang jatuh ini kian banyak saja. Bahkan, kumpulan masyarakat yang berduyun-duyun datang ini menyemut hingga memacetkan Jalan Pasir Putih. Kondisi sendiri mulai agak lengang ketika waktu menjelang sore. Hal inipun diikuti dengan diperkecilnya pembatas hingga hanya mengitari sekitar pekarangan rumah warga yang menjadi tempat jatuhnya pesawat.
Sekitar pukul 15.45 WIB, Panglima Komando Operasi I TNI AU, Marsekal Muda Bagus Purhito datang meninjau lokasi jatuhnya pesawat ini didampingi Danlanud TNI AU Pekanbaru, Kol Pnb Bowo Budiarto. Dibawah rintik hujan, ia melihat keadaan pesawat yang ditutupi terpal itu. Selain lokasi pesawat, Bagus juga datang melihat rumah warga yang sempat terkena kursi pelontar Hawk ini.
Kepada wartawan di lokasi ini, Bagus mengatakan, pesawat naas yang dipiloti Letda Reza ini take off dari Lanud sekitar pukul 08.56 WIB dalam rangka uji latihan rutin penerbangan. "Pukul 09.40 WIB pesawat ini meledak dan jatuh," jelasnya. Ia melanjutkan, pesawat ini dalam kondisi bagus, karena pesawat ini tergolong baru dengan tahun pembuatan 1996.
"Artinya kondisi pesawat layak terbang. Untuk cuaca juga cukup bagus," lanjutnya. Saat ditanya mengenai apa penyebab jatuhnya pesawat ini, Bagus mengatakan pihaknya masih melakukan penyelidikan. "Ini akan diselidiki. Tim investigasi akan diturunkan," ucapnya.
Bagus juga menyampaikan permintaan maaf kepada wartawan yang menjadi korban penganiayaan dan pemukulan oleh anggota TNI AU di lokasi. "Saya mohon maaf atas kejadian itu. Kasus ini akan kita tindaklanjuti, apapun itu pasti diproses," ujarnya.
Dikatakannya lagi, ia mengerti bahwa tugas jurnalis adalah untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. "Dan kami petugas juga ingin TKP tidak terusik sampai penyelidikan selesai. Saat itu mungkin terjadi miskomunikasi," paparnya.
Danlanud: Tidak Ada Prosedur untuk Pemukulan
Danlanud Roesmin Nurjadin, Kolonel Pnb Bowo Budiarto SE menyampaikan permohonan maafnya atas terjadinya insiden pemukulan terhadap wartawan yang meliput jatuhnya pesawat tempur bernomor TT-0212 jenis Hawk 200 di pemukiman warga jalan Amal Bakti, Pasir Putih. Selasa (16/10) pagi sekitar pukul 10.00WIB.
Disebutkan juga, soal pemukulan yang dilakukan oleh oknum perwira di Lanud Roesmin Nurjadin ditegaskan Danlanud tidak ada perintah itu, semua disebutkan uncontrol (lepas kendali) karena memang disebutkan pesawat yang baru jatuh itu sangat berbahaya bagi keselamatan nyawa manusia. Makanya harus steril dari siapapun, kecuali yang ahli untuk memastikan aman atau tidaknya.
"Prosedur tidak ada seperti itu, sekali lagi ini khilaf, dan saya minta maaf. Dan saya yakin jika ada komunikasi yang baik tentu tidak ada pemukulan seperti ini," kata Danlanud menjawab pertanyaan wartawan soal aksi pemukulan dilapangan, apakah sudah merupakan perintah?
Dikatakannya, soal adanya kesalahpahaman dilapangan, Danlanud juga minta pengertian dari semua pihak baik terhadap anggotanya maupun kepada awak media. Prosedurnya memang dari pesawat itu tidak ada yang boleh mendekat, karena cukup berbahaya.
"Jadi apa yang terjadi dilapangan terutama soal pemukulan dilapangan saya minta maaf, dan itu tanggungjawab saya, anggota saya tidak salah, saya berharap agar semua bisa-sama-sama menjaga etika, dan tidak seharusnya terjadi hal ini," katanya.
Dikatakannya, semua terjadi diluar kendali. "Jika ada yang disita alat liputannya saya minta dikembalikan, jika ada yang hilang saya akan ganti, dan jika ada yang rusak saya akan ganti dan jika ada kerugian saya ganti," tegasnya.
Lebih lanjut disampaikannya lagi, soal keterangan penyebab terjatuhnya pesawat hawk 200 itu, Danlanud belum bisa memberikan keterangan, sebab harus menunggu tim dari jakarta untuk melakukan investigasinya.
"Jadi untuk memberikan keterangan kepada khalayak itu kami perlu koordinasi dengan pimpinan saya, karena sebelum disampaikan ke publik juga perlu data yang kongkrit dan itu saya laporkan dahulu ke pimpinan saya. Pada kejadian jatuhnya pesawat hawk itu, belum bisa disampaikan penyebabnya, yang pasti memang terjadi masalah," ungkapnya.
Disebutkannya lagi, tidak ada korban jiwa pada kecelakaan itu, dan pilotnya pun aman, lalu diamankan dan dipastikan dulu tidak terjadi apa-apa padanya. "Jadi pesawat tempur nomor TT-0212 jenis hawk 100/200, di bawah komando Dan Skadron 12, tidak ada korban maupun kerusakan fatal," sebutnya.
Evakuasi Bangkai Hawk 200 Dilakukan 1 x 24 Jam
Evakuasi bangkai pesawat Hawk 200 TT 0212 dilakukan secepatnya. Bahkan Komandan Lanud Pekanbaru, Kolonel Pnb Bowo Budiarto merencanakan akan melakukan evakuasi terhadap bangkai pesawat tersebut dalam 1 x 24 jam.
Ditemui di kantornya, Bowo menyatakan sebelum dilakukan evakuasi mereka terlebih dahulu menunggu Panitia Penyidik Kecelakaan Pesawat Udara (PPKPU) dari Jakarta.
"Malam ini tim itu akan datang empat orang dan akan melakukan investigasi. Setelah semua proses yang dilakukan oleh tim PPKPU tersebut selesai, baru akan dilakukan evakuasi," kata Bowo.
Disebutkan juga oleh Bowo, sebelum tim dari Jakara tersebut sampai dan melakukan investigasi di Tempat Kejadian Peritiwa (TKP) maka lokasi harus steril dan tidak ada apapun yang berubah tempat atau dipindah.
"Karena untuk pesawat ini, semua barang bukti di lokasi harus sesuai seperti awal dan tidak ada yang boleh dipindah dan dibalik. Bahkan mereka tidak mau menerima foto dari kami tapi mereka harus turun ke lapangan," kata Bowo.(ali/gus/rul).
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lagi, KPK Didesak Usut Bupati Labuhanbatu
Redaktur : Tim Redaksi