Extramarks jadi Solusi Belajar Online & Interaktif Zaman Now

Kamis, 25 Oktober 2018 – 19:04 WIB
Belajar di era digital. Foto ilustrasi

jpnn.com, JAKARTA - Metode pembelajaran tradisional menjadi salah satu yang paling popular di sekolah-sekolah era dulu. Paling tidak, itulah yang dialami oleh mereka yang lahir dan besar di era 80 dan 90-an. Sampai teknologi yang lebih maju hadir dan terus berkembang hingga saat ini.

Tak lagi sekedar mendengarkan, siswa kini juga diajak untuk belajar online dan interaktif, kapanpun dan dimanapun.

BACA JUGA: Extramarks Indonesia Hadir Di Bekraf Habibie Festival 2018

Nah, salah satu strategi yang biasa digunakan oleh para guru adalah dengan menggunakan metode belajar interaktif.

Metode yang digunakan bermacam-macam. Mulai dari memadukan antara materi pelajaran dengan permainan, praktek atau bahkan dengan permainan yang sudah disesuaikan. Intinya, para pendidik mencoba mengajak siswa untuk tidak hanya sekedar duduk diam, tapi juga aktif.

Komunikasi pun dilangsungkan dalam bentuk komunikasi dua arah. Dengan begitu, siswa akan lebih berkembang dan dipacu untuk berpikir, tidak hanya diam dan mendengar.

Banyak cara bisa ditempuh untuk menerapkan metode pembelajaran interaktif ini. Mulai dari menggunakan batang kayu, hingga perangkat digital seperti komputer, laptop ataupun smartphone.

“Di era sekarang ini, perangkat digital jadi tools yang ideal untuk membangun interaksi dalam proses belajar siswa. Mulai dari interaksi antara siswa dengan materi pelajaran, siswa dengan guru, siswa dengan sekolah, hingga interaksi siswa dalam memilih metode penyampaian materi yang dianggapnya paling mudah untuk dipahami,” ujar Country Manager Extramarks Indonesia Fernando Uffie.

Efektivitas pembelajaran interaktif secara online juga memberikan dampak yang positif karena didalamnya juga mengandung metode belajar Visual, Auditory dan Kinesthetic. Bukan sekedar teks, yang adakalanya sering membuat bosan, khususnya bagi generasi Z yang punya kebiasaan melihat layar.

Hal ini juga sejalan dengan karakter siswa, dimana ada yang bisa dengan cepat menerima materi pelajaran hanya dengan teks, tetapi tak sedikit pula yang akan lebih mudah faham jika materi pelajaran disampaikan dalam bentuk visual, auditory ataupun kinesthetic.

Sebagai contoh, materi pelajaran visual itu disampaikan dalam bentuk animasi atau video. Untuk materi pelajaran auditory, disampaikan dengan bentuk cerita atau dongeng.

Sedangkan kinesthetic, materi pelajaran diberikan dengan melibatkan gerakan. Biasanya orang yang tipe ini, merasa lebih mudah mempelajari sesuatu tidak hanya sekadar membaca buku tetapi juga mempraktekannya.

“Kebiasaan melihat layar ala generasi Z, menjadikan perangkat digital sebagai alat belajar yang ideal. Dengan perangkat digital, proses belajar juga bisa lebih interaktif, karena mereka tidak hanya bisa learning, tapi juga practice dan test,” ungkap Uffie.

Dalam konteks belajar, generasi Z cukup matang, mandiri dan banyak akal, khususnya dalam hal pemanfaatan teknologi untuk membantu proses pembelajarannya. Mereka tahu bagaimana mendidik diri sendiri dan mencari informasi.

Kata kuncinya kata Uffie, mengarahkan generasi Z untuk menggunakan medium yang tepat untuk belajar. Mereka suka mencari informasi dari konten video ataupun berinteraksi dan mencari informasi maupun jawaban melalui media social, YouTube atau Google untuk mencari jawaban, padahal materi yang ada di sana belum tentu sesuai dengan apa yang diajarkan di sekolah atau kurikulum.

"Inilah kenapa Extramarks mentransformasi materi pelajaran yang sesuai dengan kurikulum nasional ke dalam konten-konten yang disesuaikan dengan karakter siswa, yaitu visual, audio dan kinesthetic. Lengkap dengan beragam tools yang memungkinkan interaksi antara siswa, guru, orang tua murid, dan sekolah,” pungkas Uffie.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler