Fadel: Keterwakilan Perempuan Masih Rendah, Harus Ditingkatkan Lagi di Pemilu 2024

Sabtu, 12 Desember 2020 – 20:27 WIB
Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad. Foto: Humas MPR.

jpnn.com, GORONTALO - Wakil Ketua MPR Prof. Dr. Ir. H. Fadel Muhammad mengungkapkan bahwa perjalanan demokrasi sejak Indonesia merdeka sudah baik dan makin bagus lagi di era reformasi.

Menurut Fadel, hal itu dilihat dari kedaulatan rakyat yang sangat dikedepankan dengan berlakunya sistem pemilihan langsung oleh masyarakat. 

BACA JUGA: Prof Fadel Imbau Kepala Daerah Fokus Pengembangan Sumber Daya Manusia

Fadel menambahkan di era ini, rakyat baik laki-laki atau perempuan bukan hanya memiliki hak untuk memilih, tetapi juga dipilih menjadi apa pun termasuk menduduki kursi parlemen.  

Namun, Fadel sangat menyayangkan angka keterwakilan perempuan di parlemen pasca-Pemilu 2009 dan 2014 ternyata masih rendah. 

BACA JUGA: Fadel Muhammad: Indonesia Butuh Generasi Berkualitas Seperti BJ Habibie

Dia menambahkan untuk lebih membuka akses perempuan di parlemen, pada 2018 lalu keluar Peraturan KPU Nomor 20 Tahun 2018 soal pengajuan bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi dan kabupaten/kota yang mensyaratkan parpol dalam menyusun daftar balon, wajib memuat keterwakilan perempuan paling sedikit 30 persen di setiap dapil.

Peraturan tersebut ternyata mampu memberikan semangat baru, sehingga jumlah keterwakilan perempuan di Pemilu 2019 naik menjadi 20,5 persen. 

BACA JUGA: Wakil Ketua MPR Apresiasi Perempuan yang Memperjuangkan Kesetaraan

"Namun, masih dibawah 30 persen," tegas Fadel dalam  Seminar Nasional Kebangsaan bertema 'Suara Perempuan di Parlemen' kerjasama MPR dengan Dewan Pimpinan Pusat Sustainable Development Goals (DPP SDGs) Lira, di Kota Gorontalo, Sabtu (12/12).

Hadir dalam acara tersebut antara lain, anggota MPR Fraksi Gerindra Elnino M. Husein Mohi, ST, M.Si, anggota MPR dari Kelompok DPD Rahmijati Jahja, S.Pd, Ketua DPP SDGs Lira Sriyani Haju, akademisi Universitas Negeri Gorontalo Dr. Lilan Dama, S.Pd, M.Pd dan para peserta yang sebagian besar kaum perempuan anggota SDGs Lira, mahasiswi UNG serta masyarakat umum.

Pimpinan MPR dari Kelompok DPD ini merasa heran kenapa perempuan begitu sulit untuk masuk ke parlemen. Padahal, kualitas perempuan tidak kalah dengan pria.

"Saya heran juga kenapa begitu sulit perempuan masuk parlemen, padahal kualitas, kapabilitas perempuan Indonesia tidak bisa dianggap enteng, tidak kalah dengan kaum pria," ungkapnya.

Mantan gubernur Gorontalo yang menjabat dua periode itu mengatakan, walaupun belum mencapai 30 persen, jumlah keterwakilan di 2019 harus disyukuri dan mesti ditingkatkan lagi di pemilu selanjutnya. 

Menurut Fadel, hal ini sangat penting karena di antara negara-negara ASEAN saja, jumlah keterwakilan perempuan di Indonesia yang sebesar 21 persen masih di bawah Filipina yang melebihi 30 persen, Singapura 23 persen dan Vietnam 27 persen.

Nah, Fadel berharap dari seminar ini akan keluar pemikiran-pemikiran yang bisa mengidentifikasi apa yang menyebabkan rendahnya jumlah keterwakilan perempuan di parlemen, sekaligus solusi terbaiknya.

"Kepada para perempuan Indonesia, saya mengajak agar lebih semangat untuk terjun ke ranah politik sampai menjadi wakil rakyat,  kalau bisa melebihi 30 persen.  Tentu saja dibarengi dengan peningkatan kualitas diri," ucapnya. (*/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler