Fadilah Nusantara

Oleh: Dahlan Iskan

Rabu, 14 April 2021 – 04:46 WIB
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Mantan menteri kesehatan ini menelepon mantan menteri kesehatan. Selasa kemarin.

"Kok ini saya baca Pak Sudi Silalahi sudah vaksinasi Vaksin Nusantara. Saya juga dong," ujar Siti Fadilah Supari kepada Terawan Agus Putranto.

BACA JUGA: Sudi Nusantara

Bu Fadilah adalah menteri kesehatan di zaman Presiden SBY.

Terawan menteri kesehatan di zaman Presiden Jokowi.

BACA JUGA: Azis Syamsuddin: Wujudkan Bela Negara dengan Mendukung Vaksin Nusantara

Dua-duanya dokter lulusan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Fadilah lulus spesialis jantung di Universitas Indonesia, Jakarta.

BACA JUGA: Menristek Akui Pengembangan Vaksin Nusantara Lebih Maju Dibanding Merah Putih

Terawan spesialis radiologi dari Universitas Airlangga, Surabaya.

Fadilah mendapat gelar doktor dari UI, sedang Terawan dari Universitas Hasanuddin, Makassar.

Pagi-pagi kemarin, rupanya, Fadilah sudah membaca Disway. Seperti biasa. Dengan semangat. Dia terprovokasi oleh kisah Sudi Silalahi. Padahal Fadilah sudah lama menetapkan tekad: hanya mau melakukan vaksinasi kalau menggunakan Vaksin Nusantara.

Fadilah adalah orang yang bergelut dengan persoalan virus. Dalam teori sekaligus praktik. Wabah flu burung terjadi pada masa dia jadi menteri kesehatan. Nama Indonesia harum kala itu: Indonesia menemukan vaksin flu burung.

"Saya ini punya kelemahan di sistem imun saya. Saya tidak berani pakai vaksin yang dihasilkan melalui RNA. Saya kan ahli di bidang itu. Saya tahu apa risikonya," ujar Fadilah pada Disway kemarin sore.

Apa reaksi Letnan Jenderal dr Terawan?

"Saya langsung dijadwalkan Kamis besok," ujar Fadilah. "Saya akan datang dengan anak saya. Kami berdua semangat menjalani Vaksin Nusantara," tambahnyi.

Ternyata Fadilah juga punya hubungan khusus dengan Terawan.

"Yang membelikan peralatan DSA itu saya, sebagai menteri kesehatan," ujar Fadilah.

Dengan menggunakan jalur kementerian kesehatan pengadaan alat tersebut bisa lebih cepat. Juga lebih tepat, sesuai dengan bidangnya –dari pada lewat kementerian pertahanan.

"Pak Sudi memang minta tolong ke Kemenhan. Namun, akhirnya juga minta tolong ke saya," ujar Fadilah. "Bahkan Pak SBY juga ikut meminta," katanyi.

Tentu Fadilah sendiri pernah menggunakan alat itu. Namun, tidak untuk saluran darah di dalam otak.

"Saya perlu membersihkan saluran darah di paru-paru saya," kata Fadilah.

Waktu itu ada sumbatan-sumbatan pada saluran darah di paru-parunyi. "Ketika dilakukan DSA, rasanya mak byaaaar," ujar Fadilah.

Dia memang orang Solo. Bahasa Jawanya khas Solo. Sampai SMA dia masih di Solo.

Sebenarnya Fadilah sudah bergelar profesor. Persyaratan sudah lengkap. Namun keburu menjadi menteri kesehatan. Tidak punya waktu lagi untuk mengurus gelar guru besar itu.

Gelar doktornyi pun diperoleh dengan cara istimewa. Dia harus melakukan riset di North Carolina, Amerika Serikat. Sampai-sampai dia harus membawa simpanse dari Indonesia. Tidak tanggung-tanggung: 60 ekor.

Di sana simpanse itu disuntik berbagai obat. Untuk melihat respons jantung mereka. Dari situlah Fadilah menyusun disertasi untuk gelar doktor. Disertasi itu diuji di UI. Pengujinyi, termasuk profesor penguji dari Amerika Serikat. Yakni dari Wake Forest University, di Winston Salem, NC. Mereka yang datang ke UI.

Meski hubungannyi dengan Amerika begitu kental, tetapi Fadilah tetap bersikap independen. Yakni ketika dia harus menghadapi permintaan khusus dari sana.

Dia menolak permintaan itu. Dengan alasan ketahanan nasional Indonesia: dia tidak mau mengirim sampel-sampel darah orang Indonesia ke sana.

Maka waktu ada pandemi flu burung nama Fadilah sangat terkenal di seluruh dunia. Semua itu diceritakan dalam bukunyi yang sudah terbit.

Kini usia Fadilah 71 tahun. Dia aktivis di Muhammadiyah dan pandai menyanyi. Bahkan dia masih menyanyi untuk sang suami sehari sebelum meninggal dunia.

Sebagai ahli virus, Fadilah tahu apa saja di balik proses penemuan vaksin Covid-19 sekarang ini. Dan dia pilih Vaksin Nusantara.

Saya sendiri, di Surabaya, ikut jadi sasaran pendaftaran Vaksin Nusantara. Padahal saya bukan siapa-siapa. Ratusan orang mendaftar lewat saya.

Mereka mau menjadi relawan uji coba fase II. Mereka menunggu dan menunggu: kapan. Selama menunggu itu beberapa orang mendapat giliran vaksinasi Sinovac dan AstraZeneca. Termasuk istri saya.

Yang sampai sekarang belum vaksinasi bertekad akan berangkat ke Jakarta. Satu bus. Agar mendapatkan Vaksin Nusantara. Hari Rabu minggu depan.

Wakil ketua DPR Sufmi Dasco Achmad juga menjalani Vaksin Nusantara. Bersama istrinya. Demikian juga pimpinan Komisi IX DPR, Melkiades Laka Lena. Juga bersama istrinya, yang juga seorang apoteker: Mindriyati Astiningsih.

Namun, yang mencuri start duluan ternyata tokoh ini: Aburizal Bakrie. Pak Ical –konglomerat yang juga politikus– adalah orang pertama yang mendapat vaksinasi Vaksin Nusantara: sehari sebelum Sudi Silalahi –orang Batak dari Tanah Jawa itu. (*)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler