Fadli Zon: 80 Persen Warga Masih Miskin dan Tertinggal

Sabtu, 28 Oktober 2017 – 23:35 WIB
Wakil Ketua DPR Fadli Zon. Foto: Humas DPR for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menyatakan meskipun Sumpah Pemuda telah berhasil mempersatukan Indonesia sebagai bangsa, tapi persatuan itu masih perlu diteguhkan terus-menerus.

Secara kebetulan, tema peringatan Sumpah Pemuda tahun ini adalah “Berani Bersatu”.

BACA JUGA: Fahri Hamzah Pimpin Upacara Sumpah Pemuda di Kilometer Nol

“Semua elemen bangsa harus menyadari jika persatuan butuh dirawat. Dulu, tantangan untuk membangun persatuan adalah perbedaan suku, adat, agama dan bahasa. Namun, dengan visi dan kebesaran hati para pendahulu kita, mereka kemudian berhasil melampaui semua perbedaan tadi, sehingga akhirnya kita bisa dipersatukan menjadi sebuah bangsa," ujar Fadli.

Menurutnya, saat ini tantangan merawat persatuan telah berubah. Tantangan Indonesia terkait persatuan pada hari ini adalah ketidakadilan dan ketimpangan.

BACA JUGA: Novanto: Pemuda Zaman Now, Penggerak Roda Sejarah Dunia

"Setiap kali kita membiarkan terjadinya ketidakadilan, baik politik, hukum, ataupun ekonomi, maka kita sebenarnya sedang melonggarkan ikatan persatuan. Menurut studi Amy Chua, sebuah sistem yang hanya dikuasai oleh sekelompok kecil masyarakat memang akan melahirkan konflik dan instabilitas," imbuhnya.

Jika dulu problem persatuan Indonesia lebih bersifat kultural, maka kata dia, kini bersifat struktural.

BACA JUGA: Komisi IX Dukung Penambahan Fasilitas RS Maria Walanda

Itu sebabnya Indonesoa harus memerhatikan isu keadilan dan kesetaraan secara serius.

“Masalah ketimpangan, misalnya, bukan hanya semata masalah ekonomi, namun bisa mendatangkan masalah bagi persatuan kita. Kita sudah sering melihat dari pengalaman masa lalu, bahwa setiap kali jurang ketimpangan ekonomi menganga, maka pada saat itu juga kohesi sosial kita melemah," imbuh politikus Gerindra tersebut.

Masalahnya, setidaknya dalam sepuluh tahun terakhir, kata dia, berbagai data menyebutkan jika pertumbuhan ekonomi Indonesia sebenarnya hanya menguntungkan 20 persen warga terkaya saja.

Sedangkan 80 persen sisanya, yang mencakup sekitar 205 juta penduduk, tetap tertinggal di belakang.

Pertumbuhan pendapatan 10% orang terkaya Indonesia tiga kali lipat lebih cepat ketimbang pertumbuhan 40% warga termiskin.

“Itu sebabnya, dalam rentang 2013 hingga 2015 yang lalu, angka koefisien gini kita mencapai 0,41, sebuah rekor ketimpangan tertinggi sepanjang sejarah. Tahun ini, angka koefisien gini kita memang turun ke angka 0,39, tapi karena kelas menengah menurun income dan konsumsinya. Itu bukan realitas yang bagus sehingga, bagi pemerintah tema peringatan Hari Sumpah Pemuda seharusnya bukanlah ‘Berani Bersatu’, tapi ‘berani adil’ dan ‘berani mengatasi ketimpangan," tegasnya.

"Satu lagi, perbedaan suku, agama, ras dan lainnya selalu menjadi kekuatan di tangan pemimpin yang kuat dan adil. Tapi hal itu bisa jadi ancaman di tangan pemimpin yang lemah dan tak adil," kata Fadli Zon.(adv/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Renstra DPR Mendapat Masukan Positif Berbagai Kalangan


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
DPR   DPR RI  

Terpopuler