Fadli Zon: Mukanya Boleh Kerakyatan, tapi Liberal

Sabtu, 03 Februari 2018 – 14:46 WIB
Presiden Joko Widodo dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon dalam sebuah pertemuan konsultasi pimpinan lembaga tinggi negara pada 2015. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fadli Zon menilai perubahan kepemimpinan nasional yang terjadi beberapa kali sejak reformasi belum menimbulkan hal baru. Sebab, arah kebangsaan masih kental beraroma liberalisme. 

"Banyak program dari pemerintahan saat ini terkesan seolah-olah pro-kerakyatan, tapi misinya saya kira tetap sama yaitu liberalisme. Mukanya boleh kerakyatan, tapi liberal," ujar Fadli saat menyampaikan sambutan pada Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) I Keluarga Alumni Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KA-KAMMI) di Jakarta, Sabtu (3/2).

BACA JUGA: Fadli Zon Catat 100 Janji Jokowi, Mana yang Ditepati, Pak?

‎Fadli lantas mencontohkan sejumlah kebijakan yang diambil pemerintah akhir-akhir ini. Antara lain pencabut subsidi hingga mengakibatkan harga listrik melambung.

Harga-harga kebutuhan pokok lainnya juga meningkat. Akibatnya, masyarakat kecil makin susah.

BACA JUGA: Fadli Zon: Kapolri Butuh Konsultan soal Islam di Indonesia

"Saya berkeliling ke daerah, itu mayoritas jawabannya sekarang makin susah. Hampir tak ada yang mengatakan hidup makin enak. Entah di daerah lain, tapi kalau ada yang menemukan ada rakyat yang mengatakan hidup makin enak, saya kira itu temuan yang luar biasa," ucapnya.

Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra ini mengkhawatirkan Indonesia akan mengalami nasib yang sama dengan Uni Soviet jika kondisi yang ada tidak segera dibenahi. ‎Sebab, Uni Soviet yang dikenal sebagai negara besar bisa bubar. 

BACA JUGA: Fadli Zon Bisa Difahrihamzahkan Jika Sebut Jokowi 2 Periode

"Uni Soviet kurang apa? Punya ideologi yang sangat kuat. Kemudian Tentara Merah dan partai komunisnya juga begitu kuat. Tapi karena berbagai faktor, salah satunya ekonomi dan ideologi komunis gagal, Soviet bubar dengan mudah, terpecah menjadi 15 negara," ucapnya.

‎Fadli melihat tanda-tanda disintegrasi mulai mengemuka di Indonesia. Diawali dengan disintegrasi sosial.

Menurutnya, seluruh rakyat Indonesia mengakui adanya perbedaan, sebagaimana semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan tersebut akan makin kuat ketika pemimpinnya juga kuat.

‎"Kalau pemimpin lemah, saya kira perbedaan itu makin kuat menjadi disintegrasi sosial. Kemudian disintegrasi politik. Tahap selanjutnya disintegrasi teritorial," tuturnya.(gir/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ogah Setujui Keinginan Fadli Zon soal Jokowi Satu Periode


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Fadli Zon   subsidi   KAMMI  

Terpopuler