jpnn.com, JAKARTA - Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Fadli Zon menanggapi pernyataan Presiden Prancis Emanuelle Macron, pasca-tewasnya guru sejarah yang menampilkan karikatur Nabi Muhammad SAW sebagai bahan ajaran ke murid di sana.
Anggota Komisi I DPR ini menilai pernyataan Macron tersebut telah melukai banyak umat Islam di seluruh dunia. Menurutnya, penyataan Macron tersebut sangat diskriminatif.
BACA JUGA: Klarifikasi Tempo soal Karikatur Pria Beserban Batal Pulang
"Pernyataan Macron itu diskriminatif, rasis dan telah melukai banyak umat Islam di seluruh dunia," kata Fadli Zon menjawab JPNN.com, Selasa (27/10).
Politikus Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) itu meminta pemerintah Republik Indonesia bersikap dengan membuat pernyataan menyikapi tuduhan Macron. Menurut dia, sikap pemerintah itu diperlukan sebagai bentuk mewakili kegelisahan masyarakat Indonesia.
BACA JUGA: Gelar Demo, FPI Desak Tempo Minta Maaf soal Karikatur
"Pemerintah seharusnya bersikap dan membuat pernyataan agar kegelisahan masyarakat Indonesia bisa terwakili," ungkap mantan wakil ketua DPR itu.
Untuk diketahui, dalam beberapa hari terakhir Macron bertindak agresif terhadap Islam melalui tudingan Muslim separatismenya, serta menggambarkan Islam sebagai agama yang mengalami krisis di seluruh dunia. Komentar Macron tersebut tidak lepas dari wujud dukungannya terhadap penerbitan karikatur Nabi Muhammad oleh majalah Charlie Hebdo atas klaim kebebasan berekspresi.
BACA JUGA: Enam Pati TNI AL Kompak Menghadap KSAL Laksamana Yudo, Ada Apa?
Anggota Komisi VIII DPR Bukhori Yusuf mengatakan bukan kali ini saja Prancis melakukan tindakan agresif terhadap Islam maupun komunitas Muslim, baik dalam skala perorangan maupun negara. "Maka sudah sepatutnya umat Islam di seluruh dunia marah dan mengecam sikap permusuhan yang ditunjukkan secara eksplisit oleh Macron,” kata Bukhori, Senin (26/10) malam.
Lebih lanjut, Bukhori mengingatkan Macron segera meminta maaf secara terbuka kepada umat Islam. Menurutnya, hal ini perlu dilakukan dalam rangka mengantisipasi terjadinya proses radikalisasi terselubung dan meruncingnya polarisasi di tengah masyarakat Prancis dan global.
"Sebelum segalanya menjadi lebih buruk, ia harus meminta maaf dan memastikan penghinaan ini tidak terulang di waktu mendatang,” tegasnya.(Boy/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Boy