Fadli Zon Persoalkan Cara Jokowi Perlakukan Bos IMF

Selasa, 27 Februari 2018 – 17:27 WIB
Presiden Joko Widodo bersama Managing Director IMF Christine Lagarde (tengah) dan Menkeu Sri Mulyani di Pasar Blok A Tanah Abang, Senin (26/2). Foto: Setkab

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengkritik cara Presiden Joko Widodo menjamu Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde. Dalam pandangan Fadli, Presiden Ketujuh RI yang beken disapa dengan panggilan Jokowi itu memperlakukan Lagarde layaknya raja.

"IMF ini kok dibuat seperti kedatangan raja, padahal IMF ini adalah institusi yang menghancurkan Indonesia 20 tahun lalu," ucap Fadli di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (27/2).

BACA JUGA: Alasan Jokowi Pilih Perry Warjiyo sebagai Calon Gubernur BI

Wakil ketua umum Partai Gerindra itu menambahkan, berbagai kebijakan IMF di masa lalu merusak sendi-sendi perekonomian Indonesia. Awalnya, IMF selalu memuji dengan menyebut fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat.

Bahkan, Bank Dunia menyebut Indonesia adalah East Asia Miracle. "Tiba-tiba ada krisis ekonomi. Kemudian mereka menutup bank dan terjadi rush money (penarikan uang tabungan secara besar-besaran, red). Banyak kajian dan saya juga bahwa IMF adalah biang kerok dari berbagai krisis yang terjadi di dunia," ucap Fadli. 

BACA JUGA: Jokowi: Ada Tanggung Jawab Pak Gubernur dan Pak Menteri

Karena itu, Fadli merasa heran dengan pemerintahan Presiden Jokowi yang memberikan karpet merah pada IMF. Bahkan pemerintah rela mengeluarkan uang Rp 1 triliun untuk persiapan pertemuan IMF-World Bank di Bali pada Oktober mendatang.

"Kok pemeritahan sekarang, di era Jokowi berikan karpet merah untuk IMF, dan kita keluarkan dana satu triliun, emangnya kita ini event organizer? Seharusnya dibatalkan dan uang satu triliun itu digunakan untuk kepentingan lain," tegasnya.

BACA JUGA: PPP Sangat Happy Jika Prabowo Mau Jadi Cawapres untuk Jokowi

Fadli mengatakan, Jokowi selaku berbicara tentang kedaulatan politik dan kemandirian ekonomi. Faktanya, utang negara makin menumpuk dan IMF selalu menuntut liberalisasi.

“Krusuhan Mei (1998) di-trigger (dipicu, red) oleh IMF dengan meminta pemerintah mencabut subsidi, sehingga waktu itu harga minyak tanah naik sampai 71 persen, demo di mana-mana. IMF trigger kerusuhan Mei. Kok sekarang IMF di pemerintahan Jokowi dipuji-puji seperti pahlawan kesiangan dan tidak ada gunanya," pungkas dia.(fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Novanto Sebut Golkar Belum Punya Kader Pantas bagi Jokowi


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler