Fakta Terbaru Kasus First Travel

Kamis, 17 Agustus 2017 – 05:57 WIB
Rumah Andika Surachman dan Anniesa Desvitasari Hasibuan, pemilik First Travel, di Jalan Taman Venesia Selatan, Sentul Kabupaten Bogor, Senin (14/8). Foto: Putra/Metropolitan/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Fakta seputar kebohongan pasangan bos First Travel, Andika Surachman dan Anniesa Hasibuan, satu per satu terungkap. Yang terbaru adalah data jumlah jamaah First Travel.

Selama ini Andika dan Anniesa mengaku kepada penyidik bahwa jumlah jamaah yang belum berangkat ke Tanah Suci hanya 35 ribu orang.

BACA JUGA: Usai Geledah Rumah Bos First Travel, Bareskrim Temukan 9 Airsoft Gun

Namun, dari penyidikan polisi, jumlah korban jauh lebih besar, yakni 50 ribu orang.

Jumlah korban tersebut masih mungkin bertambah mengingat amburadulnya pengelolaan berkas dan data jemaah First Travel.

BACA JUGA: Menag: Pencabutan Izin First Travel Tidak Menghilangkan Kewajibannya

Penyidik menemukan secarik kertas bertulisan doa untuk mencari barang yang hilang.

Seorang penyidik yang ditemui di kantor Bareskrim kemarin (16/8) menuturkan, jumlah korban memang tidak jelas. Fakta saat ini, ditemukan berkas yang memastikan jumlah korban mencapai 50 ribu orang.

BACA JUGA: Bos First Travel Bisa Pelesiran di Mancanegara, Uangnya dari Mana?

’’Ini ada foto kertas yang ada doa mencari barang hilang, untuk menemukan berkasnya. Sekacau itulah manajemen First Travel,’’ ujarnya sambil menunjukkan foto dan menepuk jidat.

Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divhumas Polri Kombespol Martinus Sitompul membenarkan bahwa jumlah jamaah umrah First Travel yang belum diberangkatkan mencapai 50 ribu orang.

Data tersebut didasarkan pada berbagai bukti yang ditemukan penyidik. ’’Berkas yang disita banyak. Dari berkas itu, diketahui jumlah jamaah sampai 50 ribu,’’ ungkapnya kemarin.

Penyidik kemarin juga menggeledah sejumlah lokasi. Di antaranya, tiga rumah milik Andika dan Anniesa yang berlokasi di Sentul; Cimanggis, Depok; dan Kebagusan.

Di tiga rumah itu, polisi menemukan 47 buku tabungan dengan kepemilikan bervariasi. ’’Ada yang atas nama Andika dan Anniesa, ada juga atas nama sebuah PT dan yayasan yang dimiliki tersangka,’’ papar Martinus.

Selain itu, lanjut dia, penyidik menemukan sembilan pucuk airsoft gun jenis laras panjang di sebuah lemari.

’’Airsoft gun ini juga disita sebagai barang bukti,’’ papar mantan Kabidhumas Polda Metro Jaya tersebut.

Sementara itu, adik Anniesa yang juga komisaris sekaligus manajer keuangan First Travel, Kiki Hasibuan, menjalani pemeriksaan di kantor Bareskrim.

Dia diperiksa bersama Ivan Hasibuan. Keduanya merupakan adik Anniesa. ’’Kami sedang melihat bagaimana keterlibatan keduanya,’’ ungkapnya.

Seorang penyidik menuturkan, awalnya memang dilakukan pengejaran terhadap Kiki. Namun, ternyata setelah surat panggilan dikirim ke rumah orang tuanya di Cimanggis, Kiki justru datang kemarin siang. ’’Ini lagi diperiksa,’’ tuturnya sembari menunjukkan foto Kiki yang diperiksa penyidik.

Kehadiran Kiki sekaligus menepis informasi seorang agen First Travel berinisial DH yang sebelumnya menyebutkan bahwa perempuan bernama lain Siti Nuraidah tersebut kabur ke luar negeri.

Di bagian lain, sebagian aset Andika dan Anniesa telah berpindah tangan. Salah satunya rumah mewah di Sentul. Polisi awalnya mencurigai bahwa aset tersebut adalah milik Andika dan Anniesa.

Namun, aset itu kini telah berganti pemilik. Sertifikat rumah tersebut diberikan kepada sebuah perusahaan travel bernama Kanomas. ’’Pengakuannya karena memiliki utang,’’ ujarnya.

Keterangan penyidik itu klop dengan informasi yang disampaikan DH. Menurut DH, Andika dan Anniesa berutang Rp 90 miliar kepada Kanomas.

Lalu, sertifikat rumah itu diberikan kepada Kanomas sebagai ganti rugi. ’’Anniesa mengklaim harga rumah itu Rp 30 miliar,’’ jelasnya.

Namun, pemilik Kanomas yang lantas melelang rumah tersebut hanya mendapati harga tertinggi Rp 15 miliar. Akhirnya, rumah itu tidak jadi dijual karena nilainya jauh di bawah yang disebutkan Anniesa.

’’Ya, utangnya kan menumpuk. Belum diketahui apakah utang sisanya terbayar atau belum,’’ ungkapnya di Bareskrim.

Di bagian lain, Direktur Tindak Pidana Umum (Dittipidum) Bareskrim Brigjen Herry Rudolf Nahak menjelaskan, kasus tersebut masih akan terus berkembang karena masih banyak hal yang ditelusuri.

’’Ini penyidikannya baru lima hari. Masih banyak yang belum dilakukan,’’ terangnya.

Sementara itu, dari pantauan Jawa Pos, rumah Andika dan Anniesa di Bakti Jaya, RT 6, RW 28, Cimanggis, Depok, tampak cukup mewah. Rumah berlantai dua itu setidaknya memiliki dua garasi mobil.

Rumah bercat merah dan krem itu terlihat sepi. Namun, salah seorang warga yang tidak ingin namanya disebutkan menyatakan, rumah tersebut ditinggali orang tua Andika. ’’Orang tuanya ada di sana,’’ ujarnya.

Sebelumnya, rumah tersebut tidak semewah itu. Namun, setelah dilakukan renovasi beberapa bulan lalu, rumah tersebut jadi cukup wah. ’’Banyak warga yang sebut renovasinya habis Rp 1 miliar,’’ ungkapnya.

Bukan hanya rumah itu yang dimiliki orang tua bos First Travel tersebut. Aset lain berupa belasan rumah kontrakan di belakang rumah itu juga menjadi miliknya. ’’Kontrakannya banyak di belakang itu,’’ katanya.

Warga tersebut juga menuturkan, sehari lalu terjadi percekcokan di rumah tersebut. Yakni, antara orang tua Andika dan tetangganya. ’’Tetangganya itu juga menjadi korban Andika dan Anniesa,’’ paparnya.

Namun, tetangga tersebut ingin masalah itu diselesaikan secara kekeluargaan. Setidaknya, uangnya bisa dikembalikan. Namun, ayah Andika saat itu malah marah-marah.

’’Tetangga sampai denger semua. Dia menyebut kalau soal utang itu urusan anaknya, bukan urusan dia,’’ katanya.

Sementara itu, posko crisis center korban First Travel di Bareskrim kemarin menerima puluhan pengaduan. Hingga sekitar pukul 12.00, jumlah korban First Travel yang mengadu mencapai 97 orang.

Mayoritas adalah agen yang mewakili puluhan hingga ribuan jamaah yang direkrut karena tipu daya First Travel.

Soal crisis center, Nahak menuturkan bahwa banyak pengaduan. Pengaduan tersebut akan ditindaklanjuti dengan verifikasi, yakni akan dilihat merupakan kewenangan lembaga mana. ’’Bareskrim, Kemenag, atau OJK. Nanti ditangani lembaga yang berhak,’’ ujarnya.

Dia menyatakan, crisis center tersebut akan beroperasi hingga semua pengaduan tuntas. ’’Selama masih dibutuhkan, tetap beroperasi,’’ tegas jenderal berbintang satu tersebut. (idr/c5/agm)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Selain 6 Mobil, Rumah Mewah Milik Bos First Travel di Sentul Disita


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler