Fast Food Merugikan Perekonomian

Rabu, 05 Juni 2013 – 20:32 WIB
ROMA - Menjamurnya gerai makanan cepat saji (fast food) dan makanan tidak sehat (junk food) di negara-negara yang berkembang mengundang keprihatinan Food and Agriculture Organization (FAO). Tidak hanya memicu berbagai penyakit, fast food dan junk food mengakibatkan kerugian di perekonomian dunia.

Kemarin (4/6) FAO menyatakan bahwa fast food dan junk food merupakan jenis makanan yang hampa nutrisi. Sebab, nyaris tidak ada sayur atau bahan pangan yang segar di dalam jenis makanan yang digemari kaum muda tersebut. Minimalnya hasil bumi dalam fast food dan junk food mengancam sektor pertanian. Gerai makanan modern tersebut, menurut FAO, akan menurunkan produktivitas pertanian.

''Riset agrikultur dan pembangunan harus lebih sensitif pada gizi. Pemerintah juga harus bisa mengedukasi masyarakat akan pentingnya kandungan gizi dalam buah, sayur, dan kacang-kacangan,'' papar salah satu organisasi PBB tersebut dalam pernyataan tertulis.

''Tagihan asuransi kesehatan untuk kelompok pasien malnutrisi bila digabungkan dengan produktivitas yang menurun akan mendatangkan kerugian sampai lima persen dari produk domestik bruto (GDP) per tahunnya,'' ujar FAO. Jika dinominalkan, jumlah tersebut setara dengan USD 3,5 triliun atau sekitar Rp 34.229 triliun. Itu belum termasuk kerugian akibat obesitas yang dipicu makanan hampa gizi.

Sebaliknya, dengan menggiatkan sektor pertanian melalui kampanye makanan yang sehat, pemerintah akan mendulang banyak keuntungan. ''Jika pemerintah di seluruh dunia mengampanyekan makanan sehat, keuntungan yang mereka terima akan jauh lebih banyak daripada biaya yang dikeluarkan. Skalanya bisa mencapai 13:1,'' ungkap FAO. (AFP/hep/c15/tia)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pendaki Malaysia Tewas saat Taklukkan Everest

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler