Festival Budaya Internasional di Banda Aceh, Meriah

Minggu, 20 Oktober 2019 – 13:44 WIB
The International Cultural Festival di kawasan Lamnyong, Banda Aceh. Foto: Istimewa for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - The International Cultural Festival yang digelar di Kompleks Teuku Nyak Arief Fatih Bilingual School atau Sekolah Fatih Putri, kawasan Lamnyong, Banda Aceh, mampu menarik perhatian pengunjung.

Sekitar 1.000 pengunjung ingin melihat festival budaya mancanegara persembahan guru, karyawan, dan murid SD, SMP, dan SMA Teuku Nyak Arief Fatih Bilingual School.

BACA JUGA: Ditjen Polpum Terus Berinovasi Kembangkan Etika Budaya Politik Bagi Kaum Milenial

General Manager Teuku Nyak Arief Fatih Bilingual School, Mustafa mengatakan, The International Cultural Festival bisa terlaksana dengan baik karena didukung sumber daya yang cukup dan beragam.

Fatih Bilingual School memiliki guru dan murid yang berasal dari berbagai negara. Mulai dari Turki, Turkmenistan, Kyrgyzstan, Korea Selatan, dan Filipina. Selain itu, kebanyakan muridnya berasal dari Aceh, Indonesia, di samping ada beberapa orang berkebangsaan India, Turki, Korea Selatan, Thailand, dan Filipina.

BACA JUGA: Kemendikbud Tetapkan 267 Warisan Budaya tak Benda

Keberagaman etnis tersebut menginspirasi Mustafa yang keturunan Turki untuk menggelar The International Cultural Festival. Ide Mustafa yang didukung para guru mancanegara di sekolah tersebut, akhirnya diwujudkan dalam bentuk The International Cultural Festival.

"Alhamdulillah banyak dukungan dalam festival ini," kata Mustafa dalam keterangan resminya, Minggu (20/10).

Festival yang dilaksanakan Sabtu (19/10) dibuka Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Banda Aceh, Dr Saminan MPd.

Festival ini menampilkan benda-benda seni dan budaya Turki, Turkmenistan, Kyrgyzstan, India, Korea Selatan, Filipina, Thailand, dan Indonesia.

Setiap stan juga ikut lomba memasak masakan khas dari masing-masing negara. Jurinya berasal dari guru-guru mancanegara yang mengajar di sekolah itu, termasuk Mustafa.

Para pengunjung yang sebagian besar orang tua/wali murid dan warga sekitar umumnya mampir di setiap stan untuk berfoto dengan penjaga stan yang mengenakan pakaian nasional atau pakaian adat dari masing-masing negara peserta festival.

Di stan Turki bahkan dipajang bendera dan gitar khas Turki maupun peci khas Sultan Turki. Alhasil, banyak pengunjung pria yang berfoto mengenakan kopiah sultan sambil memegang gitar khas Turki.

Stan India juga diminati pengunjung karena menampilkan foto-foto makanan khas India yang selama ini juga banyak dijual di restoran dan kafe-kafe di Banda Aceh.

Uniknya, di stan India ini pengunjung bisa berfoto dengan dua penjaga stan, pria dan wanita asli keturunan India yang sedang sekolah di Fatih.

Di stan Korea Selatan, pengunjung juga dapat berinteraksi dengan beberapa pelajar asal Korea yang ibunya berasal dari Korea Selatan, sedangkan ayahnya warga negara Turki dan keduanya mengajar di Sekolah Fatih Putri.

Festival budaya ini juga tambah semarak karena menampilkan sejumlah tari India dan lainnya. Penarinya dari Aceh Besar dan Banda Aceh, sedangkan pelatihnya guru Sekolah Fatih yang berasal dari India atau Turki.

Selain Cultural Stand Exhibition dan cooking competition (lomba memasak), acara ini juga diramaikan dengan Spelling Bee Contest, Scrabble, dan Bambuuzl.

Menurut Mustafa, festival budaya mancanegara ini dimaksudkan untuk memperkenalkan dan mempromosikan seni budaya tujuh negara plus nusantara kepada masyarakat Aceh. Khususnya kepada para murid, orang tua murid serta masyarakat Banda Aceh dan sekitarnya yang berkesempatan hadir ke festival internasional ini.

Festival seperti ini, kata Mustafa, akan dilaksanakan lagi tahun depan dengan harapan semakin bertambah jumlah negara yang ikut berpartisipasi. “Juga semakin ramai jumlah pengunjungnya,” ujarnya. (esy/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler