Festival Maek 2024 Akhirnya Digelar, Kenalkan Sejarah Megalitikum di Minangkabau

Kamis, 18 Juli 2024 – 16:25 WIB
Festival Maek 2024 yang digelar selama tiga mengenalkan sejarah megalitikum di Minangkabau. Foto: source for jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Festival Maek 2024 digelar di lapangan bola Jorong Koto Gadang, Nagari Maek, Kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten Lima Puluh Kota.

Festival arkeologi terbesar di Sumatera Barat, ini diselenggarakan selama tiga hari pada 17-20 Juli 2024.

BACA JUGA: Sejumlah Ruas Jalan di Bandung Ditutup Selama Asia Afrika Festival

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumbar Supardi bercerita, satu setengah tahun lalu dia memulai rencana Festival ini bersama pemuka masyarakat dalam forum diskusi.

"Tujuannya satu mewujudkan mimpi, Maek asal mula peradaban dunia," ucapnya, dalam keterangannya, Kamis (18/7).

BACA JUGA: HNW: Sejarah Masuknya Islam di Indonesia Akan Mengisi Museum di Madrid

Festival ini merupakan upaya mengenalkan peninggalan sejarah peradaban manusia pada zaman megalitikum kepada generasi muda.

Perjalanan panjang ini dimulai Supardi bersama Dinas Kebudayaan Sumbar sejak dari mengunjungi UGM, BRIN, hingga UNESCO.

BACA JUGA: Korut Bongkar Jalur Kereta Antar-Korea, Upaya Menghapus Sejarah?

"Saya meminta kepada peneliti UGM agar rangka hasil ekskavasi tahun 1985 diproses kembali," ucapnya.

Menurut Supadi, itu semua dilakukan agar Maek jadi warisan budaya dunia, bisa dapat terwujud.

"Maek bakal jadi pariwisata khusus. Lewat Festival, para arkeolog dan peneliti dunia akan membuka penelitian untuk mengungkap tabir dan misteri peradaban tertua," ujar Supardi

Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Jefrinal Arifin, mewakili Gubernur memberikan sambutan soal betapa pentingnya warisan sejarah di Maek.

"Menhir di Maek tak hanya membuat penasaran peneliti, tetapi juga orang Minangkabau, apakah ini bakal jadi lembaran baru dari kebenaran narasi sejarah?" katanya.

Di Sumbar, menhir dan artefak kerangka manusia purba paling berumur 4000 tahun banyak ditemukan di Maek. Hingga saat ini kapan masa hidup dari kerangka-kerangka itu belum dapat dipastikan.

Festival Maek menghadirkan kolaborasi akademisi, budayawan, dan seniman. Hal ini menjadi peluang kerja sama untuk mempromosikan adat istiadat budaya di Sumatera Barat.

Festival dibuka oleh seni pertunjukan ‘Mimetik Sulbi (Hikayat Batu Tegak)’, karya duet dramaturg S Metron Masdison dan Zuari Abdullah dengan Andre Junaidi sebagai pengisi musik.

Pementasan ini ingin mereplikasi peristiwa paling sublim dalam sejarah Maek, Batu Tegak. Pertunjukan ini dibawakan oleh sekelompok pemuda yang membopong batu besar serupa menhir.

Diiringi seorang "janang" (narator) yang membawakan prolog berbahasa minang. Para pemuda itu kemudian mamaek (memahat) batu tersebut.(jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler