Festival Taliwang 2019, Pesona Tari Spektakuler di Arena Berlumpur

Kamis, 21 November 2019 – 12:57 WIB
Para penari di ajang Festival Taliwang 2019 di Sumbawa BArat, NTB, Rabu (20/11). Foto: Kemenparekraf

jpnn.com, SUMBAWA BARAT - Festival Taliwang 2019 di Bentiu, Taliwang, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat pada Rabu (20/11) menyajikan pertunjukan unik. Festival itu menampilkan empat tarian di arena berlumpur.

Empat tarian yang ditampilkan itu adalah Barapan Kebo, Kolong, Benteng Berinas, dan Kareng. Koreografer kondang yang juga sutradara Pesona Lumpur Taliwang Eko Supriyanto sengaja mengangkat empat tarian itu dalam festival tersebut.

BACA JUGA:  Manjakan Mata di Hamparan Teratai Danau Taliwang

“Ini kearifan lokal mereka yang masih ada dan kembali kami kembangkan. Ini juga kali pertama sebuah tarian disajikan di atas lumpur. Kemasannya kami buat artistik. Gerakan tariannya autentik lokal, tidak ada efek pengaruh gerakan tarian dari wilayah lain di Nusantara sehingga nanti tahun depan bisa tampil sempurna di Calender Of Events Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)," ujar Eko.

Penari sekaligus dosen yang dikenal dengan panggilan Eko Pece itu juga mengucapkan terima kasih kepada Kemenparekraf yang mendukung Festival Taliwang. Menurutnya, dukungan Kemenparekraf membuat penyelenggara Festival Taliwang makin percaya.

BACA JUGA: Bos Dorna Puji Lokasi Sirkuit Mandalika

Dukungan itu juga membuat penyelenggara festival tertantang memperlihatkan kualitas kegiatan serupa pada tahun depan ketika kegiatan tersebut masuk Calender of Events (CoE) Kemenparekraf. "Jadi kepercayaan yang diberikan kepada Sumawa Barat, bisa diperlihatkan dengan baik di 2020," kata pria yang juga menjadi koreografer opening ceremony Asian Games 2019 itu.

Kembali lagi ke acara festival, Tari Barapan Kebo secara filosofi menggambarkan semangat, kekuatan dan kelincahan karakter kerbau. Tarian itu memungkinkan penarinya mengeksplorasi gerakannya.

Adapun Tari Kolong dibawakan 50 penari wanita. Pesan adalah makna penting air sebagai sumber kehidupan. Di sini, penari dituntut untuk mengeksplorasi gerakannya sendiri dengan gentong sebagai medianya.

Tari Kareng juga membawa pesan tentang representasi semangat dalam mencapai tujuan. Visualisasi yang ditampilkan berupa kareng atau alat pengolah tanah khas masyarakat Sumbawa.

“Tarian ini hakikatnya menggunakan kerbau sebagai inspirasi. Spirit kerbau itu luar biasa dan dengan kekuatan yang dimilikinya bisa memiliki banyak fungsi. Yang utama bagaimana tradisi berlanjut,” kata Eko.

Gubernur NTB Zulkiflimansyah juga mengucapkan terima kasih kepada Kemenparekraf. Menurutnya, dengan masuknya festival itu dalam CoE Kemenparekraf, investor pun akan berminat menanamkan modal di NTB yang kaya akan potensi pariwisata.

"Saya tegaskan, ayo jaga semua investasi yang akan masuk ke Sumbawa Barat atau NTB. Kita jaga sama-sama pariwisata di NTB,"kata Gubernur.

Bupati Sumbawa Barat W Musyafirin juga mengatakan hal serupa. Menurut dia, keberadaan Kemenparekraf di festival itu akan menjadi tolok ukur kesuksesan event yang telah masuk CoE 2020 tersebut.

"Tahun depan kami akan berusaha menjadi lebih baik lagi. Kehadiran Kemenparekraf menjadi kunci keberhasilan kami ke depan. Terima kasih Kemenparekraf," katanya.

Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenparekraf Muh Ricky Fauziyani mengharapkan daerah mana pun ketika mempersiapkan event harus berkualitas dan berstandard internasional. Sasarannya jelas bahwa wisatawan mancanegara harus nyaman saat berwisata di daerah mana pun di Indonesia.

"Harus dipikirkan dampak ekonominya, akses bagi wisatawan, kualitas atraksinya, kesiapan amenitasnya dan kesiapan sumber daya manusianya. Tahun depan semua harus dipersiapkan dengan baik dan lebih baik lagi. Kami Kemenparekraf siap membantu mempromosikan event ini dengan maksimal,"kata Ricky.
 
Ricky menilai perhelatan Festival Taliwang 2019 makin artistik dengan konten Pesona Lumpur Taliwang. Konsep dan kemasannya sangat menginspirasi. Basisnya adalah aktivitas keseharian dan budaya turun-temurun di masyarakat Sumbawa.

"Semoga wisatawan bisa memotret budaya di sana secara utuh, dan menikmatinya," kata Ricky yang hadir mewakili Kemenparekraf.

Dalam Festival Taliwang itu bukan hanya tariannya yang menarik, melainkan orkestasi musiknya juga unik. Ada elaborasi unsur bunyi, tempo dan kekuatan vokal yang memunculkan harmoni.

Warna musik ini dihasilkan dari sakeco, serunai, kendang bambu, juga rampak gong gendang. Sakeco menjadi tutur Sumbawa dengan inspirasi alam. Nasihat yang menjaga harmoni manusia dengan alam sekaligus posisinya yang bermartabat.
 
Musik etniknya juga makin berwarna dengan saketa, luapan kegembiraan sembari mengumandangkan Lawas. Di sela-sela lengkingan suaranya ada backsound ho-ham-ho-ham-ho-ham. 

“Dengan terus dilestarikan seperti ini, beragam kearifan lokal akan terus hidup di dalam masyarakat Sumbawa. Keberadaannya tentu menjadi potensi besar bagi pariwisata Sumbawa. Pemanfaatannya bisa mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat,” ujar Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenparekraf Rizki Handayani.

Sekadar informasi, festival Taliwang resmi masuk 100 Calendar of Events (CoE) 2020 Kemenparekraf. Festival itu memenuhi aspek culture, commercial, hingga communication value.

Rizki Handayani menilai Festival Taliwang secara otomatis menaikan daya tawar pariwisata Sumbawa. "Semoga sukses festivalnya, dan menjadi lebih spektakuler lagi di tahun 2020," katanya.(nis/jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler