Film bernuansa romantis ini juga dibintangi oleh pendatang baru, Mongol yang namanya muncul berkat Stand up Comedy. Bahkan, Bupati Tapanuli Tengah Raja Bonaran Situmeang juga main di film ini. Komposisi film yang menampilkan keindahan panorama Tapanuli Tengah Sumatera Utara.
Kisah diawali tekad seorang pemuda Batak bernama Anggiat (Rio Dewanto) yang merantau ke Jakarta dari kampungnya di Sorkam, Tapanuli Tengah.
Akhirnya dia sukses menjadi pengacara dan dibanggakan orangtuanya. Namun itu belum sempurna karena ibunya Inang Romauli dan ayahnya, Amung Hotman mengharapkan Anggiat menikah dengan paribannya (saudara sepupu).
Sayangnya, di Jakarta Anggiat telah memilih wanita berdarah Batak yang dicintainya yakni Clarita (Anna Sinaga), seorang presenter televisi. Persoalan muncul karena perbedaan marga Anggiat dan Clarita yang ternyata masuk ke dalam larangan adat yang tidak memungkinkan keduanya untuk menikah. Meski demikian, Anggiat bertekad mempertahankan hubungan cinta mereka.
Di tengah kebimbangan cintanya, Anggiat pulang ke kampung halamannya dan bertemu dengan Tiur (Titi Sjuman), pariban-nya yang ternyata teman masa kecilnya dahulu di Pulau Mursala. Sebagai pariban Anggiat, Tiur merasa ragu bila Anggiat akan menerimanya sebagai calon istri karena ia tidak ingin dijadikan pelarian atau sekadar membahagiakan kedua orang tuanya.
Di premiere film tersebut Twenty One Sun Plaza Medan, Rio Dewanto, Titi Rajo Bintang, Mongol, Rio Sinaga dan Anna L.Sinaga bertutur tentang film itu. Dalam memerankan film tersebut, ada kendala yang dihadapinya.
"Kendalanya cenderung ketika melafazkan kalimat Batak, syukur mempunyai waktu sebulan untuk belajar serta adaptasi," kata Rio.
Bintang yang lebih banyak berkecimpung di FTV ini, menyatakan "Mursala" sangat banyak menyuguhkan pembelajaran terutama soal adat istiadat serta kearifan lokal. "Kultur Batak itu unik karena walaupun marga berbeda tapi semuanya berkaitan dengan nomor-nomornya. Apalagi, Tapanuli Tengah sangat indah," kata tunangan Atiqah Hasiolan itu.
Titi Rajo Bintang mengungkapkan hal senada. "Mursala bercerita tentang alam, budaya dan adat. Saya bertambah ilmu soal parna, pariban dan lainnya," sebutnya.
Bupati Tapanuli Tengah, Raja Bonaran Situmeang memastikan memberi dukungan penuh, di antaranya pemberian izin dan mengeksplorasi lokasi tanpa bayar. "Saya juga termasuk sutradara di bagian yang menceritakan perkawinan adat," jelasnya.
Dia mengaku, tujuannya ingin lebih mengenalkan Tapanuli Tengah kepada masyarakat umum bahkan dunia internasional. Sebab tidak tertutup kemungkinan, Pulau Mursala akan menjadi destinasi wisata di Indonesia.
"Perlu diketahui, film ini sudah mengisi festival di Perancis pada 27 Mei. Namun hanya masuk 18 besar di Asia Pasifik tapi tetap perlu disyukuri," terangnya seraya mengajak seluruh masyarakat Sumut, terutama dari Tapanuli Tengah untuk menyaksikannya.
Dia berharap seluruh pihak mendukung film yang asli berlatarbelakang daerah, tidak hanya kekayaan alamnya tetapi juga adat istiadatnya. Dengan begitu Tapteng akan semakin di kenal.
“Sebelumnya Pulau Mursala sudah pernah dipakai lokasi syuting King Kong I pada 1993 silam. Orang-orang Hollywood saja mau ke sana, kenapa kita tidak. Saya harap melalui film ini semuanya bisa mengenal Mursala,” lanjutnya.
Sementara itu, Gubenur Sumatera Utara (Gubsu) Gatot Pujo Nugroho memuji Film Mursala jadi bukti bahwa di tengah kemajuan peradaban, nilai budaya masih mengakar kuat di masyarakat Sumut. Dalam film Mursala hasil karya anak bangsa banyak mengedepankan kekayaan budaya dan alam Indonesia khususnya di Tapanuli Tengah, Sumut.
"Nilai budaya yang kuat mengakar di masyarakat Sumut akan menjadi nilai tambah dan berharap keunikan akan menjadi daya jual kepariwisataan, termasuk Keindahan alam Tapanuli Tengah," kata Gatot di sela-sela jamuan makan siang bersama pemeran utama film Mursala di rumah Dinas Gubsu Jalan Sudirman No 41 Medan. (ram)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Disuruh Baca Al Fatihah, Eyang Subur Grogi
Redaktur : Tim Redaksi