Film Negeri Tanpa Telinga, Sindir Pejabat Korup

Senin, 21 Juli 2014 – 00:41 WIB
Film Negeri Tanpa Telinga, Sindir Pejabat Korup. JPNN.com

jpnn.com - LEWAT film berjudul Negeri Tanpa Telinga, produser, sutradara, dan aktris berbakat, Lola Amaria menyuguhkan ide kreatifnya kembali. Kali ini, perempuan berdarah Sunda dan Palembang ini mengangkat tema politik. Seakan mengingatkan masyarakat akan pesta demokrasi yang penuh dengan intrik.

Film yang yang rencananya dirilis pada 4 Agustus mendatang tersebut mengisahkan perjalanan sebuah partai besar dalam mengusung kandidatnya menjadi presiden. Beragam cara dilakukan mereka untuk memuluskan niatanya itu.

BACA JUGA: Rina Gunawan Khatam Alquran di Usia 40 Tahun

’’Sebenarnya film ini persiapannya sudah lama. Hampir tiga tahun yang lalu,’’ kata Lola seperti yang dilansir INDOPOS (Grup JPNN.com), Minggu (20/7).

Lola melibatkan sejumlah aktor berbakat dalam film terbarunya itu. Mereka diantaranya Ray Sahetapy, Lukman Sardi, Teuku Rifnu Wikana, Tata Ginting, dan Gary Iskak.

BACA JUGA: Ahmad Dhani tak Perlu Potong Kemaluannya Karena Prabowo Kalah

Pemilihan para pemain pun dipilih sesuai karakter dalam film serta pertimbangan yang panjang akan kemampuan mereka di dunia peran. ’’Pemain di film ini banyak sekali. Ka rakter nya banyak. Jadi satu persatu dipilihpilih yang sesuai. Tiap pemain yang terpilih itu pertimbangannya panjang,’’ jelasnya Lewat para pemain watak ini, beragam kisah tabu yang belakangan ini muncul di media diangkat ke permukaan.

Salah satunya skandala seks dan korupsi. Hanya saja, cerita yang dikemas Lola lebih dramatis sehingga penonton bisa berpikir sejenak akan kondisi politik yang ada di tanah air. ”Sebenarnya kalau dilihat secara nyata, kondisinya lebih serem dari film ini,” kata perempuan kelahiran Jakarta, 30 juli 1977 itu.

BACA JUGA: Film The Expendables 3 Rekrut Banyak Bintang Baru

Dalam membuat film ini, Lola tidak hanya berpatokan pada asumsinya sebagai seorang sineas atau masyarakat yang sudah terlanjur kecewa dengan pejabat pemerintah yang terseret kasus korupsi. Atau pun sekedar menceritakan kejelekan para koruptor yang kini berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Sebaliknya, dengan waktu yang panjang, sutradara Minggu Pagi di Victoria Park tersebut melakukan beragam riset. Sehingga film yang disuguhkanya bukan sekedar fiksi akan tetapi gabungan fakta di lapangan yang diramu dalam sebuah sindiran kepada pejabat korup.

’’Saya buat film risetnya panjang. Skandal seks tidak hanya di politik. Tapi di manamana ada. Saya lihat di televisi juga beritanya ada,” papar dia. Cerita ini dimulai, saat Naga yang dimainkan oleh Teuku Rifnu Wikana membeberkan apa yang dia dengar kepada seorang jurnalis.

Dia menceritakan akan ada konspirasi besar yang dilakukan oleh Partai Amal Syurga. Dimana, Sang ketua partai Ustad Etawa (Lukman Sardi) bekerja sama dengan importir daging domba, berusaha memanipulasi uang negara untuk keuntungan partainya.

Rencana tersebut disusun rapi dengan berbagai dalih. Dan aktivitas partai yang selalu memakai simbol-simbol religi tersebut ternyata berbanding terbalik dengan segala tindak tanduk para petinggi partainya. Meski beraroma politik dan terkesan berat.

Lola berusaha mengemasnya dengan cerita yang ringan. Tokoh utama yang di suguhkan adalah tukang pijat. ’’Film ini sangat ringan sekali loh. Tentang tukang pijit yang terlalu banyak mendengar,’’ tutupnya. (ash)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Marvel Studio Rilis Jadwal 5 Film Baru


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler