Perkebunan Covino Farms di Australia yang pekerjanya mengalami kondisi perbudakan ternyata masih melanjutkan kerjasama dengan perusahaan penyalur tenaga kerja yang bermasalah.
Sebelumnya, menyusul laporan investigasi Four Corners yang ditayangkan ABC, perkebunan tersebut menyatakan telah menghentikan kerjasama dengan penyalur tenaga kerja bernama Chompran Enterprises.
BACA JUGA: Amerika Serikat Kirim Pesawat Pembom B-1 ke Australia
Namun ABC bisa memastikan ternyata Covino Farms mendaftarkan bisnis baru bersama Samnang Huor, pria asal Kamboja yang merupakan calo tenaga kerja.
Samnang Huor merupakan perwakilan dari perusahaan Chompran Enterprises, yang memperlakukan tenaga kerjanya dengan kondisi menyerupai perbudakan.
BACA JUGA: PPI Dunia akan Bahas Penyatuan Ekonomi ASEAN di Singapura
Sedangkan Covino Farms merupakan salah satu perkebunan sayur terbesar di Australia, yang memasok kebutuhan supermaket dan jaringan restoran makanan cepat saji KFC, Red Rooster dan Subway.
Dalam laporan ABC sebelumnya diungkapkan bagaimana pekerja asing di perkebunan dan pabrik-pabrik di Australia dilecehkan secara fisik dan mental, ditipu secara finansial, serta dalam sejumlah kasus diperlakukan tidak senonoh secara seksual.
BACA JUGA: Anak Usia 11 Tahun Jadi DJ dan Produser Musik Termuda di Australia
Laporan itu juga menyebutkan lebih dari 100 pekerja asing dibayar murah dan dieksploitasi oleh Chompran Enterprises yang menyalurkan mereka ke perkebunan Covino Farms.
Seorang pekerja wanita di tempat itu bahkan mengaku diperlakukan tidak senonoh secara seksual di rumah Samnang Huor.
Wanita tersebut telah melaporkan kasus ini ke polisi dan ke manajemen Covino Farms.
Namun ternyata, Covino justru masih tetap melanjutkan kerjasama penyaluran tenaga kerja dengan Huor.
ABC menemukan bahwa Steven Covino, salah seorang pemilik perkebunan sayur tersebut, mendaftarkan nama bisnis baru Horticultural Employment Services Pty Ltd.
Menurut dokumen yang diperoleh ABC, Samnang Huor tercatat sebagai direktur perusahaan baru tersebut. Selain Covino, Huor, seorang dorektur lainnya tercatat atas nama Soon Huat Ng.
"Jika tuduhan ini benar, maka situasinya sangat serius," kata Menteri Hubungan Industrial negara bagian Victoria Natalie Hutchins.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Satu dari Lima Mahasiswa Australia DO di Tahun Pertama