jpnn.com - JAKARTA – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta yang akan diselenggarakan tahun 2017 harus mengutamakan dan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan. Selain itu, pilkada juga harus mengedepankan prinsip kesamaan dan kesederajatan sebagaimana dimanatkan UUD 1945.
Dengan demikian segala strategi dan taktik yang hendak dimainkan seyogyanya jauh dari hal-hal yang berbau SARA (suku, agama, ras dan antargolongan) dan diskriminasi. “Hanya dengan prinsip demokrasi yang seperti itu, kita bisa membangun Jakarta menjadi salah satu kota metropolitan dunia yang bukan saja maju, tapi juga berabad dan bermartabat,” tegas Ketua Forum Komunikasi Alumni (Forkoma) Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Hermawi Taslim saat Dialog Publik bertajuk "Seputar Pilkada DKI Jakarta” di Jakarta, Jumat (11/3).
BACA JUGA: Parpol Jangan Ulangi Kesalahan Pilkada 2015
Sementara itu, Sekretaris DPW Partai Nasdem Wibi Andrino yang tampil sebagai salah seorang pembicara menjelaskan bahwa Nasdem telah menetapkan pilihan pada Ahok karena memiliki kesamaan pandangan dan memenuhi persyaratan yang termuat dalam visi dan misi Partai Nasdem.
Lagi pula, lanjut Wibi, berdasarkan evaluasi yang dilakukan partainya atas kinerja selama menjabat gubernur, Ahok dinilai sebagai figur yang paling layak melanjutkan estafet kepemimpinan gubernur DKI.
BACA JUGA: Pilkada DKI Jangan Sampai Seperti Blitar
“Kinerja Ahok, nyata dan terukur serta dirasa manfaatnya oleh rakyat,” tegas Wibi.
Di tempat yang sama, Pengamat Politik Ansy Lema menilai terobosan Ahok untuk maju secara independen harus menjadi momentum evaluasi kepada partai-partai.
BACA JUGA: Pesan Mendagri untuk Elit Parpol Jelang Pilgub DKI
“Partai politik harus bertanya mengapa dan ada apa dengan mereka hingga seorang incumbent (petahana) seperti Ahok kok malah memilih jalur independen,” ujar Ansy Lema.
Ansy berharap momentum Pilkada DKI Jakarta ini bisa menjadi auto kritik buat partai politik untuk kembali ke jati dirinya sebagai penyalur aspirasi rakyat, pembawa kesejahteraan rakyat Bukannya sebaliknya lebih cenderung menjadi alat transaksional politik semata.
Pembicara lainnya Moh. Kaerulamri yang akrab disapa Aam menegaskan bahwa hakekat kepemimpinan adalah membawa amanah bagi umat. Ketika seseorang bisa membawa kebaikan dan memberi manfaat bagi orang banyak, maka aspek primordial seperti suku dan agama akan dikesampingkan.
Selanjutnya wakil ketua umum GP ANSOR itu mengutip pesan Gus Dur kepadanya. “Jika kamu bisa melakukan perbuatan yang baik dan berguna bagi orang banyak, orang tidak akan tanya, apa agamamu, apa sukumu dan siapa ayahmu,” kata Aam mengutip pesan mendiang Presiden ke-4 RI itu.(fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Politikus PKS Sarankan Jokowi Terbitkan Keppres Boikot Israel
Redaktur : Tim Redaksi