Formasi Indonesia Moeda Dorong Literasi Moderasi Beragama di Kalangan Generasi Muda

Jumat, 15 September 2023 – 19:14 WIB
Para pembicara diskusi publik bertajuk ‘Refleksi 78 Tahun Kemerdekaan Indonesia dan Penangkalan Radikalisme di Indonesia’ yang digelar Forum Mahasiswa Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) di Gedung IASTH, Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat, Jumat (15/9). Foto: Humas SKSG

jpnn.com, JAKARTA - Koordinator Nasional Formasi Indonesia Moeda Syifak Muhammad Yus mengatakan munculnya gerakan radikalisme secara umum disebabkan adannya pemahaman agama yang keliru. Selain itu, juga bisa dipicu oleh persoalan ekonomi.

Oleh karena itu, Syifak mendorong adanya literasi moderasi beragama secara masif kepada generasi muda melalui pendekatan pemahaman tentang keagamaan yang utuh serta menekan kesenjangan ekonomi.

BACA JUGA: Gus Gus Nusantara Dukung Ganjar Berikan Tausiyah Moderasi Beragama di Probolinggo

“Jadi, persoalan itu bagi saya, penyebab utamanya adalah kesenjangan ekonomi. Jika motivasinya ideologi, tetapi tidak menemukan kondisi sosial maupun ekonomi yang timpang, radikalisme tidak akan terwujud,” ujar Syifak saat diskusi publik bertajuk ‘Refleksi 78 Tahun Kemerdekaan Indonesia dan Penangkalan Radikalisme di Indonesia’ di Gedung IASTH, Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat, Jumat (15/9).

Diskusi ini diselenggarakan oleh Forum Mahasiswa Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI).

BACA JUGA: Kemenag: Multikulturalisme Bagian dari Moderasi Beragama

Forum ini sengaja menggelar diskusi untuk merenungkan kembali perjuangan merebut kemerdekaan serta membahas pentingnya menangkal radikalisme dan bahayanya bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Tampak hadir dalam diskusi tersebut adalah ratusan mahasiswa. Hadir pula sebagai narasumber, yaitu M. Nuruzzaman, S.Ag,, M.Si (Komandan Densus 99 Banser), Dr. M. Najih Arromadloni (Wakil Sekretaris BPET MUI), Dr. M. Syaroni Rofli, S.H.I., M.Si., Ph.D (Dosen SKSG UI) dan Keynote Speaker Brigjen Pol. Tubagus Ami Pridani, SIK., M.Si selaku Direktur Pencegahan Densus 88 Mabes Polri.

BACA JUGA: Wamenag Singgung Moderasi Beragama di Pekan Tilawatil Quran RRI Tingkat Nasional 

Syifak menambahkan pemahaman radikal juga berpotensi tumbuh subur di tengah masyarakat yang merasa mengalami ketidakadilan, akan mudah disusupi lewat doktrin agama untuk menggulingkan pemerintahan yang sah.

Oleh sebab itu, pemerintah harus menghadirkan rasa keadilan bagi masyarakat.

“Rasa ketidakadilan misalnya begini gerakan radikal kan ada pengaruh juga dunia internasional. Misalnya di Syiria segala macam itu kemudian melahirkan spirit perjuangan untuk mencari keadilan, meniru negara yang dianggap Islami, menegakkan syariat Islam padahal kenyataannya bernegara tidak bisa seperti itu,” ujar Syifak.

Menurut Syifak, pemahaman yang radikal optimis mampu dikikis jika para pemuka agama di Indonesia memberikan keteladanan dan kesejukan, kedamaian dalam ajarannya.

Sementara dari sisi pemerintah mampu membawa ekonomi Indonesia menjadi kuat dan merata.

Salah satunya dengan program hilirisasi industri yang tengah digenjot pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Dengan itu kesenjangan ekonomi bisa kita hapuskan salah satunya melalui apa bisa hilirisasi industri itu sangat bagus bagi saya karena menciptakan nilai lebih sehingga mampu mendongkrak nilai ekonomi kita,” urainya.

Lebih lanjut, Syifak berharap pertumbuhan dan pemerataan ekonomi dapat tercipta. Pasalnya, gerakan radikal maupun separatis seperti Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh dan juga Organisasi Papua Merdeka (OPM) ditengarai salah satunya karena pemerataan pembangunan dan ekonomi.

“Nah, kalau pemerataan pembangunan ini bisa terwujud saya pikir persoalan teroris segala macam itu akan hilang dengan sendirinya, Kenapa memang itu budaya kita budaya Indonesia itu kan sangat harmonis sangat harmoni ya ini tidak terlepas juga dari peran ulama-ulama kita yang menyebarkan dakwah dengan rahmatan lil alamin,” ujar Syifak.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler