Gadaikan Emas Istri, Bangun Ponpes dan Membumikan Alquran

Rabu, 15 Juni 2016 – 10:37 WIB
Para santri Ponpes Tahfidz Baitul Qur'an, saat tadarus. Foto: Amal Fadly Senga/Kendari Pos

jpnn.com - JIKA kalian menolong agamaku, maka aku pasti akan menolong kalian. Sepenggal firman Allah SWT tersebut menjadi motivasi bagi H. Nur Alfiq Arifin membulatkan tekadnya membumikan Alquran. Dengan modal awal hasil dari menggadaikan emas sang istri, ia berhasil menelorkan ratusan penghafal Alquran melalui Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidz Baitul Qur'an.

Lokasi Ponpes Tahfidz Baitul Qur'an tidak sulit ditemukan. Jaraknya hanya sekitar 100 meter dari jalan poros menuju Abeli. Jalannya sudah diaspal. Meskipun berada di lingkungan pemukiman, bangunannya cukup mencolok. Di depan jalan, terdapat gerbang pintu masuk Ponpes Tahfidz Baitul Qur'an. Penamaan Baitul Qur'an pun memiliki makna. Artinya adalah rumah quran. Ini merupakan keinginan pendirinya memakmurkan Alquran.

BACA JUGA: Pasukan TNI Salat Tarawih di Lebanon Selatan

Dari luar pekarangan, tampak beberapa santri mondar mandir. Senyum penuh hormat, saat melihat tamu yang datang termasuk wartawan Kendari Pos. Sebelum menyapa, seorang lelaki berpeci putih terlihat dari jauh mempersilakan masuk. Ia dengan ramah menanyakan kedatangan tamu. Saat mengetahui maksud kedatangan Kendari Pos, ia pun bergegas mengecek pimpinan Ponpes. Namun karena pimpinan Ponpes sedang menemui tamu, ia pun meminta untuk menunggu. 

Selang satu jam, sosok yang ditunggu-tunggu akhir muncul. Dengan ramah, ia pun menyambut Kendari Pos dan mempersilakan duduk di balai-balai di depan pondok. Sambil menikmati angin sepoi-sepoi, pria yang bernama H Nur Alfiq Arifin bercerita tentang keberadaan lembaga ini. Katanya, Ponpes Tahfidz Baitul Qur'an telah berusia enam tahun. Meskipun tergolong belia, namun lembaga ini telah menelorkan santri-santri berprestasi.

BACA JUGA: Video Mengharukan..Umat Muslim Urunan Pembangunan Gereja

Tidak hanya di tingkat provinsi dan nasional, namun juga internasional. Salah seorang santri binaannya bernama Tri Surya Putera, berhasil menjadi juara II Musabaqah Tilawatul Qur'an di Jakarta pada tahun 2016 ini. Santri yang memondok di salah satu rumah quran Ponpes ini mengungguli lawannya di hafalan 20 juz.

Keberhasilan para santriawan dan santriawati menorehkan prestasi membuat lembaga itu mendapat kepercayaan dari banyak pihak. Bukan hanya menjadi perwakilan daerah mengikuti MTQ, namun juga menjadi mentor bagi tahfidz muda dan menjadi imam saat bulan Ramadan. Pada Ramadan 1437 Hijriah ini, 40 santrinya lagi-lagi dipercaya menjadi imam salat tarawih pada 40 masjid di Kendari. Selain itu, dua orang santrinya dikirim ke Batam dan Papua menjadi imam selama sebulan penuh. 

BACA JUGA: Kontingen Garuda Fasilitasi Ibadah Ramadan Pasukan PBB di Lebanon

Namun siapa sangka, Ponpes ini dulunya hanya sebuah pondok kecil. Bangunannya seadanya dan masih status sewa. Tapi berkat pertolongan Allah SWT melalui kerja keras dan bantuan para dermawan, bangunannya bisa berdiri. Awal kisahnya dimulai pada tahun 2010. Niat baik H Nu Alfiq plus kerja keras pun dimulai. Ada tiga motivasi yang menjadi niat luhurnya setelah memondok di pesantren. Pertama, pesan Rasulullah bagi orang yang memperhatikan umatnya. 

"Sebelum meninggal, Rasulullah berkata 'ummati-ummati', sebanyak tiga kali. Beliau berharap umatnya harus dibimbing dan diperhatikan. Kedua janji Allah SWT, bagi orang yang memuliakan Alquran terutama bagi hafiz dan mengamalkannya. Barang siapa yang memuliakan mereka (tahfidz), maka Allah SWT akan memuliakan mereka. Tapi bila sebaliknya atau menghinakan, kelak Allah akan menghinakan mereka," jelas Nur Alfiq Arifin.

"Poin ketiga termaktub dalam firman Allah SWT. 'Jika kalian menolong agama Allah, maka aku (Allah, red) pasti akan menolongmu'. Dengan keyakinan itu, pendirian pondok ini pun dimulai. Untuk modal awal, emas istri saya harus digadaikan," kata pria yang akrab disapa H Alfiq ini. 

Bermodalkan emas yang digadaikan, ia pun mulai membangun pondok kecil. Karena tidak ada lokasi, lahan yang digunakan harus disewa. Pertama hanya dua santri, namun lambat laun terus bertambah.

Kehadiran para donator cukup membantu. Apalagi pondok yang sempit ini tidak bisa menampung santri yang ingin memondok. Dengan dermawan yang intens membantu, pondok para tahfidz pun akhirnya memiliki lahan sendiri. Secara perlahan, janji Allah pun mulai menjadi kenyataan. Pondok yang dulunya masih berstatus informal diubah menjadi formal. 

Apalagi santri yang memondok kerap mengeluhkan jadwal sekolah. Makanya, ia pun mulai menggagas lembaga pendidikan resmi. Setelah melalui proses panjang, pada tahun 2012 sekolah yang diidam-idamkan itu bisa beroperasi. Namun untuk tahap awal, hanya tingkat Taman Kanak-anak (TK). Selanjutnya, madrasah Ibtidayyah. "Alhamdulillah, berkah Allah SWT pun terus diperlihatkan. Meskipun dengan fasilitas seadanya, santri yang ingin memondok cukup banyak. Tidak hanya dari Konawe, Konsel, namun juga dari luar provinsi. Diantaranya Papua, Kupang, Batam dan Sulawesi Selatan (Sulsel)," katanya.

Saat ini, santri yang belajar di Ponpes Tahfidz Baitul Qur'an lebih dari 300 orang. Mereka terbagi di beberapa rumah quran. Seperti Masjid Agung Al Kautsar, Masjid Raya Kota Lama, Fadillahtun Nasir BTN I, rumah quran Tapulaga, Tunggala, Beringin dan rumah quran lainnya. Namun kampus utamanya tetap di Baitul Quran Anggoeya, Poasia. Jumlah santri yang memondok belum termasuk santri non-mukim. Sebab ada sekitar 250 santri yang belajar di TPQ maupun melatih hafalan qurannya. Tapi pada bulan Ramadan, santri non-mukim dianjurkan mengikuti kegiatan. 

Mulai pagi hingga ba'da zuhur, para santri non mukim mengikuti rutinitas para santri yang tinggal di pondok. Selain mendapat pelatihan dan pendidikan, para santri membaca Alquran (tilawah), kajian fiqih, akhlaq dan salat Dhuha berjamaah. Bagi orang tua santri tak perlu pusing-pusing memikirkan biaya. Ponpes ini tak menarik biaya sepersen pun. Sejak awal, pendirinya telah memiliki niat untuk terus digratiskan. 

"Saya ingin menepis anggapan sebagian orang. Untuk meraih ilmu, harus mengelurkan biaya. Dalam membumikan Alquran, motto kami yakni keterbatasan ekonomi bukan menjadi penghalang orang menghafal alquran dan menuntut ilmu agama. Kami ingin, Alquran bisa sama dengan HP. Dimana pun mereka pergi, Alquran selalu dibawa-bawa. Melalui rumah quran, saya berharap niat ini bisa tercapai," katanya. (amal fadly senga/muhammad ery/*/b/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ramadan adalah Madrasah...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler