TERINSPIRASI dari keindahan Danau Toba, William Atapary mengangkatnya jadi sebuah film berjudul Mutiara Dari Toba (MDT). Film yang berbudget sekitar Rp200 jutaan ini mengangkat tema tentang keindahan dan budaya yang terkait dari danau yang tercipta berkat letusan vulkanik.
“Awal kita membuat film ini karena kita ingin mengembalikan kejayaan salah satu danau terbesar di Indonesia ini. Kita ingin membuat orang-orang yang di Sumatera Utara mengetahui kelebihan dari danau ini,” ujar William Atapary, sutradara film Mutiara Dari Toba (MDT) dalam acara launching film tersebut di D’Star Karaoke, Jalan Dr Mansyur Medan, seperti diberitakan Sumut Pos (grup JPNN) hari ini.
Dijelaskannya, film MDT merupakan asli produk Sumut. Mulai dari pemain, lokasi, hingga sutradara memiliki darah Medan. Film MDT dilakukan pada 6 bulan waktu.
Mulai dari pembuatan naskah, casting pemain, pemahaman naskah oleh pemain, pelatihan pendalaman karakter, observasi, syuting, editing, pembuatan soundtrack, sampai pada proses pencetakan DVD. “Walaupun dana terbatas, prosesnya sudah menerapkan manajemen profesional,” tambahnya.
Inspirasi dari danau ini dapat dilihat dari berbagai lokasi syuting yang digunakan, mulai dari Danau Toba, Pasar Tomok, Tuk Tuk, Museum Soekarno di Parapat, pinggiran Danau Silalahi, dan Kota Medan seperti di PDAM Tirtanadi serta Istana Maimun.
Film ini menceritakan tentang gadis asal Samosir, Mariana (diperankan oleh Frisna) menolong dua gadis kota asal Medan yang sedang melakukan tugas akhir kuliah, yaitu Katrrin (diperankan Anggie Ulfa) dan Amel (diperankan Amalia Siregar). Saat melakukan tugas akhir itu, kedua mahasiswi ini kehilangan tas.
Di Samosir ini, cerita mulai berkembang. Dimana Katrin, wanita kota tersebut mulai jatuh cinta dengan seorang dokter setempat bernama James. James sendiri adalah dokter yang kembali ke kampung halamannya untuk mengabdi.
Tetapi, cinta dua muda-mudi ini harus terhalang. Karena, Mariana juga menyukai sang dokter. Dua sahabat itu mencintai orang yang sama. Dengan terpaksa, Katrin harus menolak cinta James. Selain itu, ada juga pengusaha property yang ingin membeli sebuah desa. Sehingga, cerita ini bukan hanya tentang percintaan dan persahabatan.
“Dalam film ini, kita mengangkat tema yang lebih luas, mulai dari persahabatan, percintaan. Tetapi juga tentang cinta akan kampung halaman. Itu pesan yang ingin kita sampaikan. Silahkan pergi berkelana kemana saja, tetapi kembalilah untuk membangun Danau Toba,” pesan William.
Dalam pemutaran perdana film ini kemarin, dihadiri oleh Wakil Wali Kota Medan, Dzulmin Eldin. Dalam kata sambutannya, dirinya mendukung dengan apa yang dilakukan oleh anak muda ini untuk menunjukkan bakat yang mereka miliki.
“Kita harus dukung semua bakat yang mereka miliki, setidaknya, mereka memiliki niat untuk memajukan Sumatera Utara, terutama Danau Toba,” ujarnya. Nah, bagi yang berminat menonton film ini, saat ini masih dijual dalam bentuk DVD dengan harga Rp25 ribu. (ram)
“Awal kita membuat film ini karena kita ingin mengembalikan kejayaan salah satu danau terbesar di Indonesia ini. Kita ingin membuat orang-orang yang di Sumatera Utara mengetahui kelebihan dari danau ini,” ujar William Atapary, sutradara film Mutiara Dari Toba (MDT) dalam acara launching film tersebut di D’Star Karaoke, Jalan Dr Mansyur Medan, seperti diberitakan Sumut Pos (grup JPNN) hari ini.
Dijelaskannya, film MDT merupakan asli produk Sumut. Mulai dari pemain, lokasi, hingga sutradara memiliki darah Medan. Film MDT dilakukan pada 6 bulan waktu.
Mulai dari pembuatan naskah, casting pemain, pemahaman naskah oleh pemain, pelatihan pendalaman karakter, observasi, syuting, editing, pembuatan soundtrack, sampai pada proses pencetakan DVD. “Walaupun dana terbatas, prosesnya sudah menerapkan manajemen profesional,” tambahnya.
Inspirasi dari danau ini dapat dilihat dari berbagai lokasi syuting yang digunakan, mulai dari Danau Toba, Pasar Tomok, Tuk Tuk, Museum Soekarno di Parapat, pinggiran Danau Silalahi, dan Kota Medan seperti di PDAM Tirtanadi serta Istana Maimun.
Film ini menceritakan tentang gadis asal Samosir, Mariana (diperankan oleh Frisna) menolong dua gadis kota asal Medan yang sedang melakukan tugas akhir kuliah, yaitu Katrrin (diperankan Anggie Ulfa) dan Amel (diperankan Amalia Siregar). Saat melakukan tugas akhir itu, kedua mahasiswi ini kehilangan tas.
Di Samosir ini, cerita mulai berkembang. Dimana Katrin, wanita kota tersebut mulai jatuh cinta dengan seorang dokter setempat bernama James. James sendiri adalah dokter yang kembali ke kampung halamannya untuk mengabdi.
Tetapi, cinta dua muda-mudi ini harus terhalang. Karena, Mariana juga menyukai sang dokter. Dua sahabat itu mencintai orang yang sama. Dengan terpaksa, Katrin harus menolak cinta James. Selain itu, ada juga pengusaha property yang ingin membeli sebuah desa. Sehingga, cerita ini bukan hanya tentang percintaan dan persahabatan.
“Dalam film ini, kita mengangkat tema yang lebih luas, mulai dari persahabatan, percintaan. Tetapi juga tentang cinta akan kampung halaman. Itu pesan yang ingin kita sampaikan. Silahkan pergi berkelana kemana saja, tetapi kembalilah untuk membangun Danau Toba,” pesan William.
Dalam pemutaran perdana film ini kemarin, dihadiri oleh Wakil Wali Kota Medan, Dzulmin Eldin. Dalam kata sambutannya, dirinya mendukung dengan apa yang dilakukan oleh anak muda ini untuk menunjukkan bakat yang mereka miliki.
“Kita harus dukung semua bakat yang mereka miliki, setidaknya, mereka memiliki niat untuk memajukan Sumatera Utara, terutama Danau Toba,” ujarnya. Nah, bagi yang berminat menonton film ini, saat ini masih dijual dalam bentuk DVD dengan harga Rp25 ribu. (ram)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak Nassar-Muzdalifah Akhirnya Ditemukan
Redaktur : Tim Redaksi