Gaet Gisel, Shopee Dinilai Manfaatkan Efek Video 13 Detik untuk Menarik Konsumen Pria

Rabu, 23 Desember 2020 – 09:46 WIB
Shopee 12.12. Foto: tangkapan layar

jpnn.com, JAKARTA - Banyak cara dilakukan perusahaan e-commerce untuk menarik perhatian konsumen. Salah satunya dengan menggunakan tokoh ataupun publik figur top yang sedang jadi hit atau viral di sosial media.

Sebut saja Tokopedia yang rela merogoh kocek hingga puluhan miliar untuk menjadikan band asal Korea, BTS, sebagai ikon promo untuk event Harbolnas 12.12.

BACA JUGA: Info Terkini Kasus Penyebaran Video Syur Mirip Gisel

Sementara itu, Lazada memajang wajah aktor Korea, Lee Min Ho, Agnes Monica dan Verrel Bramasta, yang notabene adalah aktor/aktris yang tengah naik daun dan digandrungi anak muda untuk iklan promo 12.12.

Namun, berbeda dengan dua e-commerce tersebut, cara yang dilakukan Shopee tergolong nekat.

BACA JUGA: Diperiksa Lagi Soal Video 19 Detik, Begini Kondisi Gisel

Alih-alih menggandeng aktris/aktor yang berprestasi, perusahaan e-commerce yang didanai investor asal Tiongkok, Alibaba, ini justru menggunakan tiga publik figur yang baru-baru ini viral karena diduga terlibat dan dikaitkan dengan kasus video asusila.

Artis yang digandeng Shopee untuk promo 12.12 itu tidak lain adalah Gisel Anastasia, Jessica Iskandar alias Jeddar dan Anya Geraldine.

BACA JUGA: Komentar Gisel sebelum Temui Penyidik soal Kasus Video 19 Detik

Seperti Gisel, sejak skandal video yang diduga melibatkan dia beredar, mantan istri Gading Marten itu berhari-hari jadi treding topic di twitter.

Video panas berdurasi 13 detik itu menjadi perbincangan ribuan kaum adam, salah satu konsumen besar e-commerce.

Strategi Sophee menjadikan artis yang jadi trending topic sebagai icon pemasaran itu dinilai sebagai hal baru, namun penuh risiko. Apalagi sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki tata nilai dan etika yang cenderung menolak adanya artis bermasalah.

Pakar Marketing Yuswohady juga menilai keputusan Shopee ini cukup mengandung risiko. Hal ini dikarenakan pengambilan talent pada dasarnya akan identik dengan brand tersebut.

“Yang terjadi di sini sebenarnya adalah co-branding. Co-branding itu artinya Shopee itu brand, dan si artis juga brand. Tapi brand itu ada yang baik dan ada yang buruk. Kalau brand-nya bagus disandingkan, itu akan saling menguatkan. Tetapi ini sedang tersandung kasus, dan kasusnya asusila segala macam. Itu akan sangat berisiko dan bisa merusak brand Shopee sendiri,” terang Yuswohady saat dihubungi kemarin (22/12).

Namun demikian, Yuswohady tidak menampik bahwa untuk jangka pendek, penggunaan talent yang sedang viral akan ampuh untuk perhatian publik.

Jadi secara coverage, dia melihat strategi marketing itu bisa menjangkau massa yang luas karena bagaimanapun mereka tengah menjadi perbincangan publik. Jadi apapun gerak-gerik mereka, pastinya itu akan disorot massa.

“Branding itu pada dasarnya memiliki dua tujuan. Pertama, kita mendapatkan eksposur yang artinya massa yang kita jangkau akan sangat luas. Tapi harus diingat, itu efek short term. Sementara dalam jangka panjang, reputasi itu penting. Jadi kalau Shopee menggandeng Gisel, efek jangka pendeknya akan efektif untuk menggaet massa. Tapi secara image, itu bisa merugikan jikalau dia terbukti melakukan tindakan asusila. Maka brand atau image negatif itu akan tertransfer juga ke Shopee,” tandas dia.

Yuswohady meyakini keputusan Sophee menjadikan tiga wanita cantik itu sudah dipertimbangkan masak-masak. Pertama, mungkin Gisel, Jedar dan Anya sebelumnya sudah terikat kontrak sehingga tidak mungkin menggantinya dengan yang lain.

Kedua, mungkin Shopee sengaja melakukannya untuk mendapatkan eksposur itu. Jadi persaingan di e-commerce itu sangat pelik dan kadang mereka harus take a risk.

"Namun kalau (tuduhan) itu terbukti, secepatnya harus dihentikan karena identitas si artis bisa terstranfer ke brand Shopee,” tandasnya. (dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler