jpnn.com, BONE - Enam kelompok tani (Poktan) di Desa Bontojai, Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan merasakan manfaat asuransi pertanian atau Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).
Sawah mereka seluas 33,75 hektare yang mengalami kegagalan panen mendapatkan klaim asuransi.
BACA JUGA: Kementan: Dengan Alsintan, Proses Panen Raya Lebih Efektif
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, usaha tani merupakan kegiatan yang tergantung fenomena alam, sehingga diperlukan tindakan yang cermat dalam menghadapinya.
"Saat musim kemarau, petani harus bisa mengantisipasi agar tidak terjadi kekeringan. Begitu juga saat musim penghujan, banjir bisa mengancam. Fenomena alam ini bisa dihadapi jika prasarana dan sarana siap serta sesuai," kata Mentan SYL, Sabtu (4/4).
BACA JUGA: Stok Kebutuhan Pokok Aman, Kementan ikut Awasi Distribusi
Dia mengatakan, penggunaan benih yang sesuai (spesifik lokasi), pemberian pupuk seimbang dan tepat waktu, penggunaan pestisida secara bijak, serta manajemen pengairan merupakan hal-hal yang harus diperhatikan.
"Ketika hal-hal tersebut sudah terpenuhi, kegiatan usaha tani bisa berjalan lancar, sehingga mampu menghasilkan produksi yang diinginkan. Namun, terkadang, sering terjadi gagal panen karena fenomena iklim, sehingga melunturkan semangat petani," ungkapnya.
BACA JUGA: Kementan Siapkan Strategi Perkuat Ekspor Perkebunan di Tengah Wabah Corona
Agar semangat petani tidak padam, pemerintah dalam hal ini Kementan membuat program perlindungan kepada petani yakni asuransi pertanian. Bahkan guna memberikan kemudahan petani, pemerintah memberikan subsidi preminya hampir 80 persen.
"Asuransi pertanian merupakan bentuk upaya pemerintah melindungi petani dari kerugian gagal panen akibat bencana alam, wabah penyakit hewan menular, perubahan iklim, dan jenis risiko lain yang telah ditetapakan. Jadi asuransi pertanian ini pada dasarnya membantu petani apabila terjadi kegagalan," paparnya.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Sarwo Edhy menambahkan, dengan asuransi pertanian, petani yang gagal panen bisa memulai usaha kembali dari pembayaran klaim. Sebab, petani yang mengikuti asuransi pertanian akan mendapatkan penggantian Rp 6 juta/ha.
"Tentu ini akan mengembalikan semangat petani untuk kembali memulai usaha taninya," kata Sarwo Edhy.
Asuransi pertanian atau lebih dikenal juga AUTP yang dikembangkan Kementan sampai saat ini tak menemui banyak kendala. Pembayaran klaim yang dilakukan PT Jasindo pun berjalan lancar.
"Preminya murah karena dapat subsidi dari pemerintah. Hanya Rp 36 ribu per hektar (ha) dari aslinya Rp 180 ribu. Sayang sekali kalau petani tidak ikut karena jika mereka gagal panen, 'kan ada uang yang akan cair sebesar Rp 6 juta per ha," ujar Sarwo Edhy.
Guna mempermudah pendaftaran dan pendataan asuransi, Kementan bersama PT Jasindo juga menerbitkan layanan berbasis online melalui Sistem Informasi Asuransi Pertanian (SIAP). Petani/Kelompok tani yang akan mendaftar asuransi didampingi oleh penyuluhnya mendaftar dengan mengisi form digital pada aplikasi SIAP.
AUTP diharapkan mampu memitigasi risiko usaha petani, sehingga mereka bisa berdaya saing yang lebih baik. Syarat utamanya, petani dengan sukarela mau menjadi peserta AUTP.
"Setelah menjadi peserta AUTP, petani otomatis akan mendapat jaminan perlindungan terhadap risiko usaha tani, sehingga setelah mendapatkan klaim, petani bisa melakukan usaha taninya kembali," pungkasnya.
Kepala Dinas (Kadis) Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Bone, Sunardi Nurdin mengatakan, keenam petani tersebut ikut asuransi dengan membayar Rp 36 ribu per hektare.
"Keenam kelompok tani yang sawahnya gagal panen tersebut, diberikan pencairan dana Asuransi Usaha Tani Padi totalnya Rp 202,5 juta atas lahan yang gagal seluas 33,75 hektare," ujarnya. (*/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi