Gak Patheken

Oleh: Dahlan Iskan

Selasa, 18 Juli 2023 – 07:54 WIB
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - SOAL IDI PWI (Disway kemarin) menarik sahabat Disway di Los Angeles untuk ikut berbagi cerita: drg Irawan.

Saya pernah tidur di rumahnya. Diajak pula keliling Los Angeles, makan mie. Ia penerbit Indonesia Media, majalah berbahasa Indonesia untuk orang asal Indonesia di Amerika.

BACA JUGA: IDI PWI

Inilah catatan sahabat Disway di Amerika itu:

Kami ada organisasi ADA (American Dental Association) untuk tingkat federal, dan CDA (California Dental Association). Keanggotaanya tentu saja berbayar sekitar USD 1.500/tahun.

BACA JUGA: Rambut Putih

Di samping itu ada lagi San Gabriel Dental Society, untuk tingkat lokal. Tetapi kami tidak diwajibkan untuk ikut organisasi begituan.

Betul dulu saya member, tetapi karena harus bayar sampai USD 1.500- USD 2.000 lama-lama malas juga. Mendingan buat cukongin Tokoh Dahlan makan bakmi di Resto Minh Nghia saja.

BACA JUGA: Wildan Vixmo

Benefit dari organisasi begituan adalah, setahun sekali ada Dental Convention dengan banyak seminar continuing education credit yang gratis.

Dana itu juga untuk membiayai para pemimpin melakukan lobi-lobi peraturan di Kongres yang berkaitan dengan profesi dentist.

Saya potong dulu. Izin praktik dentist dikeluarkan oleh California Dental Board Licensing. Yang berkantor di pemerintah negara bagian California di Sacramento. Jadi, bukan atas rekomendasi organisasi dokter gigi.

Jadi, dalam hal ini, Budi Gunadi Sadikin c/q Jokowi sudah betul. Kami bayar lisensi itu sekitar US 750/2 tahun.

Betul untuk perpanjangan license kami harus memenuhi 50 jam continuing education credit. Kami boleh ikut CDA dan bayar USD 1.500- USD 2.000/ tahun, atau beli ketengan di seminar-seminar lainnya.

Selain itu, masih banyak seminar lain yang gratis, berikut dikasih makan. Tentu saja saya memilih hemat itu pangkal kaya.

Para pemberi seminar gratis umumnya para spesialis. Mereka mengharapkan kami bisa merujuk pasien-pasien kami kalau perlu rujukan ke spesialis. Never a free lunch.

Bagaimana kalau pasien mau melaporkan tindakan unprofessional dari dokter?

Gampang, gugat saja ke pengadilan. Bisa dapat duit. Atau bisa lapor kepada Dental Board Licensing. Izin dokter bisa ditangguhkan atau dicabut bila terbukti.

Jadi, alasan IDI dan pendukungnya takut kehilangan senjata untuk melindungi masyarakat, itu hanya omong kosong. Malah terkesan menghambat pelayanan kesehatan.

Sebenarnya pembubaran IDI (baca MUI dokter) seharusnya sudah lama harus terjadi. Karena lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaatnya.

Saya mencurigai jangan-jangan IDI disponsori Singapura dan Malaysia. Guna mempersulit pasien Indonesia dan akhirnya pada pergi ke Penang atau Singapore untuk memboroskan devisa.

Sebenarnya saya punya cerita sukses tentang pelayanan kesehatan yang dialami oleh relasi saya. Tetapi apakah dia mau di-exposed atau tidak saya tidak tahu.

Biasalah kalau orang Tionghoa yang selalu ditekan, makin ditekan ternyata semakin menjulang dan akhirnya malah menjadi sandaran kolega-koleganya memberi layanan kesehatan yang signifikan terhadap dunia kesehatan di Indonesia.

Jangan lupa rumah saya selalu terbuka untuk tokoh beristirahat kalau kebetulan mampir di LA.

Saya baru saja mendaftar ikut seminar dan konvensi dentistry kedokteran gigi di LA. Program ini diselenggarakan oleh LA Dental Meeting. Di Hotel Hilton Pasadena.

Dua hari di bulan September. Ada 4 kali seminar yang akan saya ikuti, keseluruhan seminar mungkin 20-an.

Kenapa saya hanya bisa ikut 4, karena badan saya hanya satu. Tidak bisa saya hadir di 5 ruangan seminar secara simultan.

Seminar/convention dimulai dari jam 8.30 pagi sampai jam 4.30 sore. Ada break selama 2 jam buat makan siang dan lihat pameran produk dan peralatan dentistry.

Coba terka berapa biaya yang harus saya bayar? Untuk lunch dibanderol USD 77, all you can eat, dan gala dinner pada malam akhir convention USD 150. Ada dansa dan live band.

Seminar ada yang berbayar. Satu seminar USD 150, dan workshop USD 200. Tetapi ada juga yang gratis.

Tentu saya pilih yang gratis. Jadi, total saya hanya bayar USD 0. Paling-paling saya parkir mobil yang harus bayar.

Saya tidak usah makan siang karena saya mau nonton pameran dan belanja produk-produk yang saya perlukan. Biasanya harga sale.

Lagi pula saya lagi menjalani OMAD (One meal a day). Ini karena saya terinspirasi Fadli Zon, yang selalu nyinyir mau nurunin Jokowi. Tetapi ternyata yang berhasil diturunkan berat badannya.

So far berat badan saya sudah turun 24 pounds. Tentu masih kalah oleh Fadli Zon yang turun 32 kg.

Jangan takut pihak penyelenggara convention bakal bangkrut kalau semua pesertanya kikir seperti saya. Mereka mendapatkan dana dari stan pameran dan jualan di sana.

Jadi, tidak ikutan member CDA juga "ndhak pateken", (pinjam istilah Pak Harto). (*)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Blast Furnace


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler