Gandeng ASEAN, Kemendes PDTT Optimalkan Pembangunan Desa di Kawasan Perbatasan

Jumat, 13 Januari 2023 – 18:04 WIB
Perjanjian kerja bersama antara Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dengan PT Medifa Infoyasa Suryantara, PT Edigy jaya Global dan Rumah Indonesia Makmur, Jumat (13/1). Foto: Dokumentasi Humas Kemendes PDTT

jpnn.com, KUPANG - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menginisiasi forum kolaborasi antarnegara anggota ASEAN untuk mengoptimalkan pembangunan desa di kawasan perbatasan.

Menurutnya, membangun jaringan lintas negara antardesa di kawasan perbatasan akan mempercepat kebangkitan daerah pinggiran, terutama dalam pencapaian tujuan SDGs di masing-masing negara.

BACA JUGA: Kemendes PDTT Raih Peringkat 4 Predikat Kepatuhan Standar Pelayanan Publik 2022

“Forum ini dapat menjadi media sekaligus menjadi langkah awal, khususnya bagi desa-desa di kawasan perbatasan dalam membangun jejaring, menjalin kolaborasi, dalam rangka percepatan pencapaian Sustainable Development Goals dari desa, berbasis data desa, berdasar potensi desa,” papar Gus Halim.

Hal tersebut disampaikan saat memberikan keynote speech dalam International Conference on Sustainable Rural Development in Border Areas di Hotel Aston, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (13/1).

BACA JUGA: Kemendes PDTT Bakal Revitalisasi 619 Kawasan Transmigrasi

Dari forum ini, lanjut Gus Halim, secara bersama-sama dapat memulai sebuah inisiasi pelembagaan bagi kerja sama antardesa di Asia Tenggara, baik yang secara langsung merupakan wilayah lintas batas, maupun dengan desa-desa lain di kawasan regional.

Gus Halim menegaskan kolaborasi ini sangat penting. Pasalnya, berdasarkan batas wilayah Indonesia di darat, Indonesia berbatasan langsung dengan tiga negara, yakni Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste.

BACA JUGA: Kemendes PDTT Gelar Upacara Tabur Bunga di Kompleks Makam Pionir Transmigrasi

Sementara di laut, perairan Indonesia berbatasan dengan 10 negara tetangga, yakni India, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Palau, Australia, Timor Leste, dan Papua Nugini.

Dalam lingkup ASEAN, Indonesia memiliki lima titik hubung dengan lima negara anggota ASEAN lainnya.

"Ini harus bermakna bagi kolaborasi pembangunan desa-desa lintas negara, konektivitas ekonomi, hingga asimilasi budaya, dengan tetap berpijak kedaulatan negara masing-masing,” tegas Gus Halim.

Pada lima titik hubung ini, tambahnya, beranda Indonesia setidaknya ada 1.899 desa.

Titik ini sekaligus menjadi jalan kolaborasi pembangunan 74.961 desa seluruh Indonesia dengan 74 ribu lebih desa di Thailand, 11 ribu lebih desa di Vietnam, ratusan desa di Malaysia, serta desa-desa lain di kawasan regional.

Selain itu, untuk mencapai Sustainable Development Goals pada 2030 dibutuhkan kolaborasi dan jejaring yang melibatkan banyak pihak.

Hal itu termasuk konesivitas ekonomi, berbagi praktik cerdas, mempromosikan keunggulan, mencari solusi dan, bahkan menginisiasi dan mengimplementasikan project bersama, berdasar data mikro desa, berbasis potensi desa-desa.

Sebagai jalan untuk mempermudah itu semua, Gus Halim tak segan menawarkan SDGs Desa sebagai langkah taktis dan sistematis agar pembangunan tepat sasaran.

“SDGs Desa memberi jalan untuk semua itu," ujarnya.

Menurut Gus Halim, dengan berbasis pada SDGs Desa, desa-desa di Indonesia dapat berkontribusi 84 persen bagi pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

"SDGs Desa memastikan keselarasan langkah pencapaian tujuan pembangunan nasional, sekaligus selaras dengan Sustainable Development Goals,” ungkapnya.

Saat ini, sebanyak 931.846 warga pendata, 77.723 admin pengelola di desa, berhasil mengumpulkan data, hingga menghasilkan 62.395 rekomendasi kegiatan pembangunan level desa.

Dia menambahkan capaian indeks SDGs Desa mencerminkan capaian indeks komposit IDM, dengan capaian tertinggi adalah SDGs Desa tujuan ke 7; Desa Berenergi Bersih dan Terbarukan, SDGs Desa tujuan ke-16; Desa Damai dan Sejahtera, serta SDGs Desa tujuan ke-1; Desa Tanpa Kemiskinan.

Gus Halim menegaskan penggunaan data mikro berbasis individu, keluarga, rukun tetangga, dan lingkungan desa, memastikan rekomendasi kegiatan pembangunan desa, tidak melewatkan seorang pun lepas dari aktivitas pembangunan.

Perencanaan pembangunan berbasis rekomendasi data SDGs Desa, kata Gus Halim, memastikan dampak dan manfaat pembangunan dirasakan oleh setiap warga desa. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler