Ganjar Pranowo: Jangan Hanya Membebani Pemerintah Pusat

Senin, 23 Maret 2020 – 11:51 WIB
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan perkembangan penanganan wabah virus corona. Foto: Pemprov Jateng

jpnn.com, SEMARANG - Provinsi Jawa Tengah berhasil memproduksi Alat Pelindung Diri (APD) yang dipakai khusus para tenaga medis untuk menangani pasien corona. 

Belakangan ini, persediaan APD sangat minim padahal dibutuhkan oleh tenaga medis yang bertugas tanpa istirahat.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Ada yang Keracunan Klorokuin, Mohon Keringanan Pajak Hotel dan Resto, Prabowo Mantap

Dengan kreasi dan inovasi, Jateng mampu memproduksi APD sendiri untuk memenuhi kebutuhan seluruh rumah sakit.

APD tersebut diproduksi oleh RSUD Moewardi Solo. Menggunakan bahan standar pabrikan yakni Polypropylene Spundbound, RSUD Moewardi mampu memproduksi 200-250 APD yang bisa digunakan untuk para tenaga medis merawat pasien corona.

BACA JUGA: Pesan Menyentuh Arief Poyuono untuk Umat Kristiani: Jangan Kecewa..

"APD ini sulit dicari, bahkan di beberapa daerah ada yang teriak-teriak kekurangan APD sampai pakai mantel. Kami kemudian berinovasi mencari bahan seperti yang dibuat pabrikan. RSUD Moewardi berhasil membuat inovasi dan kreativitas dengan membuat APD sendiri yang hasilnya sama dengan yang dijual pabrikan dan harganya jauh lebih murah," kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat mengenalkan APD buatan Jateng di Kantor Dinas Kesehatan Jateng, Senin (23/3).

Setelah terpecahkannya masalah kekurangan APD ini, maka saat ini Pemprov Jateng sedang berusaha mencari terobosan baru dalam rangka pemenuhan masker. 

BACA JUGA: Instruksi Khusus Pak Ganjar untuk Para Guru di Jawa Tengah, Tolong Dipatuhi

Sementara untuk persoalan hand sanitizer, beberapa perusahaan dan pelajar sudah menemukan cara membuatnya sehingga bisa dipenuhi.

"Silakan rumah sakit di seluruh Jateng koordinasi dengan Dinkes apabila kekurangan APD. Kalau ada yang ingin belajar membuatnya sendiri juga boleh, datang langsung ke Moewardi," tegasnya.

Menurut Ganjar, sudah saatnya pemerintah daerah berusaha untuk berinovasi dan berkreasi dalam rangka menangani penyebaran virus corona ini.

Tidak selayaknya, pemerintah daerah hanya mengandalkan pemerintah pusat dan hanya berpangku tangan.

"Kalau bisa pemerintah daerah membantu pusat, jangan hanya membebani pusat. Harus kreatif dan inovatif untuk memecahkan masalah sendiri. Yakinlah, dengan doa, ketekunan dan kemauan, semua pasti ada jalan," pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan RSUD Moewardi, Bambang S.W mengatakan, ide pembuatan APD tersebut berawal dari kesulitannya mencari APD di pabrikan.

Pihaknya kemudian mencari bahan apa yang digunakan pabrikan untuk membuat APD itu.

"Ternyata bahannya ada. Kemudian kami beli dan kami jahit sendiri. Hasilnya ternyata bagus dan sesuai standar," ucapnya.

Dalam sehari, pihaknya mampu memproduksi 200-250 pack APD. Hasil pembuatan APD itu kemudian digunakan untuk keperluan pribadi rumah sakit.

"Kalau rumah sakit lain membutuhkan, kami juga siap membantu. Kalau ada yang mau belajar membuatnya, kami juga siap mengajari," tegasnya.

Meski dibuat sendiri, tetapi standar dan prosedur keamanan tetap diterapkan. Sebelum dibuat, para penjahit juga sudah dipastikan dalam kondisi sehat, bersih dan melakukan cuci tangan.

"Semua standarnya kami lakukan, untuk hasil yang baik," tegasnya.

Untuk harganya, Bambang mengatakan proses pembuatan satu APD hanya menghabiskan uang kurang dari Rp50.000. Sementara jika  beli APD buatan pabrik harganya sudah mencapai Rp150.000.

"Selain mahal, juga sulit mencarinya. Maka dengan kami berhasil membuat APD sendiri, ini akan mampu mengatasi persoalan yang ada," pungkasnya. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler