JAUH sebelum jagung dan beras menguasai, tanaman ganyu sudah dijadikan makanan orang-orang terdahulu. Namun, tanaman ini tidak begitu familiar sehingga tidak dibudidayakan.
Berawal dari tanaman liar, tumbuhan ganyu kini dibudidayakan sebagai bahan pengganti terigu. Ganyu termasuk sebagai suku kana-kanaan yang sejenis tumbuhan penghasil umbi yang populer. Akan tetapi, kelestariannya kian terancam lantaran tidak banyak orang yang menanam dan mengonsumsinya.
Seorang pengurus lembaga yang mendampingi kelompok tani, Makassar Preneur, Arianto mengatakan awal dari dibudidayakannya tanaman ini saat ia dan timnya melakukan pelatihan kewirausahaan di Desa Buakkang-Bungaya Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Dari pelatihan itu, ia disuguhkan es cendol yang terbuat dari tepung ganyu. Rasanya yang berbeda, membuat Arianto dan timnya bertanya-tanya soal bahan cendol itu.
"Awalnya kami disuguhkan cendol yang terbuat dari tepung ganyu. Karena tidak dibudidayakan, maka kami dari Makassar Preneur mencoba mendampingi petani untuk membudidayakan dan membantu memasarkannya," jelas Arianto, Minggu 4 Maret.
Lebih lanjut ia menjelaskan, melihat potensi dan prospek tepung ganyu, maka Makassar Preneur mencoba memasarkan tepung ganyu ini sebagai pengganti terigu. Hanya saja, pengelolaan secara maksimal belum bisa dicapai. "Untuk sementara produksi tepung ganyu ini hanya sebatas skala rumah tangga," jelas Arianto.
Pria berusia 31 tahun ini melanjutkan, satu batang tanaman ganyu bisa menghasilkan 15 kg tepung. Untuk mengelolanya jadi tepung, umbi ganyu ini terlebih dahulu dibersihkan kulitnya. Setelah itu diparut atau dipotong kecil dan dimasukkan ke dalam mesin penggiling. Mesin penggiling yang digunakan sama dengan mesin penggiling dari beras menjadi tepung.
Kemudian, hasil gilingan diperas dan disaring lalu diambil endapan patinya. Terakhir, pati ini dikeringkan agar menjadi tepung yang tahan hingga setahun kemudian.
"Tepung yang dihasilkan tanaman ganyu ini antara terigu dan kanji. Untuk memanennya, butuh waktu enam bulan untuk mendapatkan umbinya," ungkap Arianto.
Sementara itu, Rahmatia, yang kerap menjadikan tepung ganyu sebagai bahan dasar kue, mengatakan tekstur dan rasa yang tercipta dari tepung ganyu ini memberikan rasa berbeda. Selain rendah protein, juga sangat renyah jika dibuat kue kering.
"Sedikitnya 10 jenis kue sudah bisa dibuat dari bahan tepung ganyu ini. Seperti cendol, keripik, kue kering, cookis dan sebagainya. Tapi, tepung ganyu ini tidak cocok dibuat jadi roti," jelas Rahmatia.
Kendati tepung ganyu bisa menjadi pengganti terigu, maka Makassar Preneur mengembangkannya di dua tempat. Yakni di Kabupaten Gowa dan Bantaeng.
Rahmatia yang juga sekretaris, berharap dengan adanya tepung ganyu ini, maka bisa membantu masyarakat ekonomi lemah, serta bagi mereka yang punya penyakit diabetes sangat cocok mengonsumsi tepung ganyu yang rendah protein.
Tercatat, zat gizi dari tepung ganyu ini mencapai 70,16 persen sari pati, amilosa 38 persen, protein 2,18 persen, kadar air 16,33 persen sedangkan serat kasar 1,01 persen. (fajar)
Berawal dari tanaman liar, tumbuhan ganyu kini dibudidayakan sebagai bahan pengganti terigu. Ganyu termasuk sebagai suku kana-kanaan yang sejenis tumbuhan penghasil umbi yang populer. Akan tetapi, kelestariannya kian terancam lantaran tidak banyak orang yang menanam dan mengonsumsinya.
Seorang pengurus lembaga yang mendampingi kelompok tani, Makassar Preneur, Arianto mengatakan awal dari dibudidayakannya tanaman ini saat ia dan timnya melakukan pelatihan kewirausahaan di Desa Buakkang-Bungaya Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Dari pelatihan itu, ia disuguhkan es cendol yang terbuat dari tepung ganyu. Rasanya yang berbeda, membuat Arianto dan timnya bertanya-tanya soal bahan cendol itu.
"Awalnya kami disuguhkan cendol yang terbuat dari tepung ganyu. Karena tidak dibudidayakan, maka kami dari Makassar Preneur mencoba mendampingi petani untuk membudidayakan dan membantu memasarkannya," jelas Arianto, Minggu 4 Maret.
Lebih lanjut ia menjelaskan, melihat potensi dan prospek tepung ganyu, maka Makassar Preneur mencoba memasarkan tepung ganyu ini sebagai pengganti terigu. Hanya saja, pengelolaan secara maksimal belum bisa dicapai. "Untuk sementara produksi tepung ganyu ini hanya sebatas skala rumah tangga," jelas Arianto.
Pria berusia 31 tahun ini melanjutkan, satu batang tanaman ganyu bisa menghasilkan 15 kg tepung. Untuk mengelolanya jadi tepung, umbi ganyu ini terlebih dahulu dibersihkan kulitnya. Setelah itu diparut atau dipotong kecil dan dimasukkan ke dalam mesin penggiling. Mesin penggiling yang digunakan sama dengan mesin penggiling dari beras menjadi tepung.
Kemudian, hasil gilingan diperas dan disaring lalu diambil endapan patinya. Terakhir, pati ini dikeringkan agar menjadi tepung yang tahan hingga setahun kemudian.
"Tepung yang dihasilkan tanaman ganyu ini antara terigu dan kanji. Untuk memanennya, butuh waktu enam bulan untuk mendapatkan umbinya," ungkap Arianto.
Sementara itu, Rahmatia, yang kerap menjadikan tepung ganyu sebagai bahan dasar kue, mengatakan tekstur dan rasa yang tercipta dari tepung ganyu ini memberikan rasa berbeda. Selain rendah protein, juga sangat renyah jika dibuat kue kering.
"Sedikitnya 10 jenis kue sudah bisa dibuat dari bahan tepung ganyu ini. Seperti cendol, keripik, kue kering, cookis dan sebagainya. Tapi, tepung ganyu ini tidak cocok dibuat jadi roti," jelas Rahmatia.
Kendati tepung ganyu bisa menjadi pengganti terigu, maka Makassar Preneur mengembangkannya di dua tempat. Yakni di Kabupaten Gowa dan Bantaeng.
Rahmatia yang juga sekretaris, berharap dengan adanya tepung ganyu ini, maka bisa membantu masyarakat ekonomi lemah, serta bagi mereka yang punya penyakit diabetes sangat cocok mengonsumsi tepung ganyu yang rendah protein.
Tercatat, zat gizi dari tepung ganyu ini mencapai 70,16 persen sari pati, amilosa 38 persen, protein 2,18 persen, kadar air 16,33 persen sedangkan serat kasar 1,01 persen. (fajar)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bisa Seharian Pakai Heels
Redaktur : Tim Redaksi