jpnn.com, JAKARTA - Bekas Menko Kemaritiman Rizal Ramli kembali sewot kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani. Kali ini gara-gara anak buah Presiden Joko Widodo itu menyebut defisit neraca perdagangan yang mencapai USD 2 miliar sebagai anomali.
“Setiap ada masalah dilabel 'Anomali' sering banget pake label ‘Anomali' kalau ndak mampu kurangi efeknya. Padahal semua sudah bisa diperkirakan jauh-jauh hari. Madamme Anomali, ngopi gih di Anomali Coffee,” kata mantan Menko Perekonomian era Presiden RI ke 4 Gus Dur dalam kicauannya di Twitter @ramlirizal dengan disisipi emoji tertawa, Kamis (16/8).
BACA JUGA: Gagal Jadi Capres, Rizal Ramli Ogah Jadi Timses
Masih dalam kicauannya, tokoh pergerakan 77/78 ini mengomentari soal penetapan kupon mengambang dengan kupon minimal (floating with floor) SBR004 sebesar 8,0 persen. Angka itu lebih tinggi dibanding SBR003 yang diterbitkan Mei lalu sebesar 6,8 persen.
“Supaya terus bisa ngutang, harus terbitkan surat utang dengan yield semakin tinggi. Memang ilmu ekonom neoliberal sebatas hanya doyan naikkan harga dan naikkan utang dengan bunga semakin tinggi,” ujar pria yang akrab disapa RR.
BACA JUGA: Rupiah Anjlok Lagi, Bu Menkeu Singgung Lira Turki
Sejak dipecat dari kursi menteri beberapa tahun lalu, Rizal terus mengkritik kebijkan ekonomi rezim Jokowi. Dia berkali-kali menyebut tim ekonomi Jokowi lemah.
Namun, menurut Rizal, pemerintah justru tengah berbangga atas capaian ekonomi yang menurut mereka sedang on the track. Pemerintah yang kini digawangi Sri Mulyani sebagai menteri keuangan justru sibuk membantah peringatan yang dikeluarkan Rizal.
BACA JUGA: Sudahlah Pak Prabowo, Serahkan Saja ke Rizal Ramli
Akibatnya, klaim Rizal, Indonesia saat ini mengalami krisis ekonomi. “6 bulan lalu, RR sudah katakan badan ekonomi Indonesia sedang sakit, antibody kita lagi lemah. Tapi tim ekonomi Pak Jokowi sibuk bantah-bantah Rizal Ramli. Soal utang kepedean abis,” ujar RR dalam akun Twitter-nya.
Bagi Rizal, membaca indikasi krisis ekonomi itu mudah. Jika utang swasta besar, defisit berjalan besar, dan mata uang Indonesia overvalued delapan persen maka ekonomi akan bergejolak.
Apalagi jika kondisi itu ditambah dengan sektor riil yang mandek dan cara pemerintah Indonesia hadapi makro ekonomi sangat konservatif.
Lebih-lebih, selama ini tim ekonomi Jokowi hanya mengandalkan pada pengetatan dan kontraksi pajak. “Tim ekonomi Jokowi nggak ngerti kalau rupiah anjlok, semua indikator-indikator utang berubah cepat. Kena virus sedikit bisa cepat sakit. Tim ekonomi Pak Jokowi tidak memiliki kemampuan antisipatif. Bisanya hanya menunggu Godot!” tukasnya. (rmol)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Siap Tambal Defisit BPJS Kesehatan
Redaktur & Reporter : Adil