jpnn.com - CANBERRA - Meningkatnya level kewaspadaan teror di Australia ternyata terkait dengan gejolak di wilayah Timur Tengah. Perdana Menteri Tonny Abbot mengatakan, jumlah warga negara Australia yang bergabung dengan kelompok militan Timur Tengah menjadi salah satu indikator dalam membuat keputusan tersebut.
"Jumlah warga Australia yang bertempur di Timur Tengah, jumlah mereka yang telah kembali ke Australia setelah bertempur di Timur Tengah dan dorongan dari kelompok di Timur Tengah kepada para pendukungnya untuk melancarkan serangan teror di Australia, menjadi beberapa indikator," papar Abbot dalam konfrensi pers di Canberra, Jumat (11/9).
BACA JUGA: Australia Tingkatkan Kewaspadaan Teror ke Level High
Hal ini dibenarkan oleh bekas Direktur Jendral Organisasi Keamanan dan Intelejen Australia (ASIO), David Irvine. Menurutnya, tingkat ancaman di Australia sudah mulai meningkat sejak akhir tahun lalu, seiring dengan mencuatnya ISIS sebagai kekuatan besar dalam konflik Timur Tengah.
Saat ini diyakini ada 100 orang pendukung ISIS di dalam wilayah Australia. Sementara di Timur Tengah diperkirakan setidaknya ada 60 orang WN Australia tergabung dalam kelompok yang kini menyandang nama Islamic State (IS) itu.
BACA JUGA: 10 Negara Arab Siap Gabung AS Perangi IS
"Ada kekhawatiran kalau mereka pulang ke Australia, mereka akan pulang dengan kemampuan dan niat yang lebih besar (untuk melakukan teror)," tutur Irvine. (BBC/dil/jpnn)
BACA JUGA: Obama Perintahkan Gempur Sarang IS di Syria
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cungkil Mata Anak dengan Sendok
Redaktur : Tim Redaksi